Muhammad Yazid
Hari kemerdekaan Indonesia atau kita kenal Tuju Belasan merupakan hari libur Nasional untuk memperingati proklamasi kemerdekaan Indonesia yang telah di bacakan oleh Ir. Soekarno dan Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan HUT RI dengan mewah dan meriah. Mulai dari pengibaran bendera sang saka merah putih hingga perlombaan-perlombaan kerakyatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Beberapa hari yang lalu, ketika penulis kumpul-kumpul sembari memasang umbul-umbul, ada salah satu teman bergumam penuh harap. Dan berandai-andai, jika seandainya pemerintah desa terutama RT/RW dan juga pak Apel (mereka menyebutnya) memfasilitasi pengadaan bendera Dusunnya (Panggung), maka meriahlah desa ini. Ungkapnya.
Sementara itu, mereka juga berharap pada hari kemerdekaan tahun ini pemerintah desa bisa menyelenggarakan lomba-lomba. Pasalnya, dua tahun yang lalu, seluruh masyarakat kurang meriah dalam merayakan hari bahagia bangsa. Sebab dilanda Covid-19 yang berkepanjangan sehingga segala aktivitas kehidupan dijalaninya secara terbatas.
Biasanya, di desa-desa pada hari Tujuh Belasan sebagaimana mereka menyebutnya, mereka menyemarakkannya dengan cara-cara yang mereka bisa dan semampunya. Mulai dari pengibaran bendera merah putih di depan rumahnya, pemasangan umbul-umbul di pinggir jalan, lampu-lampu pernak pernik ada juga membuat gapura dengan bertuliskan HUT RI.
Dalam kesempatan lain, biasanya pemerintah desa merayakan hari bahagia itu dengan lomba-lomba kerakyatan. Sebut saja, seperti makan kerupuk, balap karung, Shalawatan, tartil quran, tarik tambang, nasyid islami dll. Dengan mengajak seluruh warga dari semua kalangan, baik tua, muda dan anak-anak untuk berpartisipasi. Dengan meminta delegasi setiap Dusun. Misal, di desa penulis, ada Dusun Panggung, Mani’an, Pettong, Gunung Pekol dll. Yang diambil dan diacak secara kompetitif.
Kemudian bisa ditutup dengan kirap kemerdekaan dengan tema yang ditentukan sesuai hari kemerdekaan dan diakhiri dengan refleksi hari kemerdekaan dengan mengundang kiai kondang.
Kurang dan lebihnya perayaan itu yang sekarang ditunggu-tunggu. Tidak hanya penulis melainkan kita semua dan desa sekurang-kurangnya harus bisa memfasilitasi.
Karena dengan perayaan itu, setidaknya akan menanamkan kesadaran dan refleksi untuk semua warga terlebih pemuda bahwa sejarah kemerdekaan meniscayakan perjuangan dan pengorbanan. Sekaligus menumbuhkan rasa cinta dan nasionalisme atas bangsa.
Dengan diselenggarakannya lomba-lomba, pada nantinya dan sering kali tak disadari akan menguatkan persatuan dan kesatuan. Ditengah merebaknya sikap intoleransi, radikalisme dan terorisme yang dasawarsa ini telah mengancam keutuhan bangsa.
Kegiatan-kegiatan itulah, niscaya akan menyemaikan solidaritas dan soliditas. Menyingkirkan ego pribadi dan ego sektoral. Baik sebagai bangsa maupun warga desa.(*)
*Penulis Tinggal di Banuaju Timur, Dusun Panggung.