Puisi-Puisi Ardhi Ridwansyah

Ardhi Ridwansyah

Kamis, 4 November 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi via pixabay.com

Ilustrasi via pixabay.com

Malam Sendu

 

Sendu cuaca menuai rindu

Di tengah jalan suara klakson tersedu

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Membiak keluh dalam dada pengendara

Lelah yang termaktub dalam keringat

Menetes deras basahi raga lesu.

 

Sepasang mata menerkam

Jiwa lunglai siap layu

Malam begitu syahdu

Lirih hujan menebar teror

Tentang kenangan masa lalu.

 

Kala puisi yang tergores

Pada tubuh kertas lusuh

Tiada bermakna, menewaskan kata,

Tepat saat jemari

Menikam asa jadi binasa.

 

Jakarta, 2021

 

Baca Juga :  Puisi-puisi Unais Muhammad Madura

Halaman Satu

 

Mencarimu di sebuah buku

Aku coba menata rasa

dalam sesaknya kata-kata

Meramu cinta dengan rindu

yang terurai dalam setiap halaman,

Penuh ilmu.

 

Ada jiwamu di sana, tersenyum,

Mengetuk jemala dengan manja

Menebar secercah huruf menjadi

Kisah yang patut dibaca.

 

Ada gelisahmu meringkuk

di halaman satu; kala memulai,

Aku bersiap mengakhiri tiap kasih

dengan waktu yang terus berlari.

 

Jakarta, 2021

 

Mengetuk Jendela Sepi

Untuk Windy Nur Malasari

 

Baca Juga :  Renungan Puan di Ruang Kesunyian

Datang angin mengetuk jendela sepi

Menyapa diri yang sibuk merawat mimpi

Di dada ringkih tiada cerita yang tertata

Segala kisah tewas tanpa kasih.

 

Namun angin menuntunnya

Berembus di sekitar telinga berbisik

Dengan cinta yang kini bangkit

Berdiri tegak menantang hati yang resah.

 

Sejak surya membelai permukaan bumi

Hingga sinarnya redup sebagai senja

Angin terus menuai memori rindu

Tentang pesan dengan kesan kelabu

Di setiap kalimat menuai candu.

 

Jakarta, 2021

 

Ultimatum

 

Baca Juga :  Pulang- Puisi Muhammad Dzunnurain

Dalam tubuh ini ada serigala

siap menerjang dan menerkam

segala rasa yang mengusik jiwa.

 

Termasuk kau yang menyisiri hati

dengan tanda tanya ihwal cinta

yang tak pasti.

Bersiaplah untuk mati!

 

Jakarta, 2021

 

Jam Dinding

 

Adalah jam dinding tua

Merekat di tembok usang

Berlumur waktu yang lamur

Wajahnya kian luntur.

 

Menyatu dengan tanah

Kemboja subur merekah

Tanda duka terdalam

Dari hati nan resah.

 

Jakarta, 2021

Berita Terkait

Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri
Puisi-Puisi Lusa Indrawati
Puisi-puisi Fileski Walidha Tanjung
Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat
Puisi-puisi Tundra Alif Juliant
Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura
Puisi-puisi Elmira Damayanti-Madura
Puisi-puisi Amanda Amalia Putri-Banyuwangi

Berita Terkait

Minggu, 9 Maret 2025 - 12:00 WIB

Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri

Minggu, 9 Maret 2025 - 10:00 WIB

Puisi-Puisi Lusa Indrawati

Senin, 24 Februari 2025 - 07:16 WIB

Puisi-puisi Fileski Walidha Tanjung

Selasa, 4 Februari 2025 - 07:17 WIB

Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat

Rabu, 25 Desember 2024 - 08:36 WIB

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Berita Terbaru

Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo (foto: dok. nolesa.com)

Daerah

Sayembara Kepala DLH Sumenep

Senin, 21 Apr 2025 - 10:01 WIB

Kepala Puskesmas Bluto, Sumenep, dr. Rifmi Utami ketika menyampaikan edukasi kepada JCH 2025 asal Kecamatan Bluto (Foto: ist/nolesa.com)

Daerah

Puskesmas Bluto Tunaikan Tugas Layani JCH 2025 Hingga Tuntas

Minggu, 20 Apr 2025 - 08:00 WIB