Dosen: Cita-cita yang Menjulang dengan Kemampuan Pas-pasan

Sujono

Selasa, 3 Oktober 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sujono (Foto: dokumen pribadi)

Sujono (Foto: dokumen pribadi)

Oleh SUJONO*

Ada perasaan sia-sia yang menjalar perlahan di hati seorang dosen. Malam itu semua usahanya meyakinkan para mahasiswanya tentang keunggulan ekonomi Islam, gugur berkeping-keping; hanya karena sebuah pertanyaan sederhana seorang mahasiswa.

Rasanya semua energi intelektualnya sudah dikerahkan. Enam belas kali pertemuan dalam satu semester. Jumlah itu menurut sang dosen sudah cukup untuk membangun keyakinan di benak para mahasiswa tentang keunggulan sistem ekonomi Islam di atas semua sistem lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sang dosen membuat perbandingan ideologi dan sistem yang sangat rasional-objektif antara Islam dengan kapitalis dan komunis; perbandingan bisnis antara konsep Bank tanpa riba dan Bank konvensional; analisa komprehensif tentang kegagalan pembangunan di dunia Islam; syarat-syarat yang diperlukan demi meningkatkan kesejahteraan ummat dan memajukan perekonomian mereka. Begitu seterusnya.

Baca Juga :  Jangan Diganggu, Bupati Fauzi Hanya Mau "Jual” Sumenep Lewat Lagu

Mahasiswa-mahasiswanya antusias. Sampai pertanyaan sederhana itu muncul;

Apakah ada sebuah negara yang telah menerapkan sistem ekonomi Islam, dan mencapai tingkat kemakmuran yang dijanjikan sistem itu seperti yang Bapak ceritakan, sehingga kita dapat menjadikannya model pengembangan ekonomi bangsa kita ke depan? tanya mahasiswa itu enteng dan sedikit lugu.

Sederhana memang. Tapi itulah “lubang besar” yang menganga dalam cara kita mengkomunikasikan Islam kepada masyarakat.

Sementara kita menjelaskan keunggulan ideologi dan sistem yang abstrak, tetapi mereka mengharapkan contoh aplikasi yang sukses dalam kehidupan nyata.

Sementara kita membanggakan keunggulan di dunia maya spiritual, tapi mereka hanya terpesona kepada yang unggul di dunia empiris.

Baca Juga :  Memanfaatkan Masa Tenang sebagai Ritual Pemilu Damai

Sementara kita menjelaskan kehebatan Islam di masa lalu, tetapi mereka menyaksikan keterpurukan kita saat ini.

Sementara kita menjelaskan kebenaran-kebenaran Islam, tetapi mereka justru menantikan kekuatan-kekuatan kaum Muslimin.

Sementara kita menjelaskan teori, namun mereka memahami teori lebih baik melalui contoh kasus.

Sebuah Cermin Realitas

Kebanyakan orang belajar secara visual, tapi kita bekomunikasi secara abstrak. Ini hanya contoh kecil, sangat sederhana, tapi memadai untuk menjelaskan “mengapa gerakan dakwah” belum mampu menembus pusaran logika massa, apalagi melakukan penetrasi pada jaringan-jaringan pemikiran, sosial dan politik untuk kemudian mengubah, memobIlisasi dan mengendalikan mereka.

Di tingkat opini publik, Islam dan gerakan dakwah dengan mudah “diisolasi” tanpa pembelaan spontanitas dari masyarakat.

Baca Juga :  Mendorong Minat Siswa untuk Mempelajari Bahasa Arab

Rendahnya tingkat penerimaan publik dan kapasitas serta citra kita sebenarnya merupakan realitas-realitas yang berakar pada cara kita berpikir.

Pikiran adalah cermin besar yang memantulkan seluruh potret realitas kita secara apa adanya.

Pikiran adalah ruang kemungkinan (space of possibility), dan realitas adalah ruang tindakan yang telah jadi nyata (space of action).

Seluruh realitas kita hanya bergerak pada ruang kemungkinan itu. Makin besar ruang kemungkinannya, makin besar pula ruang realitanya. Bagaimana kita berpikir, begitulah kita akan bertindak.

Dan…

Realitas-realitas kita di masa mendatang adalah buah dari benih-benih pikiran yang kita tanam hari ini.

Wallahu a’lam…

Berita Terkait

Membaca Manuver Mas Wapres
Tahan! Jaga Diri dari Sembarangan Menuduh dan Menyebarkannya
Serba-serbi Guru
Titik Krusial; Jangan Paksakan Anakmu untuk Menjadi Seperti Kamu
Hari Ayah Takkan Terlewatkan Begitu Saja
Musibah dan Penderitaan Merupakan Cara Allah Untuk Menyempurnakan Ciptaan-Nya
Bulan Muhammad SAW: Pemimpin yang Adil Mutiara yang Hilang
Bulan Muhammad SAW: Kelanggengan dan Kemusnahan Agama

Berita Terkait

Jumat, 20 Desember 2024 - 18:28 WIB

Membaca Manuver Mas Wapres

Jumat, 20 Desember 2024 - 09:42 WIB

Tahan! Jaga Diri dari Sembarangan Menuduh dan Menyebarkannya

Selasa, 26 November 2024 - 15:00 WIB

Serba-serbi Guru

Jumat, 22 November 2024 - 05:18 WIB

Titik Krusial; Jangan Paksakan Anakmu untuk Menjadi Seperti Kamu

Selasa, 12 November 2024 - 07:29 WIB

Hari Ayah Takkan Terlewatkan Begitu Saja

Berita Terbaru

Ilustrasi (pixabay/nolesa.com)

Puisi

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Rabu, 25 Des 2024 - 08:36 WIB