Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri

Redaksi Nolesa

Minggu, 9 Maret 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi pixabay

Ilustrasi pixabay

Senja yang Tak Pulang

Senja datang membawa pesan,

Tentang rindu yang tak bersuara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Cahaya jingga merayap perlahan,

Menyentuh dedaunan yang menua.

Langkah-langkah kecil di atas pasir,

Terhapus ombak tanpa sisa.

Seperti janji yang tak terukir,

Hilang di antara detak waktu yang tergesa.

Aku menatap langit yang sama,

Menunggu angin membawakan kabar.

Namun senja hanya diam saja,

Menggantung sepi di ufuk barat.

Jika waktu bisa kuputar,

Akan ku peluk semua kenangan.

Tapi waktu tetap berjalan,

Meninggalkan jejak yang tak bisa kembali.

Hujan di Jendela

Di balik jendela yang terbuka,

Hujan turun seperti lagu lama.

Baca Juga :  Puisi-puisi Maswadi Kama Madura

Setiap tetesnya melukiskan cerita,

Tentang luka yang tak jua reda.

 

 

Ranting-ranting bergetar lirih,

Mendengar rintik yang tak henti.

Seperti hati yang pernah bersedih,

Menangisi janji yang mati.

Dulu, kita pernah duduk di sini,

Menikmati hujan tanpa kata.

Sekarang hanya bayangmu yang pergi,

Meninggalkan kenangan di sudut mata.

Aku ingin menutup jendela ini,

Tapi angin berbisik untuk membiarkannya.

Karena mungkin, di balik rinainya,

Kau akan datang bersama doa yang kutitipkan.

Di Bawah Langit

Langit selalu biru di matamu,

Walau mendung sering datang tanpa ragu.

Katamu, hujan adalah cara Tuhan

Menyampaikan rindu tanpa suara.

Kita berjalan di jalan berbeda,

Baca Juga :  Kereta Api - Puisi Lusa Indrawati (Jawa Timur)

Tapi masih menatap langit yang sama.

Aku bertanya pada angin,

Masihkah namaku ada di doamu?

Bintang pun enggan menjawab,

Bulan hanya tersenyum sendu.

Sementara hatiku terus bertanya,

Adakah jalan untuk kembali padamu?

Jika waktu bisa diajak bicara,

Akan kupinta satu hal saja:

Biarkan aku menunggu di sini,

Di bawah langit yang menyimpan rindu.

Jejak Kaki di Tanah Terlupa

Kaki ini pernah menapaki tanah basah,

Di antara ilalang yang tumbuh lebat.

Sebuah desa kecil di ujung senja,

Tempat mimpi-mimpi tertanam erat.

Ayah berkata, “Jangan lupa dari mana kau berasal,”

Sementara ibu diam-diam berdoa.

Mereka tak meminta banyak hal,

Baca Juga :  Irama Giring Bola Diego Maradona

Hanya ingin aku tak lupa rumah.

Tapi kota terlalu bising untuk hati kecil ini,

Asapnya menutupi langit yang dulu jernih.

Aku berjalan, mencari jalan pulang,

Tapi jejak kaki telah dihapus hujan.

Kini aku kembali ke tanah yang terlupa,

Menyentuh bumi yang dulu kuabaikan.

Di sini, di antara pepohonan tua,

Kutemukan rindu yang tak pernah mati.


Biodata Penulis : Moh. Hafid Sukri adalah seorang penulis asal Sumenep yang gemar menulis puisi dan prosa. Karyanya banyak terinspirasi dari kehidupan sehari-hari, cinta, dan perjuangan. Selain menulis, ia juga aktif dalam dunia literasi dan berbagi karyanya di berbagai platform digital.

Berita Terkait

Puisi-Puisi Lusa Indrawati
Puisi-puisi Fileski Walidha Tanjung
Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat
Puisi-puisi Tundra Alif Juliant
Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura
Puisi-puisi Elmira Damayanti-Madura
Puisi-puisi Amanda Amalia Putri-Banyuwangi
Puisi-puisi Alexio Riqil Vitor-Madura

Berita Terkait

Minggu, 9 Maret 2025 - 12:00 WIB

Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri

Minggu, 9 Maret 2025 - 10:00 WIB

Puisi-Puisi Lusa Indrawati

Senin, 24 Februari 2025 - 07:16 WIB

Puisi-puisi Fileski Walidha Tanjung

Selasa, 4 Februari 2025 - 07:17 WIB

Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat

Rabu, 25 Desember 2024 - 08:36 WIB

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Berita Terbaru