Connect with us

Puisi

Puisi-Puisi Ardhi Ridwansyah

Ardhi Ridwansyah

Published

on

Ilustrasi via @cdd20

Malam Sendu

 

Sendu cuaca menuai rindu

Di tengah jalan suara klakson tersedu

Membiak keluh dalam dada pengendara

Lelah yang termaktub dalam keringat

Menetes deras basahi raga lesu.

 

Sepasang mata menerkam

Jiwa lunglai siap layu

Malam begitu syahdu

Lirih hujan menebar teror

Tentang kenangan masa lalu.

 

Kala puisi yang tergores

Pada tubuh kertas lusuh

Tiada bermakna, menewaskan kata,

Tepat saat jemari

Menikam asa jadi binasa.

 

Jakarta, 2021

 

Halaman Satu

 

Baca Juga :  Puisi-Puisi Safrina Muzdhalifah

Mencarimu di sebuah buku

Aku coba menata rasa

dalam sesaknya kata-kata

Meramu cinta dengan rindu

yang terurai dalam setiap halaman,

Penuh ilmu.

 

Ada jiwamu di sana, tersenyum,

Mengetuk jemala dengan manja

Menebar secercah huruf menjadi

Kisah yang patut dibaca.

 

Ada gelisahmu meringkuk

di halaman satu; kala memulai,

Aku bersiap mengakhiri tiap kasih

dengan waktu yang terus berlari.

 

Jakarta, 2021

 

Mengetuk Jendela Sepi

Untuk Windy Nur Malasari

 

Baca Juga :  Kelahiran Marut dan Pupusnya Dendam Ibu Para Asura - Puisi Moehammad Abdoe

Datang angin mengetuk jendela sepi

Menyapa diri yang sibuk merawat mimpi

Di dada ringkih tiada cerita yang tertata

Segala kisah tewas tanpa kasih.

 

Namun angin menuntunnya

Berembus di sekitar telinga berbisik

Dengan cinta yang kini bangkit

Berdiri tegak menantang hati yang resah.

 

Sejak surya membelai permukaan bumi

Hingga sinarnya redup sebagai senja

Angin terus menuai memori rindu

Tentang pesan dengan kesan kelabu

Di setiap kalimat menuai candu.

 

Jakarta, 2021

 

Ultimatum

 

Baca Juga :  Puisi-Puisi Faris Al Faisal

Dalam tubuh ini ada serigala

siap menerjang dan menerkam

segala rasa yang mengusik jiwa.

 

Termasuk kau yang menyisiri hati

dengan tanda tanya ihwal cinta

yang tak pasti.

Bersiaplah untuk mati!

 

Jakarta, 2021

 

Jam Dinding

 

Adalah jam dinding tua

Merekat di tembok usang

Berlumur waktu yang lamur

Wajahnya kian luntur.

 

Menyatu dengan tanah

Kemboja subur merekah

Tanda duka terdalam

Dari hati nan resah.

 

Jakarta, 2021

Kelahiran Jakarta, 4 Juli 1998. Tulisan esainya dimuat di islami.co. terminalmojok.co, tatkala.co, nyimpang.com, nusantaranews.co, pucukmera.id, ibtimes.id, dan cerano.id. Puisinya “Memoar dari Takisung” dimuat di buku antologi puisi “Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019”. Puisinya juga dimuat di media seperti kawaca.com, catatanpringadi.com, apajake.id, mbludus.com, kamianakpantai.com, literasikalbar, ruangtelisik, sudutkantin.com, cakradunia.co, marewai, metafor.id, scientia.id, LPM Pendapa, metamorfosa.co, morfobiru.com, Majalah Kuntum, Majalah Elipsis, Radar Cirebon, Radar Malang, koran Minggu Pagi, Harian Bhirawa, Dinamika News, Harian SIB, Harian BMR FOX, ,Harian Fajar, koran Pos Bali, Riau Pos, Suara Merdeka, dan Radar Madiun. Penulis buku antologi puisi tunggal Lelaki yang Bersetubuh dengan Malam. Salah satu penyair terpilih dalam “Sayembara Manuskrip Puisi: Siapakah Jakarta”.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending