Gus Dur: Sang Zahid

Buana Heppy

Minggu, 26 Desember 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Judul : Samudra Kezuhudan Gus Dur

Penulis : K.H. Husein Muhammad

Penerbit : DIVA Press

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Cetakan : Juli 2019

Tebal : 300 halaman

ISBN : 978-602-391-733-4

Kiai Abdurahman Wahid merupakan cucu kiai karismatik—Kiai Hasyim As’ary pendiri NU. Belaiu lahir dari seorang ayah bernama Wahid Hasyim, menteri agama pada masa Presiden Soerkarno. Kiai Abdurahman Wahid tumbuh besar dilingkungan Pesantren. Dan, semasa hidupanya beliau tercatat sebagai ketua umum PBNU dan Presiden keempat Indonesia. Secara keturunan dan kedudukan Kiai Abdurahman Wahid  termasuk golongan darah biru. Meski begitu  Kiai Abdurahman Wahid tetap rendah hati, tidak sombong dan tidak pula jahat pada sesama.

Saat menjabat  presiden, Kiai Abdurahman Wahid terbilang sebagai orang yang tak punya uang. Pasalnya, menurut Mahfud MD yang dikutip penulis dalam buku ini.  Gaji Kiai Abdurahman Wahid sebagai Presiden sering diberikan kepada orang-orang yang memerlukan atau yang menurutnya membutuhkan meski tak diminta, termasuk pula kepada para menterinya. Alwi Shihab dan AS Hikam adalah menteri yang pernah disedakahi uang oleh Kiai Abdurahman   Wahid, atas dasar Jas dan sepatu mereka berdua sudah lawas dan tidak layak pakai sebagai seorang menteri.

Baca Juga :  10 Buku Hukum Karya Ahli yang Wajib Dibaca Mahasiswa Hukum

Tidak hanya kepada Alwi Shihab dan AS Hikam, Kiai Abdurahman Wahid juga sering menyedekahkan uangnya kepada pengurus NU, kiai kampung, dan ustaz; santri, nelayan dan tukang kebun; pedagang kelontong dan para petani yang membutuhkan. Baik untuk kepentingan fasilitas organisasi atau untuk memenuhi kebutuhan pribadi keluarga mereka.

Kebiasaannya memberi kepada orang-orang yang membutuhkan beliau lakukan tanpa bertanya apakah yang beliau beri benar-benar membutuhkan atau tidak, Kiai Abdurrahman Wahid tak peduli bahkan beliau tak pernah menyuruh orang untuk menyelidiki orang-orang yang beliau beri. Dalam memberi beliau juga tak pernah melihat siapa yang beliau beri, tak pernah bertanya apa agamadan seterusnya, dalam segala keadaan beliau tak pernah bertanya mengenai identitas seseorang. Baginya semua orang sama, yaitu sama-sama makhluk  Allah. Bahkan, beliau sering membagikan uangnya kepada orang yang pernah mengkritik dan masih terus mengkritik pemikirannya (hal 197).

Baca Juga :  Menjadi Perempuan Kuat di Era Birokrat

Selain punya kebiasaan memberi, Kiai Abdurahman Wahid juga punya kebiasaan mendengar lantunan-lantunan ayat suci Al Qur’an yang merdu, bila ada yang mengesankan hatinya, beliau akan memberi tafsir atasnya. Bukan hanya melalui kaset yang diputar, kadang Kiai Abdurahman Wahid juga mengundang huuffazah (para penghafal Al-Qur’an) dari Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an (PTIQ) dan Institut Ilmu Al Qur’an  (IIQ) untuk sema’an (mendengarkan) ayat-ayat suci Al-Qur’an di rumahnya.

Terlepas dari semua itu, dalam menjalani hidup Kiai Abdurahman Wahid terbilang sederhana. Hari-harinya selalu beliau jalani dengan berpuasa sunah. Saat beliau buka puasa atau makan pada umumnya, lauk-pauknya pun tak terlalu mewah seperti orang-orang sekelasnya. Lauk-pauknya hanya terdiri dari tempe, tahu dan sambal lalap; sayur bening atau lodeh, telor dan daging kering; cumi-cumi dan kerupuk (Hal-145). Sedangkan dalam berpenampilan, menurut pengalaman penulis, di rumahnya ataupun di Istana Presiden pakaiannya sama saja, sama-sama sederhana.

Baca Juga :  Kesetaraan dan Keadilan Gender

Buku ini menerangkan sepak terjang kehidupan Kiai Addurrahman Wahid dalam menjalani hidup sehari-hari. Karya K.H. Husein Muhammad ini punya nilai lebih dibanding dengan karya tematik  Kiai Addurrahman Wahid lainnya. Selain sarat dengan air mata keteladanan Kiai Abdurahman Wahid, buku ini adalah buku pertama yang meneropong sosok Kiai Abdurahman Wahid dari kacamata sufi. Semoga dengan membaca buku ini, kita diberi keinginan dan kesempatan untuk melakukan apa yang telah dilakukan Kiai Abdurrahman Wahid. Wallahu ‘alam

Berita Terkait

Jalan Damai Rasulullah Menjadi Rahmat bagi Semua
10 Buku Hukum Karya Ahli yang Wajib Dibaca Mahasiswa Hukum
Sejarah Lengkap Islam di Jawa
Kristalisasi Gagasan untuk Indonesia Merdeka
Zakat dalam Dinamika Zaman
Islam Observed: Religious Development in Morocco and Indonesia
Kosmologi dalam Perspektif Islam
Lembar yang Mengetuk Hati dan Jiwa

Berita Terkait

Sabtu, 14 Oktober 2023 - 20:42 WIB

Jalan Damai Rasulullah Menjadi Rahmat bagi Semua

Minggu, 27 Agustus 2023 - 19:30 WIB

10 Buku Hukum Karya Ahli yang Wajib Dibaca Mahasiswa Hukum

Minggu, 21 Agustus 2022 - 07:07 WIB

Sejarah Lengkap Islam di Jawa

Rabu, 17 Agustus 2022 - 05:00 WIB

Kristalisasi Gagasan untuk Indonesia Merdeka

Minggu, 19 Juni 2022 - 10:32 WIB

Zakat dalam Dinamika Zaman

Berita Terbaru

Ilustrasi (pixabay/nolesa.com)

Puisi

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Rabu, 25 Des 2024 - 08:36 WIB