Doa Jalanan, Puisi Bintu Assyatthie

Redaksi Nolesa

Kamis, 7 Juli 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Nyalasé*

Di atas pusara leluhur
bebungaan ditabur
yasin dan tahlil berbaur
dupa mengepul, menyeruak aroma kubur

Batu nisan diusap doa
pada gundukan tanah merah
bersimbah luka yang menganga
darah basah tanah derita
bercampur aduk dalam pasrah

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Doa dilangitkan
harapan disematkan
tafakur dilekatkan

Pada sepenggal sabda nabi, kuingat mati:
jalan paling sunyi menuju abadi.

Totale, Mei 2022
*Nyalasé (bahasa Madura): ziarah kubur

Doa Jalanan

Doaku berhamburan di jalanan
tersangkut di pedal sepeda tukang becak
tersekang di roda pedagang kaki lima
terbendung di tangan-tangan yang menadah,
meminta-minta.

Baca Juga :  Puisi-puisi Khairul Yaqin Madura

Doaku bertaburan di jalanan
pada anak-anak sekolahan
puak-puak kelaparan
tuan lalai, pongah dan serakah
puan pasrah dan menyerah
tak lupa, pada mereka yang hendak beribadah.

Doaku berceceran di jalanan
pada dedaunan yang berguguran
lorong-lorong penuh lubang
asap-asap menyesakkan
dan deru mesin memekakkan

Doaku ‘kan selalu berserakan di jalanan
sampai kau dan aku lekat dalam damai.

Totale, Mei 2022

Doa Warisan

Sejak kepulanganmu
doamu masih labuh
utuh menuntun degup kakiku
yang lugu

Totale, Mei 2022

Téngka*

Siang itu, terik seperti senapan
menikam jantungmu pelan-pelan
peluhmu tumpah berceceran
menetes pada nama-nama
yang perlahan, kau beri tanda silang

Baca Juga :  Lambaian Tanganmu - Puisi Ngadi Nugroho (Jawa Tengah)

Ini semacam tuntutan
kebersamaan tanpa ikatanr                                ruah dalam lembar catatan                                atau tersimpan dalam ingatan

Kemarau di benakmu sudah terlampau panjang
ladang dadamu telah gersang
bahkan laut hatimu sudah lama kerontang
puisi-puisi yang kau cipta setiap petang,
pun hilang dirampas orang

Apa yang tersisa dari pesta pora suka duka?
selain lubang tanpa muara yang terus menganga
pancaroba yang menyisakan utang
dan hujan yang enggan pulang

Baca Juga :  Panjang Umur Pergerakanku

Totale, Mei 2022
*Téngka (bahasa Madura): norma sosial yang disepakati kebenarannya secara lokal.


Bintu Assyatthie lahir dan besar di kampung kecil bernama Totale, tepian pesisir paling timur Pulau Madura. Selain aktif mengajar, penulis juga aktif di organisasi kepenulisan, yaitu Rumah Literasi Sumenep, Komunitas Perempuan Membaca dan Komunitas Puan Menulis. Beberapa tulisannya bisa dibaca di blog pribadinya: cahayatotale.blogspot.com. Bisa disapa di IG dan FB atas nama: Bintu Assyatthie.

Berita Terkait

Puisi-puisi Khairul Yaqin Madura
Puisi-puisi Moh Aqil Madura
Puisi-puisi Khairul Yaqin
Puisi-puisi Liz Kaltim
Puisi-puisi Unais Muhammad Madura
Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat
Puisi-puisi Maria Dominika Tyas Kinasih-Semarang
Puisi-puisi Maswadi Kama Madura

Berita Terkait

Minggu, 21 Juli 2024 - 11:00 WIB

Puisi-puisi Khairul Yaqin Madura

Minggu, 14 Juli 2024 - 13:35 WIB

Puisi-puisi Moh Aqil Madura

Selasa, 9 Juli 2024 - 14:26 WIB

Puisi-puisi Khairul Yaqin

Kamis, 4 Juli 2024 - 07:30 WIB

Puisi-puisi Liz Kaltim

Minggu, 30 Juni 2024 - 06:30 WIB

Puisi-puisi Unais Muhammad Madura

Berita Terbaru