Oleh Sujono
(Penulis lepas tinggal di Satelit, Sumenep)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Saw, pernah berdo’a; “Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan umatku, lalu dia mempersulit urusan mereka, maka persulit pulalah dia. Dan barangsiapa yang menjabat jabatan dalam pemerintahan umatku, lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia,” begitu Hadits peringatan ini diabadikan oleh Imam Muslim; Shahih Muslim.
Sosok pemimpin yang baik (amanah) bagaikan sebuah mutiara. Ia berada di dasar laut sehingga sulit didapatkan. Walaupun susah dicari, tetapi barang langka itu ada.
Teringatlah saya dengan sosok Umar bin Abdul Aziz. Walaupun hanya memimpin selama dua tahun, tetapi ia telah membuat rakyatnya menjadi kaya sehingga tidak ada satu pun yang berhak menerima sedekah.
Saat di puncak kesuksesannya memimpin itu, Beliau merasa dirinya perlu mendapat nasehat dari seorang ulama. Maka menulislah surat kepada ulama besar yang bernama Imam Hasan al-Bashri. Isi suratnya, sang Khalifah Umar bin Abdul Aziz memohon kepada Imam Hasan al-Bashri agar dijelaskan “Sifat atau ciri-ciri Pemimpin yang adil”.
Maka Imam Hasan al-Bashri menjawab surat sang Khalifah Umar bin Abdul Aziz; “Wahai Amirul Mukminin! Ketahuilah, sesungguhnya Allah Ta’ala, menjadikan seorang pemimpin yang adil itu sebagai penolong bagi setiap yang dianiaya, kekuatan bagi yang lemah, pembela bagi setiap yang dizalimi, dan penghibur bagi yang berduka”.
“Wahai Amirul Mukminin! Pemimpin yang adil itu seperti seorang penggembala unta yang penuh belas kasihan pada para gembalaannya. Dia memilihkan padang rumput yang terbaik untuk gembalaannya. Dia melindunginya dari segala mara bahaya yang dapat membinasakan nya. Dia menjaganya dari binatang buas dan dari segala penyakit di waktu dingin dan panas”.
“Wahai Amirul Mukminin! Pemimpin yang adil itu kedudukannya seperti HATI di antara anggota tubuh lainnya. Jika hatinya bersih, maka perbuatannya akan baik, dan sebaliknya, jika hatinya kotor, maka amal perbuatannya akan buruk”.
“Wahai Amirul Mukminin! Pemimpin yang adil itu berdiri tegak di antara Allah dan hamba²-Nya. Dia mendengar kalam Allah dan mendengarkan ucapan mereka. Dia memandang Allah dan memperhatikan mereka. Dia patuh dan taat kepada Allah dan ditaati kepemimpinannya oleh mereka”.
“Wahai Amirul Mukminin! Pemimpin yang adil itu seperti seorang IBU yang penuh belas kasihan terhadap anaknya dengan mengandungnya dan dibawa kemana saja ia pergi dengan susah payah. Ia menyayangi anaknya ketika kecil. Terjaga atau bangun ketika anaknya bangun. Diam atau tenang ketika anaknya berada di sisinya. Menyusuinya sampai batas menyapih. Gembira ketika anaknya sehat. Dan sedih ketika anaknya sakit”.
“Wahai Amirul Mukminin! Ketahuilah, sesungguhnya Allah menurunkan hukum²-Nya agar dapat mencegah manusia dari semua perbuatan keji. Maka janganlah perbuatan itu datang darimu!”
(Dinukil Dari Ahmad Muhammad Jamal; Muhimmah Haikim Muslim)
Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad.