Pengembangan Diri dengan Upaya Merawat Emosi

Redaksi Nolesa

Sabtu, 14 Oktober 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Resensi Buku, NOLESA.com – Di masyarakat pada masa ini, seseorang selalu didorong untuk belajar agar bisa mendapatkan nilai terbaik atau sempurna. Hal itu menjadi pedoman masyarakat umum agar kelak mendapatkan kesempurnaan hidup. Kira-kira begitulah ekspektasi kebanyakan orang.

Namun, sadarkah kita bahwa ada dampak negatif dari pemikiran tersebut? Bahkan bagi sebagian orang, hal tersebut dapat menjadi pemicu depresi sebab adanya perasaan gagal menjadi seperti standar baik menurut orang lain.

Beragam problematika membuat orang-orang berambisi untuk menjadi yang terbaik dengan tujuan ingin mendapatkan pengakuan akan keberadaannya. Sedangkan sebenarnya, manusia memiliki tingkat kemampuan masing-masing dengan jalan masing-masing pula yang tentunya berbeda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Judul buku : Kamu Tak Harus Sempurna

Penerbit : Yrama Widya

Kota Terbit : Bandung

Pengarang : Anastasia Satriyo, M.Psi., Psi

Cetakan : ke-4, Januari 2023

ISBN : 978-623-205-258-1

Jumlah halaman : viii, 112

Peresensi : Hannan Fauziah Al Ulya
Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo

Anastasia Satriyo M.Psi., Psi. adalah seorang Psikolog Anak dan Remaja lulusan Magister Profesi Psikologi dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ia pernah mengajar mahasiswa, mempublikasi buku dan jurnal, serta menjadi narasumber/pembicara dalam berbagai seminar dan edukasi publik lainnya. Salah satu karya bukunya adalah buku Kamu Tak Harus Sempurna.

Buku Kamu Tak Harus Sempurna memberi pemaparan tentang macam-macam emosi dan bagaimana cara merawatnya dengan langkah Self-care. Self-care emosi adalah bagaimana cara untuk menyadari, menerima, dan memberi ruang pada diri kita untuk merasakan emosi. Karena saat diabaikan, justru emosi akan mengganggu dan menghantui kita. Tapi, bila kita bersedia untuk memberi waktu sejenak dan menyadari adanya emosi yang perlu kita beri perhatian, perlahan emosi itu akan menghilang.

Baca Juga :  Menyelami Kiprah dan Perjuangan KH Mahfud Ridwan

Fenomena yang ramai terjadi pada remaja masa kini adalah “depresi”. Depresi adalah salah satu bentuk kondisi kesehatan mental yang dialami banyak orang dan sering kali muncul bersamaan dengan kecemasan. Depresi bisa ringan dan sementara, atau berat dan berkepanjangan. Ada orang-orang yang mengalami depresi hanya sekali dalam hidupnya; ada pula yang mengalaminya berkali-kali. Depresi bisa berujung pada tindak bunuh diri, tetapi hal ini bisa dicegah dengan dukungan yang tepat.

Penting untuk mengetahui bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membantu anak-anak muda yang memiliki dorongan untuk melakukan tindakan ini. Salah satunya adalah dengan mengenali beberapa ciri-ciri depresi yang sering kita temui pada remaja masa kini.. 2 minggu berturut-turut mengalami kesedihan, rasa frustasi, tidak ada harapan (hopeless), kehilangan minat untuk melakukan sesuatu, merasa bersalah, dan lain sebagainya.

Salah satu permasalahan emosi manusia adalah rasa bersalah. Manusia seringkali mudah merasa bersalah yang akibatnya bisa menciptakan efek yang kurang baik. Perasaan bersalah dan menyesal adalah dua hal yang berbeda. Rasa bersalah sifatnya “menghantui”, membuat terpuruk dan tidak dapat berpikir jernih. Sedangkan rasa menyesal berisi tanggung jawab yang wajar, memampukan diri untuk meminta maaf, memperbaiki kesalahan, dan berusaha menjadi lebih baik lagi.

Baca Juga :  Nada Pemberontakan Perempuan dan Sindirannya Terhadap Kungkungan Budaya Patriarki

Ada beberapa cara untuk terbebas dari perasaan bersalah yang dijelaskan di dalam buku ini. Di dalam buku ini diterangkan bahwa kita perlu gratitude, melatih dan membiasakan diri untuk mengucapkan “terima kasih” pada diri sendiri dan merasa “bersyukur” untuk diri sendiri sebagai sebuah bentuk penghargaan.

Dalam buku ini juga dijelaskan terkait 2 mindset yang saling bertolak belakang. Yang pertama adalah Scarcity mindset yang merupakan sebuah keyakinan bahwa ia tidak akan pernah merasa cukup. Mindset yang ke dua adalah Abudance Mindset. Mindset ini adalah salah satu cara berpikir yang membantu seseorang untuk keluar dari pola pikir hidup kekurangan secara perlahan. Mindset ini dimulai dari melatih rasa aman secara emosi di dalam diri yang sangat bisa dilatih secara step by step.

Dijelaskan pula bagaimana cara untuk connect terhadap diri sendiri. Menyadari bentuk emosi apa yang tengah kita rasakan, bagaimana langkah-langkah untuk mengatasinya, dan memberi pengetahuan bahwa merasakan emosi adalah hal yang wajar, karena merasa adalah hak bagi setiap manusia. Bahkan menerima dan mengakui emosi kita, terutama ke diri kita sendiri merupakan hal yang sangat perlu. “Pedulikan dan kenali keadaan jiwa. Jika kita mengenal diri-sendiri, kita dapat belajar bagaimana mengurus diri-sendiri.” (Socrates).

Baca Juga :  Keperibadian Tan Malaka dalam Kacamata Generatif Bourdieu

Ada kekuatan pada diri manusia yang perlu dikenali sebagai alat untuk bertahan saat menghadapi masa sulit. Kekuatan di dalam diri disebut core values atau nilai utama. Values inilah yang menggerakkan perilaku, keputusan, dan tindakan seseorang. Untuk mengenali core values pada dirinya, seseorang perlu merasakan erat-erat di dalam diri dan memvisualisasikan nilai-nilai yang mampu memberikan kekuatan, atau bahkan melindunginya disaat ia merasa sulit.

Melalui buku ini Anastasia Satriyo berkeinginan untuk memberi wawasan dan kesadaran terhadap para pembaca dalam upaya berdamai dengan diri sendiri. Menurutnya, dari beberapa artikel psikologi yang ia baca, fokusnya ke “mengubah”. Padahal untuk bisa mengubah sesuatu dari diri, seseorang memerlukan kesadaran atau awareness dulu. Lalu menyadari realita di hari ini, kemudian berlatih dan membangun kekuatan secara bertahap untuk “menerima diri kita di hari ini”. Kemudian “memeluk” sisi diri kita maupun memeluk keseluruhan diri kita. Karena hanya dengan merasa diterima, didukung, dan dicintai, seseorang baru memiliki kekuatan dari dalam diri untuk berubah menjadi lebih baik.

Buku ini disajikan dengan bahasa keseharian yang tidak terlalu monoton, serta dengan bahasa yang singkat, padat, jelas, dan menginspirasi. Buku ini tidak hanya bermanfaat bagi orang-orang yang memiliki masalah terkait pengendalian emosi, tapi juga bagi masyarakat umum khususnya remaja agar mampu menyadari adanya cara pemikiran yang salah yang sering terjadi.

Berita Terkait

Mendengarkan Maarten Hidskes
Sejarah, Psikologi, dan Eksistensial
Tuhan, Manusia, dan Alam
Emosi dan Kehilangan: Interpretasi dalam Seribu Wajah Ayah
Bermekaran Bersama Bunga Tulip dengan Puisi Surajiya
Keperibadian Tan Malaka dalam Kacamata Generatif Bourdieu
Melihat Proses Politik Indonesia Pasca Reformasi 1998
Kisah Klasik Aristoteles tentang Seni Berbicara

Berita Terkait

Senin, 30 September 2024 - 22:55 WIB

Mendengarkan Maarten Hidskes

Kamis, 13 Juni 2024 - 00:07 WIB

Sejarah, Psikologi, dan Eksistensial

Minggu, 19 Mei 2024 - 05:53 WIB

Tuhan, Manusia, dan Alam

Rabu, 15 Mei 2024 - 10:39 WIB

Emosi dan Kehilangan: Interpretasi dalam Seribu Wajah Ayah

Senin, 13 Mei 2024 - 07:30 WIB

Bermekaran Bersama Bunga Tulip dengan Puisi Surajiya

Berita Terbaru

Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman (Foto: ip/nolesa.com)

Nasional

Pemerintah Jamin Harga Beras Stabil Hingga Ramadan 1446 H

Selasa, 4 Feb 2025 - 22:03 WIB

Nelly Farraniyah (Foto: dokumen pribadi untuk nolesa.com)

Sosok

Pengalaman Hobi Jadi Motivasi Profesi

Selasa, 4 Feb 2025 - 18:26 WIB

Nadia Yasmin Dini (Foto: dokumen pribadi untuk nolesa.com)

Cerpen

Patah Hati

Selasa, 4 Feb 2025 - 08:09 WIB

Zikri Amanda Hidayat (Foto: dokumen pribadi untuk nolesa.com)

Puisi

Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat

Selasa, 4 Feb 2025 - 07:17 WIB