Puisi-Puisi Riska Widiana

Redaksi Nolesa

Rabu, 17 November 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi via @cdd20

Ilustrasi via @cdd20

Lubuk Kesedihan

 

Semakin dalam keperihan membuat tempat

Tiada air mata yang terlihat

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia kering seperti diisap kemarau

Meniadakan gerimis bergelayut di kelopak mata

 

Semakin dalam kesedihan

Tak kutemukan air mata

Namun kehancuran kian lancang

Mengutuk tawa

Menjadi karang dalam hati yang merah

 

Semakin dalam kesedihan

Kata-kata menjadi batu

Berlabuh ke dasar hati paling haru

Menenggelamkan tubuh

Bersama sunyi yang berombak di dada

Sedangkan gemuruh pilu saling bersahutan

Baca Juga :  Setelah Aroma Nafas Kita Berkawin : Puisi Norrahman Alif

Mendiami wadah paling hening

Berbincang-bincang di pikiran

Dengan kisruh riuh tiada gemuruh

 

Riau, 2021

 

Memandang Kehancuran

 

Aku berdiri melawan angin

Yang menyebabkan musim berganti

Sambil menatap;

Pohon-pohon roboh

Tanah luruh dan jatuh

Bangunan patah terbelah

Suasana hancur berantah

 

Inilah yang kau sebut kebahagiaan?

Setelah pergerakan bulan demi bulan

Menyebabkan kita merentang jarak

Tanganmu bias bermain ombak

Lalu debarkan laut yang tenang

Jadilah ia mengamuk

Sebab kekecewaan terbentuk

Dari sekian hari menahan keletihan

Baca Juga :  Puisi-puisi Khairul Yaqin Madura

Karena hati tak lagi tegar

 

Riau, 2021

 

Masa Silam yang Terkubur

 

Aku mengenang semasa kanak-kanak

Duduk di akar-akar pohon

Menaiki dahan-dahan

Di tepi sungai

Airnya mengalir mendebarkan hati

 

Arus air terus mengalir

Pergerakan waktu bergulir

Perubahan demi perubahan terlahir

Di rahim zaman

 

Di jendela berbingkai kayu

Kutatap sendu

Tiada lagi kunang-kunang

Seperti bintang

Bila malam datang

 

Suara anak-anak riang

Berteriak di hulu hilir bibir pantai

Baca Juga :  Puisi-Puisi Muhammad Asqalani eNeSTe

Menyibak air yang mengalir

Ke arah muara sungai

Perlahan memudar

 

Di ranting-ranting pohon

Kita melawan rasa takut

Meraih ke dahan tiap dahan

Tanpa cemas

 

Dua pasang mata

Berkaca-kaca

Menatap masa yang telah samar

Berganti bangunan-bangunan sangar

Menimbun kenangan yang terkubur

 

Cerita itu tak akan kembali

Seperti deras air yang pergi

 

Hanya saja

Jika pasang datang lagi

Bukan sama seperti hari ini

Melainkan aliran dari kisah baru

Di hari-hari yang berlalu

 

Riau, 2021

Berita Terkait

Puisi-puisi Dewis Pramanas
Puisi-puisi Muqsid Mahfudz
Puisi-puisi Nida Nur Fadillah
Puisi-puisi Heri Isnaini
Puisi-puisi Aljannah
Puisi-puisi Achmed Sayfi Arfin Fachrillah
Puisi-puisi Dian Chandra
Puisi-puisi Tan Pajar

Berita Terkait

Jumat, 13 Juni 2025 - 21:35 WIB

Puisi-puisi Dewis Pramanas

Kamis, 29 Mei 2025 - 14:38 WIB

Puisi-puisi Muqsid Mahfudz

Selasa, 20 Mei 2025 - 14:25 WIB

Puisi-puisi Nida Nur Fadillah

Selasa, 6 Mei 2025 - 15:22 WIB

Puisi-puisi Heri Isnaini

Sabtu, 3 Mei 2025 - 10:04 WIB

Puisi-puisi Aljannah

Berita Terbaru

Ketua Baznas Sumenep Ahmad Rahman melihat kondisi rumah Asmani yang tak layak huni (foto: ist)

Daerah

Baznas Sumenep Perbaiki Rumah Asmani yang Tak Layak Huni

Rabu, 18 Jun 2025 - 12:46 WIB