Memesan Takdir
Lima jengkal dari bahasa tubuh telah menuhankan masa depan—gagas lirik, gagas puitik; Tuan-tuan takdir!
Dan atas ketentuan izin paduka
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kami..
Sebagai anak-anak yang berperan diri dalam tri garda pakta membuka:
(Konfirmasi-aktivasi-pengesahan)
(Konfirmasi-aktivasi-pengesahan)
(Konfirmasi-aktivasi-pengesahan)
Dan sederet kawanan berjejer di museum pengarsipan
Dan segerombol aksara memperbarui laman kata lewat kode bar
Bahasa pena melalui bahasa cetak
Bahasa cetak melalui bahasa pemrograman
Bahasa pemrograman melalui bahasa hologram
Bahasa hologram melalui bahasa-bahasa yang dinamis bergerak kemajuan
Di sini, kami akan tuliskan hingga huruf menuju simbol-simbol titik—penghabisan!
2023
Kastawa
Melengung; degup jantung mengeja
merasa, nelangsa bingung meneja
merundung-menggulung Tidung bahasa
mendaga senjata bala-laksamana
Malakat terbabat derajat pelayat
Menggunung relung-rimbun; bertimbun
menggaung; renggu badan kendaraan
merenung; bendung andung nun kidung
mengandung lawa celaga Telaga
Paria dula; duka menyara.
2023
Untuk Tiba di Tujuan
Untuk tiba di tujuan, kita harus membeli udara di siang bolong, memang iklim suka mati dalam bulu hidung, menyaring bercampur-baur polusi kendaraan. bernapas melalui penyulingan batu bara. varian masker selain virus di sekitar kita, diam-diam bermutasi entah menjadi wujud apa. untuk tiba di tujuan, kita perlu scan identitas; agar mendapat selang gratis dan saturasi oksigen bersih.
2023
Makam Kendaraan
Mayat-mayat mobil terkapar
Bangkai-bangkai motor tergeletak
Di tanah kering, nyawa manusia meledak
Semua yang tak terlihat, telah diselimuti keraguan dan semak belukar
Ular-ular bersarang, burung-burung bersangkar
Melihat ada ekosistem di luar sana, seperti mengumpulkan massa binatang
yang menolak masa depan
Di ujung kicauan gagak
Mereka melakukan rituil
Semacam kematian;
Tentang larangan-larangan manusia robotika
Perlawanan ekologi dengan teknologi saling bertubrukan
Hukum alam itu akan selalu datang
Ia akan bangkit. Lalu mendominasi. Dan Seterusnya.
2023
Gedung Kesenian di Kota Pembual
Sebuah panggung nihil orkestra. Para musisi luntang-lantung mengumpulkan bekas-bekas alunan lagu di telinganya. Gagasannya bermulut besar; tumpat di tempat.
Di pintu masuk, tercium bau busuk. Seorang maestro terbuai eksistensi. Ia meninggi karena berbeda. Merasa orang asing beribu-ribu manusia, dan melupa utang budi di sekitarnya.
Kemudian mereka bernyanyi tentang kesedihan. Kesakitan hati yang berbekas. Tetapi audiens tak mendengar makna batin, melainkan suara mikrofon yang terbanting ke dasar lantai. Kosong.
2023
Rifqi Septian Dewantara asal Balikpapan, Kalimantan Timur Mei 1998. Karya-karyanya pernah tersebar di beberapa media online dan buku antologi puisi bersama. Kini, bergiat dan berkarya di Halmahera, Maluku Utara. Bisa disapa melalui Facebook: Rifqi Septian Dewantara