Puisi-puisi Muqsid Mahfudz

Redaksi Nolesa

Kamis, 29 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(for NOLESA.COM)

(for NOLESA.COM)

Tisu untuk Madura

12 tahun lalu, seorang symptom

Menulis ramalan pembunuhan

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di laman tulisan budayawan

 

Dimana sajam masih tersimpan

Dalam makna keselamatan

Pada celuritkah Madura bertuhan?

 

Selang jutaan cacian

Seorang historian tanyai perjalanan

Kemana peradaban Madura berjalan?

 

Ia mencari sesuatu di antara guru dan murid

Siapa yang lari dari pelajaran anti kekerasan?

Atau, di balik itu ada janji budidaya dari petahana?

 

Seakan tisu, Cendekia Madura

Hanya menjadi pembersih stereotip

Yang berlumut di bibir media

Menyeka tangis pemuda dengan buku

Kemudian menyusut di sela-sela tanya

“Sesumbu pendek itukah Madura?”

Pamekasan, 2024

Menjelang Musim Jagung di Madura

Baca Juga :  Puisi-Puisi Faisal Samaran

Hujan tiba di Madura, akhirnya

Anak cucu akan menuai rindu

Pada jagung bakar dan aromanya

 

Menjelang musim jagung, di Madura

Akan ada tawa dan dongeng

Yang menggauli asap juga bara

Dari malam, hingga pagi tiba

 

Menjelang musim jagung, di Madura

Ada juga sedikit ronda

Dari kenalan bocah, remaja

Dan sanak saudara petaninya.

 

Menjelang musim jagung, di Madura

Celurit pilkada malah menggila

Meminta tumbal orang yang berpuasa

 

Menjelang musim jagung, di Madura

Pemuda malah membakar kekasihnya

Demi lari dari kebapak-bapakannya

 

Menjelang musim jagung, di Madura

Lelaki renta lari ke Surabaya

Dimamah para pemuda

 

Menjelang musim Jagung, di Madura

Celurit masih bertanya

Baca Juga :  Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara Maluku Utara

Kapan janji binasa itu tiba?

Pamekasan, 2024

Reuni Celurit 

Jika poster pilkada ada di jalan

Tentu jargon-jargon pembangunan

Tengah dinyaringkan di desa-desa

Kemudian romantisme Sakera semerbak

Di dada para petarung surat suara

 

Itu pertanda akan  ada reuni celurit di sana

Celurit dari adegan yang dicacah kisah-kisahnya

Celurit yang lupa pada dendam yang dilahirkan

Celurit yang telah menyerupai fungsi dari sabit

Celurit yang dijamas dengan bunga dan air setan

Celurit yang tempa dengan jiwa kanibal

 

Dari masa ke masa, di timur pulau jawa

Empat kota masih sama-sama berbahaya

Dimana getarnya, mengusik bunyi kendara

Di tanah yang mengisi perutnya

Pamekasan, 2024

Sakera yang Malang

Adakah yang lebih malang

Baca Juga :  Puisi-puisi Moh Zainur Rozy

Dari tokoh yang sejak hidup

Hingga mati tetap malang

 

Adakah yang lebih malang

Dari turunan yang gagah berjuang

Justru ditusuk oleh inang

 

Sakera telah diperdaya

Oleh kawan dan lawannya

Kemudian dirampas dedikasinya

Oleh pecinta –pecinta buta

Yang menutupi sejarah dengan kortisonya

 

Namanya terus direbus

Dengan genangan darah yang mendidih

Nisannya menjadi pengasah celurit

Dengan taburan mayat di atasnya

 

Sakera yang malang

Haruskah ia bangkit dari kubur

Dan berteriak: ”Jika terus demikian,

madura akan binasa, dicabik-cabik

saudara dan kesesatan budaya”

Pamekasan, 2024

*Muqsid Mahfudz, lahir di Pamekasan, Madura. Penyuka aroma kopi dan sedikit aroma buku. Bisa disapa di @muqsdm

Editor : Wail Arrifqi

Berita Terkait

Puisi-puisi Dewis Pramanas
Puisi-puisi Nida Nur Fadillah
Puisi-puisi Heri Isnaini
Puisi-puisi Aljannah
Puisi-puisi Achmed Sayfi Arfin Fachrillah
Puisi-puisi Dian Chandra
Puisi-puisi Tan Pajar
Puisi-puisi Khairul Yaqin

Berita Terkait

Jumat, 13 Juni 2025 - 21:35 WIB

Puisi-puisi Dewis Pramanas

Kamis, 29 Mei 2025 - 14:38 WIB

Puisi-puisi Muqsid Mahfudz

Selasa, 20 Mei 2025 - 14:25 WIB

Puisi-puisi Nida Nur Fadillah

Selasa, 6 Mei 2025 - 15:22 WIB

Puisi-puisi Heri Isnaini

Sabtu, 3 Mei 2025 - 10:04 WIB

Puisi-puisi Aljannah

Berita Terbaru

(for NOLESA.COM)

Resensi Buku

Cinta Habis di Orang Lama itu Nyata Adanya

Sabtu, 14 Jun 2025 - 02:07 WIB