Syair Di atas Atap
Hujan bersyair di atas atap
Tentang dingin, basah, dan burung
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menyuramkan sedikit senyum rembulan
Langkah tak melihat selokan yang berlubang
Dingin, kau bersyair tentang rindu pejuang masa lalu
Demi sepasang sandal yang terus bergandengan
Jika kau hanyutkan kasih seperti kemaren
Duka akan lahir di setiap pemilik
Basah, kau bersyair tentang laut
Dengan terjangan harap kau abai kematian
Dibelakang ada rasa tak rela
Namun demi hidup semua resah redup
Burung, kau bersyair tentang malam ini
Bersama segelas kopi sedikit berasap
Menyejukkan tubuh yang mulai menggigil atas cobaan hidup
Terlihat bersilang tapi bukan persimpangan
Hujan, akan kukaji syairmu esok pagi
Beserta senyum pewakil terimakasih untuk malam hari
Sebagai kenang kutulis pada pintu lemari
Dan akan kuceritakan pada rembulan nanti
Istana kacobhung, 30 Desember 2022
Pohon Tua
Suara itu jadi hantu setiap waktu
Menggugurkan daun yang sedang berjuang mencari indah
Kasian para reranting bila dilanda kering
Jangan hanya bisa merasa sementara
Para burung selalu bersyair tanpa lelah
Mengisi kesunyian di setiap waktu
Suara itu
Tembus pada gerbang rasa
Terlihat malam bersama bintang
Diam berada di sangkar orang
Annuqayah, 2023
Jabat Tangan
Saat hujan turun
Semakin terlihat lekuk wajah topengmu
Apa lagi para alis menunduk tak mau tahu apa yang sedang melanda rasa kala itu
Dihias dengan lambayan tangan
Setelah jabat tangan usai
Dalam pikir bingung,
Ada apa dengan jabat tangan
Annuqayah, 2023
Selamat Siang Hujan
Selamat siang hujan
Pecah telah menggugurkan harap
Dengan sekian dingin
Gemetar kaki seakan tanpa alasan
Cerdik, hasil sia-sia
Tak berpikir pada nelayan
Dalam otak hanya hasil perjuangan
Bukan hayal yang ditunggu jawaban
Istana Kacobhung, 07 Desember 2022