Ibu Ketika Pagi
Pada pagi buta
Derap langkah kaki ibu mengunjungi mata tidur
Mengiringi perjalanan anak-anaknya keluar dari rimba mimpi
Suara panggilan ibu lebih merdu dari alarm
Tubuh seakan dihidupkan kembali dari kantuk lena
Dan meninggalkan jejak petunjuk menyambut hari
Pagi itu ibu seperti membagi nyawa
Kepada rumah semalaman kesepian
Kepada masakan yang mengandung kebaikan
Kepada harapan anak-anaknya memperjuangkan kehidupan
Padang, 2024
Sebelum Berakhir
Burung gagak telah imigrasi ke kota sepi
Hinggap ke tengkuk ranting kepala kami
Pada jantung waktu yang kemarau,
perayaan mimpi-mimpi digelar
Mendendangkan usia di panggung rahasia
Hingga nasib menemukan senja ayah ibu
Apakah kebahagiaan itu bersembunyi?
Apakah keberhasilan itu begitu jauh?
Doa-doa jiwa yang tenggelam di antara tanda tanya dan derita
Hendaknya sepasang mata ayah ibu tak perlu lekas menutup
bagai gerhana
Bisa-bisa hidup kehilangan hakikatnya
Padang, 2024
Waktunya Cerutu
Pipi itu bagai hamparan pantai
Pernah ombak meluap ke tepi semalam suntuk
dan meninggalkan karang hitam di bawah mata
Tetapi lain kesempatan seorang pria mengubah pipi
menjadi sepasang cekung kekosongan
Membiarkan cerutu bekerja sebaik mungkin;
Membakar derita semata membubung asap-asap dopamin
Lantas pikiran seperti anak-anak yang bermain
di taman sepi Senang dan tenang menggandeng hati
Hingga terlena batas bermain adalah waktu sementara belaka
Padang, 2024
Dua Peristiwa yang Pelik
/1/
Di suatu petang yang tenang
Aku menyaksikan matahari bertamu ke rumahku
Duduk di beranda; meramu cahaya nestapa
Lalu panasnya tak bisa aku cerna
Dan jantungku kehilangan detak pada malam gulita
/2/
Dari jendela yang muram oleh embun kesaksian
Samar-samar dalam pekat malam
Aku mendikte rupa yang suara gerutuan adalah babi hutan
Sisi lain, kunang-kunang ketakutan ketimbang gelap gulita
Sumbu api di hatiku lantas nyala
Membakar sekujur tubuh yang sedang
menggenggam anak panah di tangan kanan dan
busur makian di tangan kiri
Belum sempat aku membidik babi hutan pengganggu itu
Hantu juga sudah menikam punggungku dengan pisau masa lalu
Padang, 2024
Ibu Sebelum Senja
Sebelum senja
Ibu memeriksa batu-batu di sepanjang
jalan nasib
Memilah yang runcing dan membuangnya ke sembarang waktu
Sebelum senja
Ibu memetik surga dari taman kasih-Nya
Menaburkannya kepada hari demi hari
Sebelum senja
Ibu menjala bintang-bintang dengan
setangkup doa
Menyulap purnama menjadi rute bagi hati
Sebelum senja
Petuah ibu adalah soneta yang
didengarkan wajib sebelum tidur
Dan malam bersaksi, seperti penuntun langkah esok pagi
Padang, 2024
Purnama yang Hilang
Langit malam terasa berbeda
Tiada tampak purnama di antara rasi bintang
Aku menerka-nerka cemerlang yang hangat
Tapi tetap saja entah di mana keberadaannya
Di ambang jendela yang menganga nestapa
Pikiranku mulai meramu kenangan
Seraya mataku tak henti memandangi langit berulang kali
Hatiku pun tersesat di labirin kesepian
Setiap langkah kucetak hanya gundah
Barangkali aku adalah serpihan rencana usang tanpa didaur ulang
Tubuhku gigil dengan harapan memenuhi kamar seperti udara
Meringkuk memeluk kesedihan
Dan begitu pekat keasingan membunuhku; perlahan
Padang, 2024
Zikri Amanda Hidayat dapat dipanggil secara akrab Izik. Lahir di Koto Rawang, Pesisir Selatan pada tanggal 02 Agustus 1999. Buku yang telah terbit Sehimpun Rasa (Gupedia,2021), Rentetan Tulisan Tentang Konsekuensi Cinta (Guepedia, 2021) dan Tak Benar-benar Utuh (An-Nur Media, 2022). Selain itu, puisi-puisinya tersebar di beberapa media online dan cetak seperti Republika, Haluan, Langgam Pustaka, Riau Sastra, Suku Sastra dan lainnya.