Kegagalan Data Sosial, Ironi Kesejahteraan Pamekasan

Redaksi Nolesa

Minggu, 14 Juli 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Miftahol Hendra Efendi (Foto: dokumen pribadi)

Miftahol Hendra Efendi (Foto: dokumen pribadi)

Oleh Miftahol Hendra Efendi

(Warga Pamekasan)


Sebagai warga Pamekasan, saya merasa prihatin saat membaca berita yang diterbitkan mediajatim.com pada 12 Juli 2024.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di tengah keberhasilan Pamekasan menekan angka kemiskinan, terungkap fakta mengejutkan: H. Khairul Umam, pengusaha sukses yang dikenal sebagai Sultan Madura, tercatat sebagai penerima bantuan sosial dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kabupaten Pamekasan.

Tidak hanya dirinya, tapi juga keluarganya masuk dalam data orang miskin. Bagaimana mungkin seorang dengan kekayaan melimpah terdaftar sebagai penerima bantuan bagi masyarakat prasejahtera? Ini adalah skandal yang mengungkap kegagalan sistemik dalam pengelolaan data sosial yang seharusnya menjadi fondasi keadilan sosial.

Berita tersebut seolah membuka mata kita akan kebobrokan sistem pemerintahan di kabupaten berjuluk Kota Gerbang Salam. H. Her beserta anak, istri, dan ibunya masuk dalam data induk Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Fakta ini bukan hanya salah administratif; ini adalah cermin dari kegagalan sistem yang menambah derita masyarakat miskin yang sesungguhnya.

Dalam berita itu disebutkan bahwa H. Her sendiri merasa ironis dengan status tersebut dan meminta pembenahan data segera dilakukan agar bantuan sosial dapat tepat sasaran. “Tolong data ini diperbaiki, agar yang benar-benar memerlukan bantuan terdata dan tepat sasaran,” tegasnya kepada wartawan.

Baca Juga :  Membaca Revisi UU Desa

Pernyataan itu menggambarkan betapa parahnya kondisi data sosial di Pamekasan yang kemungkinan besar tentu akan berdampak pada mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan.

Herman Hidayat, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Pamekasan, saat dikonfirmasi, malah mengalihkan tanggung jawab kepada pemerintah desa (Pemdes). Menurutnya, data DTKS harus di-update oleh Pemdes setiap bulan dan dilaporkan ke Kementerian Sosial melalui Dinsos. Namun, kenyataan bahwa data orang kaya seperti H. Her masuk DTKS menunjukkan ada yang sangat salah dalam proses pengumpulan dan pelaporan data ini.

Tidak heran jika Wakil Ketua DPRD Pamekasan, Khairul Umam, mendesak Dinsos untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap DTKS. “DTKS ini kitab suci peta sosial masyarakat. Kalau kitab suci ini tidak suci dan amburadul, maka korbannya masyarakat prasejahtera,” tegasnya, saat diminta komentar atas temuan jurnalis di atas.

Umam menuntut pembentukan tim kerja khusus untuk menyaring data DTKS dengan ketat agar hanya yang benar-benar berhak menerima bantuan yang terdaftar.

Baca Juga :  Pola Pikir Sehat untuk Hidup yang Baik

Sebagai jurnalis, saya melihat ini sebagai indikasi nyata dari kegagalan sistemik yang memerlukan tindakan segera. Kesalahan dalam data sosial tidak hanya menodai citra pemerintah daerah, tetapi juga mencederai kepercayaan masyarakat yang paling rentan. Ini adalah bentuk ketidakadilan yang nyata, di mana mereka yang seharusnya mendapat bantuan malah tersisih karena kesalahan data.

Mengapa masalah ini bisa terjadi? Maka ada beberapa kemungkinan. Pertama, kemungkinan kurangnya pelatihan dan dukungan bagi Pemdes dalam mengumpulkan data yang akurat. Kedua, minimnya koordinasi antara instansi terkait, dan absennya mekanisme validasi yang efektif. Semua ini menciptakan ruang bagi kesalahan dan manipulasi data, yang pada akhirnya merugikan masyarakat miskin.

Solusi yang ditawarkan oleh Wakil Ketua DPRD untuk membentuk tim khusus sangat masuk akal. Tim ini harus bertugas tidak hanya memverifikasi data, tetapi juga memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pengumpulan dan pelaporan data. Ini adalah langkah penting untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan memastikan bahwa bantuan sosial benar-benar sampai ke tangan yang membutuhkan.

Baca Juga :  Demokrasi dan Politik Hijau

Selain itu, perlu adanya audit independen secara berkala terhadap DTKS untuk mencegah manipulasi dan kesalahan. Transparansi dalam pengelolaan data sosial adalah kunci untuk memastikan keadilan dan kesejahteraan bagi semua warga. Tanpa data yang akurat, kebijakan sosial dan ekonomi akan selalu meleset dari sasaran, dan masyarakat miskin akan terus menderita.

Kasus H. Her ini harus menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah daerah untuk memperbaiki sistem pengelolaan data sosial. Ini bukan sekadar masalah administratif; ini adalah soal keadilan sosial dan hak asasi manusia. Ketika bantuan sosial tidak tepat sasaran, yang menderita adalah mereka yang paling membutuhkan. Inilah ironi kesejahteraan Pamekasan yang harus segera diakhiri.

Pamekasan memiliki potensi besar untuk menjadi contoh sukses dalam mengelola bantuan sosial dan mengurangi kemiskinan. Namun, keberhasilan ini harus didasarkan pada data yang akurat dan kebijakan yang adil. Tanpa itu, semua prestasi yang ada hanyalah ilusi yang menutupi kenyataan pahit di lapangan. Saatnya bagi Pamekasan untuk menata ulang sistemnya, memastikan transparansi, dan berkomitmen pada keadilan sosial bagi semua warganya.

Berita Terkait

Pesantren di Era Digital: Sebuah Catatan Sederhana
Gaya Hidup Cashless: Kemudahan atau Ketergantungan?
Sampah Kota Yogyakarta Menumpuk: Kendala dan Solusinya
Cara Nabi Musa dan Nabi Muhammad Menghadapi Tren #KaburAjaDulu
Berani Bicara: Tanda Kuat Atau Malah Lemah?
Aneh?
Menghadapi Ujian Hidup Bersama Al-Qur’an dan Filosofi Teras
#KaburAjaDulu dan #IndonesiaGelap: Ekspresi Kekecewaan Generasi Muda yang Harus Disikapi dengan Bijak

Berita Terkait

Minggu, 11 Mei 2025 - 11:04 WIB

Pesantren di Era Digital: Sebuah Catatan Sederhana

Kamis, 8 Mei 2025 - 15:02 WIB

Gaya Hidup Cashless: Kemudahan atau Ketergantungan?

Kamis, 8 Mei 2025 - 14:02 WIB

Sampah Kota Yogyakarta Menumpuk: Kendala dan Solusinya

Sabtu, 3 Mei 2025 - 10:12 WIB

Cara Nabi Musa dan Nabi Muhammad Menghadapi Tren #KaburAjaDulu

Selasa, 29 April 2025 - 15:31 WIB

Berani Bicara: Tanda Kuat Atau Malah Lemah?

Berita Terbaru

Presiden Prabowo ditemani Mentri Amran di sebuah lahan pertanian (foto: ist)

Nasional

Di Era Presiden Prabowo, Serapan Beras Tertinggi dalam 58 Tahun

Selasa, 13 Mei 2025 - 07:32 WIB

for NOLESA.COM

Opini

Pesantren di Era Digital: Sebuah Catatan Sederhana

Minggu, 11 Mei 2025 - 11:04 WIB

Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo menerima SK PAW dari Ketua MUI Jatim, KH. Hasan Mutawakil Alallah di Kantor MUI Jatim, Sabtu, 10/5/2025 (foto: ist)

Daerah

Bupati Sumenep Terima SK PAW

Sabtu, 10 Mei 2025 - 19:46 WIB