Pelayaran
Masih begitu nyata tentang kedalaman samudra, istriku
Ketika para pelaut memainkan sebuah jala atas nama ketenangan
Sesaat melihat senyum kekar karang menghidupi sepi
Pada debur gelombang yang girang akan luka-luka
Serta arus, masihlah ricuh membuat kedamaian
Namun semilir angin terus senantiasa menyisir diubun-ubuntakdzir
Dengan isyarat ikan-ikan
Kubawakan segala hasrat untuk menenun kisah ini, istriku
Sebelum aku tenggelam dan hanya menyisakan kabar
Sebab, anak dari kita masihlah tak ingin yatim piatu
Inilah, sepenggal kisah seorang ayah
Sebab ibu
Hanya pantas meracik doa-doa diatas sajadah
Lubangsa F/05, 2022
Kebiasaan di Kampungku
Tiap kali aku meratapi ibu-ibu memungut reranting kering tergeletak berserakan di kotak ladang, jua tak lupa mengumpulkan sejuta resah daun bambu, lalu di makan api perlahan bersama sisa-sisa ilalang kering kerontang, sementara pak tani memeras keringat di tengah ladang, beranak, pinak bersama burung-burung yang tenang bersiul, menyelami sepi pada bentang matahari, bahkan tapak kaki dari hitungan detik mulai memberat untuk sekedar menjejaki usia musim ini, ah alangkah deras di sekujur tubuh, keringat berlari menerobos dada, menari, bahkan menggelitik tubuh sehabis menggempur tanah seharian dengan istiqamah.
aku berlindung sejenak di bawah dahan pepohonan, bersentuhan dengan angin yang akhir-akhir ini miris orang rasakan, jua melihat gelenyar dari buah terik matahari, bahkan asap telah hilang menjadi tumpukan debu di kotak ladang dengan sekejap sangat, ranting-rannting kecil yang kering berserakan, serta beberapa macam dedaunan akhirnya bersih jua di kotak ladang tempat menggantungkan hidup.
Annuqayah, 2022
Softex
Bagaimana bisa aku mencintaimu, kekasih
sedang pada batas keraguan yang kupunya
ritus doa-doa masihlah terpenjara di rumah sajadah
entah bagaimana bisa aku mencintaimu, kekasih
dari sebab muasal saja
seluruh keyakinanku tak begitu beruntung
namun, aku sebagai lelaki kurang ajar
masihlah pantas bermain-main di pelaminanmu yang terlanjur basah.
Giliyang, 2022
Hayat
;Lin A.R
Engkau tunggal
Akan tetapi tanggal dimataku
Giliyang, 2022
Suatu Hari Dijarah Musim
suatu hari kami di jarah musim, mencabik-cabik ladang tak lepas dari bini, anak-anak kami jua, ikut menabur hidup di belakang ketika hari jum’at, meniti dengan sangat lahan dan lihai,memendam keresahan bapak di atas kotak ladang, ketika panci sudah sedikit demi sedikit mulai, terkuras keringat, samar-samar adzanpun berkumandang di kejauhan, waktu tak mudah selalu, aku upah dengan kerja, hingga aku pulang kepangkuan Tuhan dengan dua tangan yang, senantiasa terus menengadah.
Annuqayah, 2022