Puisi-Puisi Safrina Muzdhalifah

Redaksi Nolesa

Senin, 28 Februari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

viva.co.id

viva.co.id

Kanca Kona

Di unit gawat darurat rumah sakit

Dalam mata masing-masing kita berjumpa

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kata-kata mengendap di lidah yang pahit

Tiada daya untuk sekadar bertegur sapa

Kenangan yang tertimbun di bukit-bukit

Berloncatan di balik kembang kempis dada

Demensia mengekang ingatan kita

Disana, rindu dan lupa beradu sengit

Musim menua, begitu pula kita

Berjuta memori di kepala

Tidak lagi penah sempurna

Hanya kepingan kecil peristiwa yang tersisa

Seperti saat membakar ketela

Menikmatinya di gardu tengah sawah berdua

Atau ketika larut dalam gelak tawa

Bermain dáko, lompat tali, atau gobak sodor hingga senja

Baca Juga :  Candra - Puisi-Puisi Quratul Faizah

Lama kita berpisah

Melangkah berlainan arah

Jauh kita berjalan

Mempertanggungjawabkan pilihan-pilihan

Pertemuan ini begitu nestapa

Kala kita telah kehilangan kemandirian sebagai manusia

Betapapun ingin, berjabat tangan saja tak bisa

Mata kita bicara, “Mari berpelukan dalam do’a”

Meski demikian akut pikun kita

Masih cukup jelas bahwa

Kita adalah anak-anak padi dan tembakau

Sama-sama dibesarkan hujan dan kemarau

Totosan, 9 Januari 2022

 

Semesta Udang

Dalam ingatan

Melintasi sepanjang jalan

Denyar dibalik dada tanpa penjelasan

Menerbitkan kelopak kekhawatiran

Mendengar udang-udang cekikikan

Diantara riak ombak, bersenda gurau sekawanan

Ah mana tahu mereka, bahwa itu hanya buatan

Tiruan lautan yang kapan saja bisa dipadamkan

Baca Juga :  Menulis Bersama Mahasiswa

Udang-udang riang berenang

Tebing gemerlapan menjulang

Cemara tumbang

Di ladang, pepohonan terjengkang

Ratapnya, saat pejam pun terngiang

Orang-orang sumringah

Menjaring ruah rupiah

Dalam rumah, keluh petani tumpah

Nanar mengingat tanah yang tabah

Meski tunas-tunas mimpi nyaris punah

Nelayan termangu di tepi pantai

Limbah berderai dari sungai-sungai

Aroma laut beringsut

Amis dan anyir berpagut

Menimbulkan kemelut dalam perut

Di mataku yang gejolak

Nenek moyang berteriak serak

Penasaran, bagaimana kolam-kolam itu tegak

Memanen masa depan

Setelah mencemari lingkungan dan mensenyapkan lahan-lahan

Totosan, 15 Desember 2021

 

Selingkuh

Aku bergumul dalam cinta paling puisi

Baca Juga :  Puisi Puisi Nurhidayah Tanjung

Berkali-kali, berseri-seri

MengabaikanMu yang detak di urat nadi

 

Engkau kesetiaan baka

Aku disesaki hampa

Sebab menduakanMu dengan sengaja

Totosan, 19 Desember 2021

 

Doa Ibu

Telaga bagi dahaga jiwa

Akan kuteguk sampai mabuk

 

Kupeluk dengan khusyuk

Sejuk ke ufuk lubuk

Totosan, 21 Desember 2021

 

Tumpul

Segala bentuk ketajaman

Tumpul di hadapan keluhuran iman

Totosan, 31 Desember 2021

 

Safrina Muzdhalifah, menulis fiksi dan non-fiksi tapi lebih mencintai puisi dan sepi. Suka membaca novel dan nonton drakor. Anggota Komparasi Rulis (Rumah Literasi Sumenep). Belajar menjadi guru di SDI & SMPI Nurul Bayan Full Day School.

Berita Terkait

DENDAM
Patah Hati
Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat
Teguran Islam untuk Catcalling: Menjaga Pandangan, Menghormati Perempuan
PELURU
Mengupas Pola Asuh: Otoriter atau Suportif, Pilihan yang Membentuk Generasi
Israel-Hamas Sepakat Hentikan Perang: Akhir dari Konflik Palestina-Israel?
Membumikan Nilai-nilai Aswaja di Kalangan Gen Z

Berita Terkait

Sabtu, 15 Februari 2025 - 07:00 WIB

DENDAM

Selasa, 4 Februari 2025 - 08:09 WIB

Patah Hati

Selasa, 4 Februari 2025 - 07:17 WIB

Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat

Sabtu, 1 Februari 2025 - 09:30 WIB

Teguran Islam untuk Catcalling: Menjaga Pandangan, Menghormati Perempuan

Sabtu, 25 Januari 2025 - 17:13 WIB

PELURU

Berita Terbaru

Dendam (Ilustrasi Pixabay)

Cerpen

DENDAM

Sabtu, 15 Feb 2025 - 07:00 WIB