Mengenang
hujan gapai temaram,
menganyam derai air mata
berdesir menyusur pematang
betapa masygul malam panjang
kecapi temaram berdentang
rinai tangis cakrawala bercerita,
kita telah dikenang,
oleh pujangga malam …
Permintaan Kecil
satu pintaku,
dengarkan sajak matahari,
ia menyeruput angin
dan sisakan,
segala hampa …
Tentang Kawan
menjelang senja kembali,
aku ingin menyapa sunyi
ia kawanku,
sejak temaram pertama
kami bercakap perihal,
angin yang bertandang ke bulan,
dan jembatan langit,
yang menjejak di relung hati
ku sajikan, teh beraroma edelweiss
di bawah orkestra gerimis,
aku berpekik dalam tangis …
Melodi Gerimis
aku mencintai dentingan hujan,
merangkai dingin di memori
berujar sore dan gemericik angin,
menyusur angan,
sebelum singgah,
di bilik semesta …
Pamit
jingga tersenyum,
merengkuh nafas semesta
menganak cinta,
dan merekah harum …
sebelum berpulang,
ia mengecup,
malam yang menjelang …
Untuk Bulan
apa kabar bulan?
semburat muram terukir di parasmu,
gerangan hujan ‘kah,
menoreh jaharu,
bertalu dan menderu?
angin pun memburu,
tentang rindu,
yang bercumbu pada pilu …
Maria Dominika Tyas Kinasih, demikian sapaannya. Lahir di Kab. Semarang, 12 November 2000. Beberapa karyanya, kumpulan puisi tunggal seperti: Tiga Bait di Sepertiga Malam (Haura Publishing, Januari 2021) dan Perempuan di Perguliran Waktu (Haura Publishing, Januari 2024). Penggemar karya Sapardi Djoko Damono ini dapat dihubungi melalui Instagram @mariadominika_ dan E-mail mariadominika2@gmail.com