Oleh: Amelia Endah Puspita
(Mahasiswa PBSI Universitas Negeri Yogyakarta)
Antologi puisi berjudul Catatan Kecil dari Negeri Bunga Tulip ialah karya dari L Surajiya, penyair asal kabupaten Kulon Progo. Dapat dilihat dari judulnya sudah tertebak jika isinya pasti seindah dan semanis bunga tulip. Bunga tulip ini identik dengan negara Belanda, di Belanda kita bisa menemukan banyak sekali bunga tulip.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Empat puluh enam sub judul dalam buku ini berisikan puisi-puisi yang sangat indah, mengisyaratkan sebuah rasa cinta dan kerinduan yang amat sangat dalam bahkan sebuah kekosongan dan pengkhianatan perasaan. Surajiya menggunakan bahasa yang apik, penuh makna namun cukup mudah untuk dipahami. Setiap judul puisi ditulis pada tempat dan waktu yang berbeda-beda. Sepertinya Surajiya benar-benar pergi ke Belanda dan menjelajahi Negeri Bunga Tulip ini.
Kupeluk kerinduanku padamu
Di sela-sela udara dingin
Dan nyanyian burung pagi
Yang belum ku kenal
Penggalan puisi di atas merupakan halaman pertama yang mengawali antologi puisi ini, ia berjudul “Rindu Tanpa Batas”. Surajiya mengungkapkan betapa rindunya dengan seseorang yang sangat dicintainya yang tentunya seseorang itu jauh darinya. Dia hanya bisa menitipkan rasa rindunya itu pada sela-sela udara dingin, sebab tak semua rindu bisa disampaikan. Lanjutan dari puisi tersebut mengungkapkan teman dari kerinduan yakni kesepian dan kesunyian. Barulah pada puisi halaman kedua terjawab sudah siapa yang sebenarnya dirindukan oleh Surajiya, ternyata dia rindu anak dan istrinya. Setelah membaca puisi kedua tersebut tentunya kini kita bisa lebih memahami dan memposisikan diri di posisi sang pengarang puisi. Rindu akan belahan jiwa memang sangat berat.
Beranjak dari ungkapan kerinduan, halaman ke tujuh belas di buku ini cukup menyita perhatian saya, judulnya “Lupa Aku Menyebut Nama-Mu Pagi Ini” di sana Surajiya mengatakan bahwa dia sampai lupa menyebut nama Tuhannya karena yang dia ingat hanyalah kekasihnya. Sungguh kebucinan yang tiada lawan. Saya sedikit terkekeh karena puisi tersebut, sembari mengangguk menyetujui apa yang di tulis pengarang puisi bahwa memang saat kita jatuh cinta pada seseorang kita bisa lupa akan segalanya, tak terkecuali Tuhan. Hal yang ironi sebenarnya, namun memang begitu adanya.
Tak ada yang harus disesalkan
Ketika kayu telah menjadi abu
Nasi telah menjadi bubur
Tak ada
Tak ada
Apapun yang terjadi
Ia telah memasuki dunianya
Dunia yang telah ditetapkan baginya
Tak ada yang harus disesalkan
Tentang masa lalu
Sebab ia telah pergi
Berpulang
Mari…
Mari…
Kita sambut hari
Dalam ucapan syukur
Dan kita tangkap masa depan
Yang masih mengapung
Dalam ketidakpastian
Masa lalu mungkin menjadi hal yang sensitif bagi sebagian orang karena bisa jadi masa lalu itu memberikan trauma yang cukup berarti dalam kehidupannya. Penggalan puisi yang berjudul “Biarkan Berpulang” ini seakan memberi sebuah pesan kepada para pembacanya untuk berdamai dengan apa yang telah terjadi. Penyesalan sudah tidak lagi berarti apabila kejadian itu sudah terlewat, seperti nasi yang telah menjadi bubur. Tentang masa lalu, tidak harus selalu dilupakan. Cukup simpan ia di dalam hati bagian terdalam, pendam dan seharusnya itu bisa membuatnya redam. Sayangnya, redam dari api dendam atau kesedihan masa lalu tidaklah mudah. Perlu waktu yang lama agar bisa berdamai dengan hal-hal itu.
Di sela-sela napasmu
Aku ada
Di sela-sela jantungmu
Aku ada
Di antara jantungmu
Aku ada
Di dalam hidupmu
Aku ada
Ya aku selalu ada
Di dalam dirimu
Sepenggal demi sepenggal puisi di atas membuat saya terheran-heran bagaimana bisa ya cinta membuat manusia jatuh dengan sangat dalam, sampai sebuah cinta itu bisa menyatu dengan jiwa dari seseorang. Bagaimana pula sebuah perasaan bisa dengan gamblang bersuara di dalam hati manusia. Lantas mengapa pula jatuh cinta bisa mengukir luka yang dalam, sedalam ia terjatuh hatinya.
Pada halaman terakhir di puisi ini akhirnya Surajiya pulang, meninggalkan Amsterdam dan beberapa kota lainnya yang pernah dia singgahi. Beberapa tempat di Belanda yang membuat beliau bisa menuangkan puluhan puisi yang sangat indah dan penuh makna. Bahasa sederhana yang membuai para pembacanya.
Cinta dan kerinduan mendalam di sini bisa menciptakan sebuah karya yang akhirnya dinikmati oleh banyak orang, Surajiya berhasil membuat para pembaca karyanya terbawa suasana hatinya kala dia menuliskan bait demi bait puisi.