Menyebut Ungaran—sebuah kota kecil yang merupakan ibu kota Kabupaten Semarang—maka yang terbayang adalah sebuah kuliner legendaris bernama Sate Sapi Pak Kempleng. Sate sapi Pak Kempleng boleh dibilang merupakan kuliner paling populer di kota yang dijuluki “Kota Seribu Rumah Makan” itu.
Sate sapi Pak Kempleng mirip sate maranggi di Purwakarta dan Cianjur, Jawa Barat. Sebelum dibakar, potongan daging yang sudah ditusuk sujen, dimarinasi dengan formula bumbu khusus bercampur gula aren, yang menjadikan dagingnya empuk dengan bumbu meresap.
Meminjam keterangan Travel.kompas.com, meski potongan daging besar-besar, tidak terasa liat atau keras sama sekali. Bahkan, sangat jarang daging yang terselip di gigi. Teksturnya mirip steak dengan tingkat kematangan “medium well” yang masih terasa juicy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Cita rasa sate sapi Pak Kempleng tone-nya cenderung manis dan sedikit gurih khas sate sapi manis. Sate sapi Pak Kempleng disajikan dengan saus kacang dan irisan lombok serta bawang merah, yang ditempatkan terpisah, tidak langsung disiramkan pada satenya. Selain daging sapi, sate sapi Pak Kempleng juga memakai jerohan sapi (babat, usus, paru), tapi satu tusuk satu jenis, tidak dicampur.
Setidaknya sate Sapi Pak Kempleng menyediakan enam macam jenis sate sapi yaitu: sate daging, sate usus, sate ginjal, sate babat, sate paru, dan sate kapur atau lemak sapi. Pengunjung bisa memilihnya atau satu porsi sejumlah 10 tusuk bisa memilih beberapa jenis yang berbeda. Seporsi sate sapi Pak Kempleng bisa dinikmati dengan sepiring nasi atau lontong, bisa dipilih sesuai selera.
Sudah banyak tokoh dan pesohor yang bertandang dan menyantap sate sapi Pak Kempleng. Salah satu di antaranya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dalam sebuah vlognya berdurasi 04.05 menit, yang diunggah di kanal YouTube-nya dengan titi mangsa 12 Juni 2018, Ganjar Pranowo tampak mampir dan menikmati sate sapi Pak Kempleng. “Sate Sapi Pak Kempleng ini spesial,” tulis orang nomor satu di Jawa Tengah ini di caption vlognya.
Riwayat sate sapi Pak Kempleng dirintis oleh Pak Kempleng yang bernama asli Sakimin sejak tahun 1946. Pada tahun itu, Sakimin menjajakan sate berkeliling di pemukiman sekitar Ungaran dan Babadan pada malam hari dan berakhir di alun-alun Kota Ungaran.
Lilly T. Erwin dan Abang Erwin dalam buku Peta 100 Tempat Makan Makanan Khas Daerah di Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang (2008) menyatakan, sate sapi Pak Kempleng adalah hasil rintisan puluhan tahun Pak Kempleng menjajakan sate sapi di Ungaran dengan angkringan. Sakimin—nama asli Pak Kempleng—keluar masuk gang di kota kecil berhawa dingin itu untuk menawarkan sate sapi kepada pelanggannya. Setiap malam, perjalanan Pak Kempleng selalu berakhir di alun-alun Ungaran sampai akhir hayatnya.
Sepeninggal Sakimin, sempat terjadi kekosongan alias tidak ada generasi penerus yang meneruskan usaha Sakimin berjualan sate sapi. Padahal ketika itu, sate sapi Pak Kempleng sudah cukup populer dan memiliki banyak pelanggan. Itu artinya, Sakimin wafat meninggalkan nama besar sate sapi Pak Kempleng.
Beruntung, salah seorang anak Sakimin bernama Sumorejo kemudian berinisitif untuk meneruskan usaha ayahnya. Bermodal nama besar sate sapi Pak Kempleng yang sohor, Sumorejo mulai berjualan sate sapi dan memulainya dari nol alias berjualan keliling seperti ayahnya. Namun, karena sudah memiliki nama besar, kehadiran kembali sate sapi Pak Kempleng seperti penawar rindu bagi orang-orang yang selama ini telah menjadi pelanggan sate sapi Pak Kempleng.
Sempat membuat warung tenda di alun-alun Kota Ungaran sebelum jadi gedung DPRD Kabupaten Semarang. Sampai akhirnya, pada sekitar 1986, Sumorejo bisa menyewa sebidang lahan di pinggir jalan raya Ungaran untuk berjualan sate sapi. Rumah Makan Sate Sapi Pak Kempleng 1 yang dirintis Sumorejo kini diteruskan oleh Hamzah, anaknya.
Selain Hamzah, saat ini eksistensi sate sapi Pak Kempleng diteruskan oleh anak, cucu, dan keponakannya. Terdapat beberapa rumah makan 1,2,3 dan 4, yang menjual sate sapi Pak Kempleng, yang semuanya berada di ruas Jalan Diponegoro, Ungaran. Selain itu, ada juga cabang Sate Sapi Pak Kempleng di Jakarta.
Soal asal-usul nama “Kempleng” yang sekarang sudah dipatenkan, konon berasal dari kebiasaan Sakimin memiringkan kepala (kempleng) saat menjual sate sapi dengan berkeliling di sekitaran alun-alun Ungaran. Namun Eni Harmayani, dkk dalam buku Makanan Tradisional Indonesia Seri 1, Kelompok Makanan Fermentasi dan Makanan yang Populer di Masyarakat (2019) menyatakan, selama berkeliling, Sakimin menjajakannya dengan sebutan gampleng atau “sega ngampleng” yang berarti nasi dengan potongan daging sapi yang dibakar dan rasanya seperti ngampleng (ditampar dalam bahasa Jawa) di mulut. Namun, karena pelanggan dari etnis Tionghoa susah menyebut gampleng, mereka menyebutnya dengan kempleng.
Mana yang benar, yang jelas, sate sapi Pak Kempleng saat ini telah menjadi (salah satu) jujugan wisata kuliner di Kota Ungaran. Resep sate sapi warisan Pak Kempleng alias Pak Sakimin hingga saat ini masih dipegang teguh oleh generasi penerusnya dan terbukti “juara” di hati para penyuka sate. Setiap hari, rumah makan sate sapi Pak Kempleng tak pernah sepi dari pengunjung alias selalu ramai, terutama pada jam-jam makan siang dan malam.