Relungan Hati dari Penyair
Siang ini aku termenung dengan harapan
Memandangi setiap memori yang ada
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Napas harum mewangi masih tercium
Menandai setiap kata dalam ingatan
Tulisan nan abstrak yang terangkai
Membendungi tiap sudut isi buku
Bertahap namun pasti
Yang memenuhi rangkaian titik sudut
Menghilangkan ribuan masalah
Itulah dia jejak dari sebuah bait
Perjalanan dari sebuah baris
Dan menyatu padu membentuk kiasan bermakna
Puisi adalah tulang putihnya
Di buat sedemikian rupa
Agar sang pendengar mampu memahami
Relungan hati dari sang penyair
Jakarta, 07 November 2021
Kapal yang Tak Pernah Berlayar
Untuk Taennie
Mungkin memang jalannya hari tak sama dengan waktu
Menghabiskan ribuan masa hanya untuk berharap
Hampir habis bahkan rasa ini dan tak pernah kunjung bersama
Setiap senja menyapa kan aku buat ribuan permohonan
Meminta agar kapal yang aku rakit bisa berlayar
Namun mengapa rakitan orang bisa pergi dengan jauh
Tetapi kenapa tidak dengan kapal rakitanku
Seseorang yang sudah di tunggu sangat lama bahkan bisa menyisakan ribuan cerita
Mengapa tak pernah sedikit pun kisah mereka jadi sebuah cerita
Banyak yang menyudutkan melemparkan hujatan
Andai kalian tahu rasanya saat menunggu bulan menjadi dua
Supaya tidak sendirian ketika malam
Seperti itu juga harapan semu yang tak akan pernah bisa terjadi dalam hidup
Jakarta, 7 November 2021
Pria Bersuara Dalam
Untuk Haru
Jangan lagi kau berbicara
Sudut di mulutmu tak bisa berhenti
Menggema, menggema, dan menggema
Kau tau aku ini hampir jatuh mendengarnya
Suara dalam yang kau punya teramat sejuk
Membuai aku pada harapan tuk bisa mencintaimu
Jadi berhenti untuk bersuara lagi
Bisa bertahan dari nafsu saja sudah alhamdulilah
Kau pancing lagi jiwa kotor ini untuk memiliki cinta
Tidak akan mungkin dua pasang manusia berbeda bisa bersatu
Dan tak mungkin pula siang bertemu malam
Seperti itu juga drama perasaan dariku untukmu
Jakarta, 7 November 2021
Belajar Online Saja Aku Tak Mampu
Bagaimana aku bisa melangkahkan kaki ini
Melangkah dengan seragam bak seorang tentara
Bangun pagi menyapa burung-burung
Biasanya saja menyapa layar laptop
Masuk sekolah menatap guru lalu apa yang harus aku katakan
Penyakit jahat perlahan mulai hilang
Kini penyakit malu untuk bertemu teman-teman yang di rasakan
Mana otakku belum sampai pada titik tumpuan
Pikiran belum pula menginjakkan rumput berbuku
Sekian lamanya di kurung sekarang di paksa menatap dunia luar
Tuhan apa yang harus aku siapkan
Perlukah membawa bambu runcing
Agar berani mempertahankan ilmu
Namun apa yang bisa di pertahankan
Pengetahuan jarak jauh tak membuat otak ini paham
Jakarta, 7 November 2021