Oleh: Sujono
(Penulis tinggal di Satelit Sumenep)
Kapal Titanic; salah satu potret teknologi yang melahirkan rasa ‘ujub dan takabur sehingga kehilangan akal sehat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Inilah kapal yang tidak dapat ditenggelamkan oleh apapun. Bahkan oleh Tuhan sekalipun,” begitu sesumbar para pengagum Titanic, saat kapal itu hendak melakukan pelayaran perdananya dari Inggris menuju Amerika Serikat, pada 14 April 1912.
Titanic…
Merupakan salah satu potret paling jelas tentang teknologi yang menghasilkan rasa ‘ujub dan takabur; yakni kekaguman manusia pada kehebatan dirinya sendiri.
Sesumbar itu memang sungguh pongah dan melampaui batas. Terasa benar, ada nada pelecehan terhadap Tuhan, maka Allah segera menjawab tantangan mereka.
Di saat kapal mewah berpenumpang 2235 orang itu melintasi Samudera Atlantik, dan mulai memasuki wilayah perairan Kanada, Allah Yang Maha Perkasa menghadang mereka dengan sebuah bongkahan gunung es yang mengapung di tengah laut. Karena over estimate, diterjangnya bongkahan itu.
Blaaarrrrr…
Kapal penumpang Super Britania Raya yang dibangun oleh galangan kapal Harland and Wolff di Belfast, pada tahun 1909 sampai 1911, ‘luluh lantak’ karena menabrak gunung es. Dinding lambung kapal mewah itu sobek. Kontan air laut menyerbu masuk dan memenuhi seluruh lambung kapal dalam waktu sekejap.
Lalu…
Berhala teknologi itu tenggelam di laut dingin bersama dengan sekitar 1500 penumpangnya, dan akhirnya bersemayam selamanya di dasar Palung Samudera Atlantik; empat kilometer di bawah permukaan air laut.
Bagi Allah…
Tidak ada yang sulit andaikata Ia berkehendak. Sangat amat teramat mudah bagi-Nya.
Tauhid…
Substansi tauhid adalah peniadaan komitmen terhadap selain Allah. Sedangkan substansi syirik adalah mencampur adukkan komitmen kepada Allah dengan komitmen kepada selain-Nya.
Pada mulanya, teknologi merupakan hasil karya manusia yang melahirkan kemudahan. Kemudahan itu kemudian melahirkan ketergantungan. Pada tahap ini, teknologi tidak lagi sebagai pelayan, tapi kawan manusia. Selanjutnya, ketergantungan manusia kepada teknologi semakin tak terkendali.
Dari ketergantungan manusia kepada teknologi, akhirnya menjelma menjadi kekaguman-kekaguman yang menyilaukan hati dan akal sehat.
Pada tahap ini, manusia benar-benat tak lagi sekedar menguasai teknologi, tapi justru sebaliknya, menjadi “budak” dan korban teknologi.
Ketergantungan manusia terhadap kehebatan teknologi bukan lagi pada tataran teknis, tetapi ia sudah menjadi kecenderungan budaya yang massif (besar-besaran).
Itulah yang disebut oleh Neil Postman, dalam rilisnya; Dalam sebuah masyarakat teknokrasi, alat dan sarana memainkan peran kunci dalam pemikiran budaya masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, sarana dan teknologi tidak melebur dalam sosial dan budaya, namun malah menyerang sosial dan budaya, bahkan ia sendiri berubah menjadi satu budaya”.
Oleh karena itu, Neil Postman menyebut;
“Teknologi modern sebagai perusak terbesar budaya. Postman menyebutnya sebagai penyakit AIDS kebudayaan”
Hari ini, hubungan manusia dengan teknologi secara umum telah menjelma menjadi hubungan organik. Wallahu a’lam…_
Teringatlah saya dengan ungkapan Kahlil Gibran. Ia pernah menunjukkan;
“Sentuhlah apa-apa yang tidak menjelma. Apa pun yang dapat kau sentuh adalah bagian nafsu kita.”
(Diadaptasi Dari Berbagai Sumber Bacaan)