Selamat Mengenal Namamu Hikmah
; Wanita Sendu
Sehabis bumi menangis
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kini musim telah menepi
Membawa segala yang dahulu
Meski sisah-sisah kisah terlampau utuh.
Dara, jangan sekali matamu merenung
Dan melihat luka diantara derap langkah
Proses bukan hanya tentang segala apa yang bisa
Tetapi sesuatu yang dapat memberikan arah.
Dara, sesekali aku ingin berucap selamat
Walau semilir angin terlalu kencang
Karena, betapa keras air yang berbatu
Hingga kopi buatan ibu butuh lentik jari-jemarimu
Dara, sewaktu kita tidak mengenal
Diri sangat senja merasakan ketenangan
Sampai arah menuju pulang tak kutemukan
Lalu, bus jalur praijtihad menjadi mata lidah-lidah kenangan.
Dara, jarak memang bukan cintah dan kalimat bukan kata
Bilamana kau bertanya tentang esok
Bersedialah menikmati sebuah anugerah
Sebab tak ada satupun sajak yang sampai menghunus penanya.
Dara, ku haturkan sebungkus rindu ini
Jagalah dia baik-baik dan kukuslah dengan benar
Ketika dia beranjak usia remaja hiburlah
Biar katapun tak dapat ku syairkan
Biarkan doa terbang menjumpai tuhan.
Yogyakarta 22
Kota-Kota Bersayap
Jejak para tuan mulai tak terbendung
Seperti gemuruh ombak dipantai seberang
Telah hilang tinggal karang
Ikan-ikanpun mulai lelah
Menembus arus sungai sebesar tabah.
Subuh mulai mengintipkan dirinya
Kepada kota-kota yang enggan pagi,
Anak desa mulai bangun dari segala mimpi
Membuka mata walaupun perih
Seteguh itu mereka berkata kepada dirinya
Hingga lagu-lagu NOAH kembali baru dan mulai utuh
Waktu tidak pernah ingkar berjanji kepada hambanya
Tertulis sejuk dilangit-langit sana
Kota-kota itu mulai terbang
Dan jalan-jalan besar sudah bersayap
Kini kehadiran seonggok sajak
Telah terkutuk pada krikil yang basah ditumpah arak
Yogyakarta 22
Sang Arumi
Butuh sesaat kita bercandu
Menikmati berantara dan senja hari
Pilu hanyalah angin ditelinga mata kita
Maka biarkan saja, hingga para seniman
Melukis dan mewarnai segala hening cipta
Yogyakarta 22
Nol Kilometer
Tempat mereka berpulang dan pergi
Jalan tak memberi arah kaki
Banyak kulit putih berlalu-lalang
Setebal yakin dan setipis iman
Aku kekahkan tinta ini ditebing
Lalu ku lukis semua aksara keraton
Namun rumit kuhapus seperti sejarah
-Begitulah engkau seperti jogja
Yogyakarta 22
MH. D. Hermanto : Mahasiswa UINSUKA Prodi Akidah Dan Filsafat Islam. Lahir di daerah Keraton Nusantara—(Soengenep.) Sedang Belajar DI Sebuah Pembebasan, Eskatologi dan NISCHA.