Oleh FARISI ARIS*
Koeksistensi adalah suatu keadaan atau kondisi di mana seseorang ataupun suatu kelompok hidup bersama pun berbeda secara ras, suku, agama atau pun keyakinan agama. Mereka (yang ada sebagai aktor-aktor sosial) hidup saling menghormati satu sama lain, menghargai perbedaan, dan saling menyayangi sesama.
Kondisi saling menghargai dan saling menghormati (koeksistensi) antara umat Islam dan Kristiani itu sudah terjalin lama dan masih terawat sampai sekarang.
Fakta sejarah mengatakan bahwa umat Islam dan Kristiani hidup berdampingan selama berabad-abad. Mereka hidup dengan prinsip saling menghargai satu sama lain.
Bahkan, fakta sejarah juga mencatat bahwa kedua agama ini juga sering menjalin hubungan kerja sama untuk membangun peradaban kemanusiaan yang lebih maju dan unggul. Perbedaan agama atau keyakinan tidak membuat keduanya bercerai berai dan memusuhi satu sama lain.
Dari masa kepemimpinan Nabi Muhammad, Dinasti Abbasiyah, Umayyah, dan Fathimiyah umat Kristiani juga banyak terlibat atau dilibatkan dalam pengelolaan pemerintahan Islam. Bahkan, Dinasti Fathimiyah tercatat banyak mengangkat wazir (menteri) dari kalangan non muslim atau dari umat Kristen itu sendiri.
Alasannya, karena kala itu orang-orang Kristen memiliki pengalaman dan pengetahuan mumpuni untuk mengelola birokrasi dan pemerintahan ketimbang orang-orang Islam yang merupakan pendatang baru dalam dunia pemerintahan dan birokrasi (Mun’im Sirry, 2022).
Bahkan, lebih lanjut, menurut (Mun’im Sirry, 2022) dalam bukunya berjudul Koeksistensi Islam-Kristen itu mengatakan bahwa dalam sejarah emas yang dicapai oleh umat Islam, di dalamnya tak terelakkan juga terdapat keterlibatan umat Kristiani yang tidak bisa dilupakan begitu saja.
Artinya, jika kita membicarakan pencapaian emas yang telah diraih umat Islam, maka kita tidak boleh lupa atas peran dan keterlibatan umat Kristen di dalamnya.
Serpihan sejarah itu menandakan bahwa sebenarnya Islam dan Kristen memiliki hubungan yang baik selama berabad-abad. Keduanya menyatu sebagai kekuatan sosial yang memotori perubahan dan pembangunan sejarah panjang umat manusia.
Jadi, dengan hal itu jelas bahwa Islam dan Kristen punya rekam jejak yang positif yang patut untuk terus kita lestarikan sepanjang waktu.
Karena itu, dengan begitu umat Islam pada khususnya, tidak boleh terprovokasi oleh narasi-narasi kebencian yang didengungkan oleh kelompok Islam kanan yang selalu memposisikan umat Kristiani sebagai musuh yang mesti dilawan dan diperangi. Dalam konteks kebangsaan, kita semua sama sebagai warga bangsa, tidak ada kafir dan semacamnya.
Dan, sebagai warga bangsa, kita memiliki tugas yang sama, yakni memelihara hubungan persaudaraan yang baik dan harmonis. Perbedaan adalah keniscayaan. Dan itu sama sekali bukan penghalang bagi kita untuk menjalin hubungan satu sama lain. Sejarah telah membuktikan bahwa Islam-Kristen bisa berjalan beriringan.
Koeksistensi Islam-Kristen adalah warisan sejarah yang patut kita rawat dan lestarikan hingga akhir zaman.
*) Farisi Aris, wartawan nolesa.com