Oleh : Sultan Musa
Bulan Berkisah
Bulan, menembus
berkisah
semula diam
lalu menyapa
menjemput pada masa
seakan berkelana
memahat keajaiban
adalah yang terkata
Banyak sinar menepuk
namun tersesat dalam kenangan
meski tak rapi
bolehkah dipetik sebagai kisah ?
cukuplah keadaan ini
menjelma pada sebuah kereta
sebagai nasehat baik untuk pesunyi
#2022
Dendang Hujan
Memikul rekah air
Di beri sempat tebarkan
Pada hamparan bumi
Beri kabar dari Sang Pembawa Rahmat
Tak terkira turunnya
Saling berbunyi di atap
Seakan mengalirkan kata-kata
Dari wajah penuh pengharapan
Saling bertukar hentakan
Bergembira beban terbebaskan
Seperti memikul makna salah
Mengisi setiap ranjang semesta
Air yang turun berjatuhan
Seperti lembaran tak terputus
Mengharap luangkan kekosongan
Dari kekeringan tak terbasuh
Kadangkala di temani gelegar petir
Mengoreksi sisa kegetiran
Dengan arus bunyi “ramai”
Bahwa ini pertunjukan alam
Langit sebagai lembaran
Menghamburkan catatan sibuk
Bahwa manusia dalam persepsi
Di negeri diri membasuh usia
Dari tetesan airnya
Melukiskan kental isyarat
Akan sampai jumpa di lain waktu
Tekankan, untuk menjauh dari kata menyerah
#2020
Jendela Bersayap
Melalui jendela itu…
tempat melihat di cerah awan biru
menggoda gambarkan kehidupan
merayu untuk bergerak
dan memilih untuk tidak berlari dari kenyataan
Pada jendela itu….
sesekali menampakkan siluet dialog
antara aku dan kau yang ada di dalam
sebagai pengingat akan datang tepat pada waktunya
Meski sedikit nakal dan egois,
ada pesan mendekat
dari bingkai riuh angin berhembus
dan dari pahat sunyi berbisik :
“ jendela ini mampu melukiskan jejak purnama”
“ terima kasih sudah merindu “
“ terima kasih sudah terbang bersama sayap ini”
#2019
Sajadah Labuhanku
Kutemui sajadah panjang
Kupeluk salinan asma
Kuhembus napas yang sumbat
Sampaikan jerih pada-Nya
Kubersujud di atas sajadah ini
Kurecup lebat jiwa keruh
Kusampaikan hitamnya hati
Menjelma dzikir untuk-Nya
Kuketuk pintu langit lewat sajadah ini
Percaya Sang Pemurah menanti
Merubah segala jadi mustajabah
Dari setumpuk pedih
Kuraba sepuh warna sajadah ini
Sembari menikmati indahnya
Segudang kebermaknaan pada ingin
Meski silau luasnya langit
Tilas sajadah ini
Melipat lembar selalu bersama-Nya
#2021
SULTAN MUSA berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media daring & luring. Serta karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Seperti Antologi Puisi Penyair Dunia “Wangian Kembang : Antologi Puisi Sempena Konvesyen Penyair Dunia – KONPEN” yang di gagas Persatuan Penyair Malaysia (2018), Antologi Puisi “Negeri Serumpun” Khas Sempena Pertemuan Dunia Melayu GAPENA & MBMKB (2020), “La Antologia De Poesia Cultural Argentina – Indonesia“ Antologi Puisi Budaya Argentina – Indonesia (2021). Antologi Puisi “Cakerawala Islam” MAIK – Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan –Malaysia (2022) dan HOMAGI – International Literary Magazine. Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Karya tunggalnya bertajuk “TITIK KOMA” (2021) masuk nominasi Buku Puisi Unggulan versi Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Adapun IG : @sultanmusa97