Puisi-puisi MH D Hermanto

Redaksi Nolesa

Rabu, 26 Juli 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Selamat Mengenal Namamu Hikmah

 ; Wanita Sendu

Sehabis bumi menangis

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kini musim telah menepi

Membawa segala yang dahulu

Meski sisah-sisah kisah terlampau utuh.

Dara, jangan sekali matamu merenung

Dan melihat luka diantara derap langkah

Proses bukan hanya tentang segala apa yang bisa

Tetapi sesuatu yang dapat memberikan arah.

Dara, sesekali aku ingin berucap selamat

Walau semilir angin terlalu kencang

Karena, betapa keras air yang berbatu

Hingga kopi buatan ibu butuh lentik jari-jemarimu

Dara, sewaktu kita tidak mengenal

Diri sangat senja merasakan ketenangan

Baca Juga :  Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara Maluku Utara

Sampai arah menuju pulang tak kutemukan

Lalu, bus jalur praijtihad menjadi mata lidah-lidah kenangan.

Dara, jarak memang bukan cintah dan kalimat bukan kata

Bilamana kau bertanya tentang esok

Bersedialah menikmati sebuah anugerah

Sebab tak ada satupun sajak yang sampai menghunus penanya.

Dara, ku haturkan sebungkus rindu ini

Jagalah dia baik-baik dan kukuslah dengan benar

Ketika dia beranjak usia remaja hiburlah

Biar katapun tak dapat ku syairkan

Biarkan doa terbang menjumpai tuhan.

 Yogyakarta 22

Kota-Kota Bersayap

Jejak para tuan mulai tak terbendung

Seperti gemuruh ombak dipantai seberang

Telah hilang tinggal karang

Baca Juga :  Menakuk Hiruk Pikuk

Ikan-ikanpun mulai lelah

Menembus arus sungai sebesar tabah.

Subuh mulai mengintipkan dirinya

Kepada kota-kota yang enggan pagi,

Anak desa mulai bangun dari segala mimpi

Membuka mata walaupun perih

Seteguh itu mereka berkata kepada dirinya

Hingga lagu-lagu NOAH kembali baru dan mulai utuh

Waktu tidak pernah ingkar berjanji kepada hambanya

Tertulis sejuk dilangit-langit sana

Kota-kota itu mulai terbang

Dan jalan-jalan besar sudah bersayap

Kini kehadiran seonggok sajak

Telah terkutuk pada krikil yang basah ditumpah arak

 Yogyakarta 22

Sang Arumi

Butuh sesaat kita bercandu

Menikmati berantara dan senja hari

Baca Juga :  Puisi-puisi Fathurrozi Nuril Furqon

Pilu hanyalah angin ditelinga mata kita

Maka biarkan saja, hingga para seniman

Melukis dan mewarnai segala hening cipta

 Yogyakarta 22

Nol Kilometer

Tempat mereka berpulang dan pergi

Jalan tak memberi arah kaki

Banyak kulit putih berlalu-lalang

Setebal yakin dan setipis iman

Aku kekahkan tinta ini ditebing

Lalu ku lukis semua aksara keraton

Namun rumit kuhapus seperti sejarah

-Begitulah engkau seperti jogja

 Yogyakarta 22

MH. D. Hermanto : Mahasiswa UINSUKA Prodi Akidah Dan Filsafat Islam. Lahir di daerah Keraton Nusantara—(Soengenep.) Sedang Belajar DI Sebuah Pembebasan, Eskatologi dan NISCHA.

Berita Terkait

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant
Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura
Puisi-puisi Elmira Damayanti-Madura
Puisi-puisi Amanda Amalia Putri-Banyuwangi
Puisi-puisi Alexio Riqil Vitor-Madura
Puisi-puisi Moh. Aqil-Madura
Puisi-puisi A. Danial Matin-Madura
Puisi-puisi Ilham Jayadi-Madura

Berita Terkait

Rabu, 25 Desember 2024 - 08:36 WIB

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Kamis, 12 Desember 2024 - 08:30 WIB

Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura

Sabtu, 7 Desember 2024 - 07:43 WIB

Puisi-puisi Elmira Damayanti-Madura

Sabtu, 30 November 2024 - 07:34 WIB

Puisi-puisi Amanda Amalia Putri-Banyuwangi

Jumat, 22 November 2024 - 05:38 WIB

Puisi-puisi Alexio Riqil Vitor-Madura

Berita Terbaru

Ilustrasi (pixabay/nolesa.com)

Puisi

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Rabu, 25 Des 2024 - 08:36 WIB