Oleh Sujono
(Penulis lepas tinggal di Perum Satelit, Sumenep)
Musibah dan Penderitaan Merupakan Cara Allah Untuk Menyempurnakan Ciptaan-Nya
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tidaklah seorang Muslim mendapat luka, penyakit, kerisauan, kesedihan, gangguan serta kegelisahan, kecuali Allah hapus dengannya dosa-dosanya,” demikian Dawuh Gusti Kanjeng Nabi Muhammad Saw, yang ditorehkan oleh Imam Bukhari.
Musibah dan penderitaan itu merupakan sarana untuk membersihkan manusia dari dosa dan aib, sekaligus mendekatkan derajat kepada-Nya.
Melalui musibah, (Dia) selalu memberi kita anugerah. Karena, segala yang telah ditetapkan Allah kepada kita, hakekatnya adalah pilihan terbaik bagi diri kita.
Adakalanya kita mendapat karunia besar dari Allah SWT. justru pada saat gelapnya kesedihan. Dan bisa jadi dengan datangnya kesedihan, kita dapat menemukan anugerah Allah yang tidak dapat kita temukan di saat bahagia.
Bahkan, datangnya kesukaran dan kemiskinan, sebagai hari raya bagi para “pencari Allah”.
Berbagai ujian kekurangan itu seperti hamparan pemberian karunia Allah.
Sufi besar Ibnu Athaillah pernah menasehati kita; Akuilah kefakiran dan kemiskinan diri di hadapan-Nya, niscaya Allah membantu mu dengan sifat-sifat (kesempurnaan-Nya).
“Sadari kekurangan mu, maka Allah akan menolong mu dengan (kekuasaan-Nya)”
“Dan insyafi kelemahan mu, Allah akan menolong mu dengan (kekuatan-Nya)”
Sabar…
Dengan mengetahui hakekat sabar, maka seseorang akan ringan menjalani kehidupannya. Karena pada hakekatnya, ujian itu tidak datang dengan sendirinya, melainkan dari Allah.
Di antara rahmat Allah kepada hamba-Nya, (Dia) ringankan derita dan ujian dengan mengabarkan bahwa (Dia) lah Dzat yang memberi ujian.
Dalam senandungnya Ibnu Athaillah berseru; Mestinya ujian terasa ringan ketika engkau mengetahui bahwa Allah lah yang memberimu ujian. (Dia) yang menetapkan takdir atasmu, adalah (Dia) yang selalu memberimu pilihan terbaik.
Wallahu a’lam…