Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Redaksi Nolesa

Rabu, 25 Desember 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi (pixabay/nolesa.com)

Ilustrasi (pixabay/nolesa.com)

Menanam Karangan Bunga di Dadamu

Kutanami segala bunga yang kau suka

Ke dalam tanah kosong tiada berpunya

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Seperti maling, mengendap perlahan

Harap-harap kau tak segera sadar keadaan

Satu per satu petak

Pelan-pelan kukubur dalam-dalam

Hingga nantinya ia menjadi…

Bunga-bunga yang indah

Sampai menjadi pekarangan

Kupasang pagar agar tiada yang merusak

Hujan kukirim agar mereka tumbuh subur

Sepoi angin? Tentu saja agar mereka sejuk

Dimana semua itu berada?

Dalam dadamu mereka bersemayam

Menjaga hatimu dengan keceriaan

Sampai akhir, mereka ada, dan tumbuh

Baca Juga :  Puisi-Puisi Enha Sajjad

1300 MDPL

“Bagaimana dengan Temanggung?”

“Sejuk,” katamu

Ia terlahir dari mata air yang sedang mengalir

Ke tiap-tiap sudut yang membutuhkan

Pancaran mentari membentuk kesempurnaan

Untuk kehidupan yang gemah ripah loh jinawi

Setiap pagi, Tuhan melimpahkan kesuburan

Pun petang, Tuhan mengelukan perjuangan

“Di tempatmu berdiri, kini, ia sedang memelukmu

dengan sepoi angin yang hangat.”

“Terima kasih, Temanggung. Jangan cepat-cepat dilepaskan”.

Suatu Hari di Kala Senja

Daun jatuh, menggelapi sebagian lubang semut

Menerpa dengan berat bebannya

Meski tak seberapa bagi para semut

Baca Juga :  Pertemuan, Puisi I’m Faik

Kemudian daun itu–

diterbangkan oleh hembusan angin

Hingga ia rapuh dan pecah, sedikit demi sedikit

Engkau menatapnya, seolah hatimu tengah layu

Padahal engkau adalah muaranya obat bagiku

Terasa sedikit aneh dan terasing, katamu

Kehampaan itu menjelma menjadi saat-saat–

ketika kita tidak bertemu

Ah, yang benar saja, kataku

Dimana pun berada,

Dengan siapa pun bersama,

Tak lantas menggoyahkan sedikit pun rasaku

Dalam mengingat keteduhanmu

Dingin dan Panas

Kepalaku berapi-api

Sepanas magma gunung Merapi

Rayuanmu berenang-renang

Sesejuk pagi hari di Kaliurang

Baca Juga :  Renungan Puan di Ruang Kesunyian

Aku tak mengerti

Bagaimana engkau menjadi selalu sejuk

Di lingkaran panasnya hari-hari di Jogjakarta

Aku tak bisa pahami

Bagaimana engkau selalu menjadi petunjuk

Di saat kegagalan sangat membuatku murka


Tundra Alif Juliant, setiap mimpi berasal dari literasi yang terpatri dalam hati; goresan angan apabila direalisasikan akan mengelakar menjadi sebuah konsep pemikiran. Begitulah pandanganku mengenai konsep bercita sembari berbahasa sastra. Ingin menjadi penuang tinta dalam lembar-lembar esok dan menjadi pemecah misteri tersembunyi dari suatu hal yang menarik. Salam kenal semuanya!

Editor : Wail Arrifqi

Berita Terkait

Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura
Puisi-puisi Elmira Damayanti-Madura
Puisi-puisi Amanda Amalia Putri-Banyuwangi
Puisi-puisi Alexio Riqil Vitor-Madura
Puisi-puisi Moh. Aqil-Madura
Puisi-puisi A. Danial Matin-Madura
Puisi-puisi Ilham Jayadi-Madura
Ziarah-Puisi Abdullah Mamber-Madura

Berita Terkait

Rabu, 25 Desember 2024 - 08:36 WIB

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Kamis, 12 Desember 2024 - 08:30 WIB

Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura

Sabtu, 7 Desember 2024 - 07:43 WIB

Puisi-puisi Elmira Damayanti-Madura

Sabtu, 30 November 2024 - 07:34 WIB

Puisi-puisi Amanda Amalia Putri-Banyuwangi

Jumat, 22 November 2024 - 05:38 WIB

Puisi-puisi Alexio Riqil Vitor-Madura

Berita Terbaru

MA Nasy-Mut Candi Cetak Penulis Melalui Mimbar Akademik, Minggu 12/1/2025 (Foto: ist/nolesa.com)

Pendidikan

MA Nasy-Mut Candi Cetak Penulis Melalui Mimbar Akademik

Minggu, 12 Jan 2025 - 20:59 WIB