Oleh Farisi Aris*)
Salah satu pentolan gerakan anti-Pancasila, Abu Bakar Ba’asyir, kini telah mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Dirinya mengaku bahwa dasar Pancasila itu sendiri adalah ketauhidan.
”Indonesia berdasar Pancasila itu mengapa disetujui ulama, karena dasarnya tauhid, Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini pun pengertian saya terakhir,” kata Abu Bakar dalam video.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perubahan ideologis yang terjadi pada diri Abu Bakar Ba’asyir adalah peta jalan baru yang menunjukkan bahwa Islam dan Pancasila sama sekali tidak bertentangan. Apa yang terjadi pada sosok penggerak anti-Pancasila itu menunjukkan bahwa gerakan anti-Pancasila yang sampai kini berserakan, adalah sebuah propaganda yang timbul dari ketidakpahaman yang sempurna terhadap Pancasila sebagai falsafah bangsa.
Kita tahu siapa Abu Bakar Ba’asyir itu, yang bisa dikatakan adalah salah sosok penggerak terkemuka di balik gerakan-gerakan kelompok anti-Pancasila yang cukup kuat dengan jumlah massa atau pengikut yang tidak bisa diremehkan.
Sosoknya memiliki hubungan yang kuat dengan penggerak-penggerak jaringan terorisme di Indonesia. Sejarah mencatat, ia dikenal sebagai inisiator Jamaah Islamiyah (JI) bersama Abdullah Sungkar. Keduanya kemudian dikenal sebagai duet yang tak terpisahkan.
Jamaah Islamiyah (JI) merupakan organisasi teror yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida Usamah Bin Laden. Pembentukan JI Asia Tenggara dilakukan Abu Bakar Baasyur dan Abdullah Sungkar pada tahun 1993.
Pada tahun yang sama, (tahun 1983) Abu Bakar bersama Abdullah Sungkar Divonis 9 Tahun Penjara karena terbukti menghasut untuk tidak menerima Asas Tunggal Pancasila. saat kasusnya masih Kasasi dan menjadi tahanan rumah, keduanya melarikan diri ke Malaysia.
Tahun 2005, Abu Bakar Ba’asyir divonis 2,6 tahun penjara karena terbukti terlibat pada serangan Bom Bali 2002. Dan, enam tahun kemudian, tahun 2011 tepatnya, Abu Bakar Ba’asyir kembali divonis 15 Tahun penjara karena terbukti terlibat dalam pendanaan pelatihan militer terorisme di Aceh.
Pancasila, sebagai falsafah yang diramu dari nilai-nilai kebenaran universal, adalah inti sari dari Islam itu sendiri.
Pada kasus hukumnya yang terakhir ini, Abu Bakar Abu Bakar sebenarnya bisa bebas bersyarat pada tahun 2019, tetapi karena Abu Bakar tidak mau menandatangani surat yang salah satu poinnya berisi pernyataan Setia Kepada NKRI maka Abu Bakar gagal bebas bersyarat.
Dan, akhirnya, ia baru bisa bebas secara murni pada 8 Januari 2021.
Karena itu, penerimaan dirinya terhadap Pancasila itu benar-benar keajaiban ideologis yang tidak pernah disangka-sangka. Ia adalah sosok anti-Pancasila tulen.
Sebab itu, perubahan ideologis yang terjadi pada dirinya itu membuktikan bahwa Pancasila, yang selama ini dihadap-hadapkan dan dipertentangkan dengan Islam, sesungguhnya adalah kesalahan fatal yang sangat disayangkan.
Oleh sebab itu, kiranya apa yang terjadi pada sosok Abu Bakar Ba’asyir ini perlu menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Khususnya bagi kelompok-kelompok yang sampai kini masih terus-terusan memposisikan Pancasila sebagai sesuatu yang bertentangan dengan Islam.
Sebagaimana kata Abu Bakar Ba’asyir, Pancasila adalah hasil kesepakatan banyak ulama. Dan karena itu, tidak mungkin para ulama menerima Pancasila jika bertentangan dengan Islam.
Karena itu, kelompok-kelompok anti-Pancasila kiranya perlu untuk belajar pada jejak panjang sosok Abu Bakar Ba’asyir ini. Dan mengakui bahwa Pancasilah adalah falsafah bangsa yang tidak bertentangan dengan Pancasila.
Meski Pancasila dalam posisinya sebagai falsafah bangsa tidak bisa disejajarkan dengan Islam yang merupakan agama suci, namun antara keduanya sama sekali tidak bertentangan. Pancasila, sebagai falsafah yang diramu dari nilai-nilai kebenaran universal, adalah inti sari dari Islam itu sendiri.
*) Farisi Aris, penulis lepas, mukim di Yogyakarta