Mengenal Rustiana Juru Kunci Perempuan Situs Punden Mbah Bodho di Tulungagung

Redaksi Nolesa

Sabtu, 13 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tokoh, NOLESA.com – Pada umumnya juru kunci dijabat oleh seorang laki-laki. Tetapi tidak untuk Situs Punden Mbah Bodho di Kabupaten Tungagung Jawa Timur, juru kuncinya justru seorang perempuan. Dia bernama Rustiana.

Situs Punden Mbah Bodho, dikenal juga dengan sebutan Candi Sekar, Candi Jambangan, dan Candi Mbah Bodho. Situs ini merupakan salah satu peninggalan era kerajaan Majapahit, yang terletak di lereng Gunung Wilis Desa Sendang, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.

Di sana terdapat beberapa arca yang tersimpan utuh hingga sekarang. Sebagian besar tidak diketahui pasti waktu ditemukannya. Namun, Punden Mbah Bodho sudah diketahui jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Benda-benda bersejarah tersebut ditemukan oleh warga setempat di sekitar area situs Punden Mbah Bodho dan secara berkala.

Masyarakat sekitar mengkeramatkan situs ini. Bahkan, terdapat ritual khusus yang dilakukan masyarakat Sendang secara turun-temurun untuk menghormati situs Mbah Bodho.

Candi Sekar, sekaligus ritual-ritual yang dilakukan masyarakat Sendang sangat disakralkan. Salah satu ritual yang rutin dilakukakan yaitu, “Siraman Barongan”, yang berlangsung setiap tanggal 17 Agustus. Ritual ini biasanya dipimpin oleh pemuka adat yang ada di desa setempat.

Dari cerita yang beredar di masyarakat, pada tahun 1981 Pak Camat Sendang pernah memutuskan untuk tidak melaksanakan tradisi Siraman Barongan. Ternyata malapetaka menimpa keluarga Pak Camat tersebut berupa sakit, bahkan berujung maut. Agar tidak menimbulkan dampak buruk yang lebih besar bagi masyarakat Sendang, pada malam harinya rakyat setempat melaksanakan ritual tersebut dengan membawa obor.

Baca Juga :  Lebih Dekat Mengenal Umar bin Khathab dan Umar bin Abdul Aziz

Hal yang menarik di balik situs ini adalah sosok perempuan yang berperan sebagai juru kunci situs Mbah Bodho. Biasanya juru kunci yang masyhur di kalangan masyarakat Indonesia adalah seorang laki-laki. Rustiana, nama sang juru kunci, yang akrab dengan sapaan Bu Ti. Beliau mendapatkan amanah dari ibundanya (Katemi) yang juga menjabat sebagai juru kunci pada periode sebelumnya.

Penyerahan amanah sebagai juru kunci Punden Mbah Bodho dilakukan secara turun temurun dalam keluarga Bu Ti. Tidak diketahui pasti siapa juru kunci pertama situs ini. Bu Ti sendiri diangkat oleh Bu Katemi pada tahun 2010, yang pada saat itu Bu Katemi mulai menua. Bu Ti mengaku bahwa beliau bermimpi memangku singa putih sebelum menjabat menjadi juru kunci.

Pada awalnya, sebelum beliau diangkat menjadi juru kunci, beliau tidak pernah berpikiran untuk mengampu jabatan tersebut, bahkan cenderung menghiraukan situs yang berada dalam satu kawasan rumahnya, hal itu dikarenakan Bu Ti menganggap situs tersebut ditakutkan mendatangkan kemusyrikan bagi dirinya.

Namun, seiring dengan keadaan yang ada, mau tidak mau Bu Ti harus mempelajari sejarah tentang situs Mbah Bodho. Pada saat itu belum ada perhatian khusus dari pemerintah, baik dari pemerintah desa maupun pemerintah dari tingkat di atasnya, biaya-biaya perawatan dan pengelolaan terhadap situs Mbah Bodho berasal dari dana pribadi keluarga Bu Katemi.

Baca Juga :  Erna Sujarwati, Sosok Politisi Perempuan yang Dikenal Tegas

Bangunan di tempat ini mengalami transformasi yang dapat dilihat dari bukti dokumentasi yang tersimpan sejak puluhan tahun silam. Mulai dari seruang gubuk yang terbuat dari anyaman bambu, hingga menjadi sebuah pendopo yang memiliki satu ruangan untuk menyimpan arca-arca peninggalan masa awal kerajaan Majapahit ini, yang tampak pada saat ini. Untuk pembangunan terakhir yang berupa pendopo tersebut, didanai oleh pemerintah desa pada tahun 2017, karena perekonomian keluarga Bu Katemi sedang tidak baik-baik saja waktu itu. Bu Ti rutin membersihkan arca-arca di situs Mbah Bodho sekaligus halamannya.

Candi Sekar dahulu kala diduga sebagai bangunan padepokan yang dimanfaatkan untuk belajar oleh Tri Buana Tungga Dewi, putri pertama Raja Wijaya. Bu Ti mengaku pernah menemukan dua bongkah batu bata yang tertimbun di halaman punden, penemuan tersebut dapat dilihat di situ Mbah Bodho.

Selain itu, sesuai dengan cerita turun temurun bahwa di sekitar pelataran situs pernah ada tumpukan batu bata. Namun, tumpukan batu bata itu hirap sebab ada tangan-tangan tidak bertanggung jawab, sehingga tidak dapat lagi terlihat saat ini. Juga ditemukan kemuncak yaitu bagian dari atas candi, benda ini dapat dilihat di pendopo punden Mbah Bodho.

Pada era modern seperti saat ini, wanita bekerja tidak lagi menjadi hal yang tabu di kalangan masyarakat umum. Sebagaimana Bu Ti yang menjadi juru kunci perempuan situs Mbah Bodho. Berbeda di tempat-tempat bersejarah lainnya, bahwa seorang juru kunci diprofesikan oleh seorang laki-laki.

Baca Juga :  Mengenal Lebih Dekat Jayus Salam, Sosok yang Digadang-gadang Maju pada Pilkada Bangkalan

Menurut salah satu warga Sendang, yang berprofesi sebagai wiraswasta tepatnya penjual rokok dan tembakau, beranggapan bahwa profesi Bu Ti sebagai juru kunci perempuan merupakan suatu yang tidak dipermasalahkan, bahkan suatu yang baik, karena menurut beliau dunia modern saat ini, manusia harus menjunjung kesetaraan gender dan tidak boleh terpaku pada ajaran lama dalam artian tidak memandang rendah perempuan. Beliau juga menempatkan juru kunci situs Mbah Bodho sebagai tokoh masyarakat karena dianggap lebih paham terkait seluk beluk situs tersebut.

Pak Trimo selaku ketua RT 2 Desa Sendang juga memberi tanggapan, bahwa beliau tidak mempermasalahkan juru kunci perempuan. Karena Bu Ti, sang juru kunci situs Mbah Bodho masih kuat dan sanggup mengemban amanah tersebut, selain itu rumah Bu Ti yang memang paling dekat dengan situs ini, sehingga mudah untuk membersihkan dengan rutin dan menerima tamu atau pengunjung kapan saja.

Beliau juga menyatakan bahwa kedudukan juru kunci situs Mbah Bodho sama seperti masyarakat biasa, karena tugas dari juru kunci itu sendiri adalah hanya merawat situs tersebut. Namun, beliau tetap menyakralkan Candi Sekar sebagai tempat ritual-ritual masyarakat sekitar.


Penulis : Muhammad Afrizal Agung Laksono, Mahasiswa program studi Aqidah dan Filsafat Islam di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Editor : Ahmad Farisi

Berita Terkait

Langkah Kecil untuk Mimpi Besar: Kisah Inspiratif Pasangan F. Haris Oktaviano dan Lorensa Advenia Berdayakan Pekerja dan Peserta Didik
Erna Sujarwati, Sosok Politisi Perempuan yang Dikenal Tegas
Bangga dan Bersyukur Tetap Menjadi Bagian Pejuang Demokrasi
Politisi Arif dan Bijak Itu Mendahului Kita
Dua Pendekar Hukum Indonesia yang Berdarah Madura
Abiem Restu Pratama, Prinsipnya Mandiri dan Kerja Keras
Berjuang Tanpa Sosok Ayah Sedari Sekolah, Aliya Pun Wisuda
Haru! Wisuda Akpol setelah Kematian Sang Ibu

Berita Terkait

Rabu, 2 Oktober 2024 - 19:04 WIB

Langkah Kecil untuk Mimpi Besar: Kisah Inspiratif Pasangan F. Haris Oktaviano dan Lorensa Advenia Berdayakan Pekerja dan Peserta Didik

Jumat, 20 September 2024 - 23:05 WIB

Erna Sujarwati, Sosok Politisi Perempuan yang Dikenal Tegas

Selasa, 13 Agustus 2024 - 15:44 WIB

Bangga dan Bersyukur Tetap Menjadi Bagian Pejuang Demokrasi

Sabtu, 27 Juli 2024 - 05:55 WIB

Politisi Arif dan Bijak Itu Mendahului Kita

Sabtu, 20 Juli 2024 - 14:22 WIB

Dua Pendekar Hukum Indonesia yang Berdarah Madura

Berita Terbaru

MA Nasy-Mut Candi Cetak Penulis Melalui Mimbar Akademik, Minggu 12/1/2025 (Foto: ist/nolesa.com)

Pendidikan

MA Nasy-Mut Candi Cetak Penulis Melalui Mimbar Akademik

Minggu, 12 Jan 2025 - 20:59 WIB

Mimbar

Akhir dari Presidensial Threshold

Selasa, 7 Jan 2025 - 05:10 WIB

Sekretaris BPBD Kabupaten Sumenep, Abd. Kadir (Foto: dok. pribadi)

Opini

Melibatkan Tuhan, Catatan Awal Tahun 2025

Kamis, 2 Jan 2025 - 20:23 WIB