Kanca Kona
Di unit gawat darurat rumah sakit
Dalam mata masing-masing kita berjumpa
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kata-kata mengendap di lidah yang pahit
Tiada daya untuk sekadar bertegur sapa
Kenangan yang tertimbun di bukit-bukit
Berloncatan di balik kembang kempis dada
Demensia mengekang ingatan kita
Disana, rindu dan lupa beradu sengit
Musim menua, begitu pula kita
Berjuta memori di kepala
Tidak lagi penah sempurna
Hanya kepingan kecil peristiwa yang tersisa
Seperti saat membakar ketela
Menikmatinya di gardu tengah sawah berdua
Atau ketika larut dalam gelak tawa
Bermain dáko, lompat tali, atau gobak sodor hingga senja
Lama kita berpisah
Melangkah berlainan arah
Jauh kita berjalan
Mempertanggungjawabkan pilihan-pilihan
Pertemuan ini begitu nestapa
Kala kita telah kehilangan kemandirian sebagai manusia
Betapapun ingin, berjabat tangan saja tak bisa
Mata kita bicara, “Mari berpelukan dalam do’a”
Meski demikian akut pikun kita
Masih cukup jelas bahwa
Kita adalah anak-anak padi dan tembakau
Sama-sama dibesarkan hujan dan kemarau
Totosan, 9 Januari 2022
Semesta Udang
Dalam ingatan
Melintasi sepanjang jalan
Denyar dibalik dada tanpa penjelasan
Menerbitkan kelopak kekhawatiran
Mendengar udang-udang cekikikan
Diantara riak ombak, bersenda gurau sekawanan
Ah mana tahu mereka, bahwa itu hanya buatan
Tiruan lautan yang kapan saja bisa dipadamkan
Udang-udang riang berenang
Tebing gemerlapan menjulang
Cemara tumbang
Di ladang, pepohonan terjengkang
Ratapnya, saat pejam pun terngiang
Orang-orang sumringah
Menjaring ruah rupiah
Dalam rumah, keluh petani tumpah
Nanar mengingat tanah yang tabah
Meski tunas-tunas mimpi nyaris punah
Nelayan termangu di tepi pantai
Limbah berderai dari sungai-sungai
Aroma laut beringsut
Amis dan anyir berpagut
Menimbulkan kemelut dalam perut
Di mataku yang gejolak
Nenek moyang berteriak serak
Penasaran, bagaimana kolam-kolam itu tegak
Memanen masa depan
Setelah mencemari lingkungan dan mensenyapkan lahan-lahan
Totosan, 15 Desember 2021
Selingkuh
Aku bergumul dalam cinta paling puisi
Berkali-kali, berseri-seri
MengabaikanMu yang detak di urat nadi
Engkau kesetiaan baka
Aku disesaki hampa
Sebab menduakanMu dengan sengaja
Totosan, 19 Desember 2021
Doa Ibu
Telaga bagi dahaga jiwa
Akan kuteguk sampai mabuk
Kupeluk dengan khusyuk
Sejuk ke ufuk lubuk
Totosan, 21 Desember 2021
Tumpul
Segala bentuk ketajaman
Tumpul di hadapan keluhuran iman
Totosan, 31 Desember 2021
Safrina Muzdhalifah, menulis fiksi dan non-fiksi tapi lebih mencintai puisi dan sepi. Suka membaca novel dan nonton drakor. Anggota Komparasi Rulis (Rumah Literasi Sumenep). Belajar menjadi guru di SDI & SMPI Nurul Bayan Full Day School.