Puisi
Puisi-Puisi Abd. Wakid

Midodaren
Kususupi lembahmu dengan keringat teguh
Sesampainya batu-batu menayangkan usia purba
Dan gemuruh gelombang pertama menyapa
Syahdu menusuk teluk jantungku
Deru pasang mencumbui sepi
Melahirkan anak-anak pasir yang riang
Mereka sangat sahaja seperti penghuni pinggir pantai
Sehabis perjumpaan
Aku jadi sadar dari segala kejenuhan
Bahwa jalan paling tenang
Adalah menyulam kata yang mengandung kamu.
Yogyakarta, 2021
Musim gugur
Sekarang adalah musim kematian
Segala kehidupan luruh ketanah
Musim basah meleraikan daun dan ranting
Sedang badai membawa kabar tentang yang patah
Dan aku bersanding teguh menuju surat yang Tuhan tulis
Sebelum diperkenalkan pada yang fana.
Yogyakarta, 2021
Telaga
Sesore ini aku mengunjungi telagamu
Membawa sekotak kue dan pancing purba
Aku menjumpai anak anak-ikan berenang dimatamu
Mereka memakai sisik yang berlawanan
Si sulung mengakrabi merah sewarna senja
Mengisyaratkan bahwa waktu telah menua
Dan sulung mengaribi hitam semalam
Menandakan sunyi yang tenang
Dan aku bergegas melompat ke dasar matamu
Untuk menjumpai harapan ibu
Yogyakarta 2021
Mengutuk Hujan
Perempuan itu berdiri menantang langit
Menyumpah-serapahi hujan yang bergerilya semalam
Ia lupa mengangkat jemurannya
Basah kuyup memar kecewa
Seamsal kekasihku yang selalu marah
Atas waktu yang kupotong persegi
Yogyakarta 2021

-
Mimbar5 hari ago
Melek Agama dan Politik Melalui Antologi Puisi Negeri Daging Karya Ahmad Mustofa Bisri
-
Cerpen5 hari ago
Suara Kematian (Cerpen Ramli Lahaping)
-
Mimbar6 hari ago
Pemilu: Partai Sibuk, Rakyat Santai
-
Puisi5 hari ago
Pulang- Puisi Muhammad Dzunnurain
-
Opini5 hari ago
Mengingat Kembali Sejarah Hari Guru Nasional
-
Peristiwa2 hari ago
Puskesmas Batang-Batang Diluruk Warga
-
Suara Perempuan2 hari ago
Cinta dan Ingatan Mutia Sukma: Wanita dengan Segala Bentuk Cintanya
-
Opini3 hari ago
Akikah