Jangan Diganggu, Bupati Fauzi Hanya Mau “Jual” Sumenep Lewat Lagu

Ahmad Farisi

Minggu, 31 Juli 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mimbar, ”Aneh bin ajaib.” Demikianlah judul yang tepat untuk menggambarkan drama politik yang sedang terjadi di Sumenep.

Ceritanya, Bupati Ahmad Fauzi (yang belakangan akrab disebut-sebut sebagai Ra Fauzi oleh sejumlah media) merilis lagu.

Judulnya, Dicintai Tanpa Dicintai. Tayang di channel YouTube AF Official Video. Berdurasi 4:07 detik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lagu itu dinyanyikan oleh Aries Reborn. Siapa Aries? Saya juga tidak tahu.

Yang jelas, melalui lagu ciptaan Ra Fauzi itu, saya jadi tahu bahwa di Sumenep, ada penyanyi potensial seperti Aries.

Alih-alih bangga. Kehadiran lagu berlatarkan kehidupan remaja itu malah di bully.

Alasannya macam-macam. Ada yang bilang tidak relate dengan kondisi Sumenep.

Anehnya, ada pula yang mengaitkan kehadiran lagu itu dengan kondisi kemiskinan di Sumenep.

Katanya, Bupati Ra Fauzi tidak bersimpati. Bernyanyi di atas penderitaan orang banyak.

Baca Juga :  Saling Mengingatkan, Berikut Penyebab Batalnya Pahala Puasa Ramadan

Aneh. Tidak masuk akal. Melihat sesuatu yang kontras sebagai sesuatu yang bertentangan.

Dengan Bupati Ra Fauzi menciptakan lagu, seakan-akan Bupati Ra Fauzi tidak peduli pada angka kemiskinan yang masih membengkak.

Logika macam apa ini. Mengapa kita begitu senang menggunakan kaca mata kuda?

Bagaimana jika itu adalah seni membangun Sumenep ala Bupati Ra Fauzi?

Dan karena itu, mengapa kita tidak mencoba melihatnya dalam perspektif yang lain?

Melalui perspektif seni dan politik promosi, misalnya.

Musik sebagai Seni

Musik adalah seni. Sebagai seni, kajian tentang musik biasanya selalu berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Mulai dari nilai pendidikan, nilai sosial, nilai moral, dan yang lainnya.

Jika sebuah karya musik memenuhi patokan-patokan nilai tersebut, biasanya sebuah karya musik dianggap berhasil.

Lalu, apakah karya musik yang diciptakan Bupati Ra Fauzi itu memenuhi standar nilai-nilai yang ada? Saya akan menafsirkannya.

Baca Juga :  Mengubah Paradigma: Merangkul Kebersamaan dan Menjauhi Kebiasaan Mabuk di Kalangan Mahasiswa

Khususnya soal nilai pendidikan dan moral.

Maka jelas dan terang, lagu itu memiliki nilai moral dan pendidikan yang tinggi. Yakni tentang keikhlasan diri.

Hal itu terlihat sangat jelas dalam judul lagunya, Mencintai Tanpa Dicintai. Ini berat.

Cinta dan keikhlasan level sufi. Itu hanya satu contoh.

Dan tentu masih banyak contoh-contoh nilai lain yang bisa kita gali. Dengan ketajaman akal budi kita.

Kata para filsuf, akal budi adalah alat untuk memahami dunia segala kerumitannya. Termasuk seni musik di dalamnya.

Berpikirlah….

Musik; Politik/Strategi Promosi

Lalu, bagaimana jika lagu ciptaan Bupati Ra Fauzi itu dilihat dari perspektif politik promosi wisata?

Tentu itu malah tambah bagus. Inovatif. Menjanjikan.

Selain dapat memperkenalkan tempat-tempat wisata lokal, gerakan semacam itu juga dapat mengangkat penyanyi lokal. Yang potensial. Yang berbakat.

Penggunaan musik sebagai ajang promosi wisata sudah banyak digunakan di daerah-daerah lain. Dan berhasil.

Baca Juga :  [Meng]apa Filsafat itu Penting?

Seperti Raja Ampat yang dipromosikan melalui lagu keindahan Raja Ampat dalam berbagai bahasa.

Dari bahasa Indonesia, Inggris, hingga Mandarin.

Begitu pula dengan Labuan Baji, Borobudur, dan beberapa destinasi wisata lainnya.

Hari ini, hal semacam itu adalah kebutuhan. Untuk mencapai cita-cita pembangunan, kita perlu melakukannya dengan beragam cara.

Termasuk melalui musik. Salah satu seni yang paling banyak digemari oleh anak muda, yang secara garis besar juga merupakan sasaran promosi.

Jika ini berhasil, bukankah ternyata seni bisa meningkatkan angka kesejahteraan?

Bukankah ini berarti seni dapat menjawab problem sosial yang ada?

Dan, bukankah ini gebrakan yang luar biasa?

Mengapa kita hendak mengganggu, bukankah Bupati Fauzi hanya ingin menjual Sumenep melalui lagu?

Apa yang salah?

 

Yogyakarta, 31 Juli 2022

 

 

 

 

Berita Terkait

Jihad yang Paling Utama Bagi Kaum Wanita
Waspadalah dengan Popularitas
Balasan Bagi Orang yang Sabar Tidak Lagi Ditimbang dan Diukur
Dzulhijjah: Sebuah Pelajaran untuk Tafakur di Bulan Suci
Anak Menjerit, Orang Tua Diam: Ketika Pesantren Jadi Trauma Awal
Terjebak Banjir dan Terjerembab ke Jurang: Catatan Liputan dari Patean
Nilai Pujian Kepada Allah Swt, Dalam Kalimat Alhamdulillah
Menjadi KOPRI yang Apik: Gerakan Perempuan PMII Sumenep di Era Transformasi

Berita Terkait

Jumat, 27 Juni 2025 - 09:16 WIB

Jihad yang Paling Utama Bagi Kaum Wanita

Jumat, 20 Juni 2025 - 13:14 WIB

Waspadalah dengan Popularitas

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:38 WIB

Balasan Bagi Orang yang Sabar Tidak Lagi Ditimbang dan Diukur

Jumat, 30 Mei 2025 - 15:00 WIB

Dzulhijjah: Sebuah Pelajaran untuk Tafakur di Bulan Suci

Minggu, 25 Mei 2025 - 20:45 WIB

Anak Menjerit, Orang Tua Diam: Ketika Pesantren Jadi Trauma Awal

Berita Terbaru

(for NOLESA.COM)

Puisi

Puisi-puisi Cahaya Daffa Fuadzen

Sabtu, 5 Jul 2025 - 18:49 WIB