Puisi-Puisi Faisal Samaran

Redaksi Nolesa

Senin, 26 Juni 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kembali ke Masa Silam

Aku ingin kita bermesraan kembali, seperti anak SD yang saling mengubah nama menjadi Bunda, Abi.

Membicarakan banyak hal soal resepsi pernikahan, nama yang baik bagi anak keturunan, bertukar kabar tiap waktu dan kau selalu marah saat aku lupa merayu

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mari kembali, aku rindu saat kita takut ketahuan waktu bermesraan di layar handphone jadul, menghapusnya cepat-cepat agar tak dicurigai melanggar aturan main

Suaramu masih kuingat dengan kuat lucu, manis, sedikit serak karena kau mengecilkan volume dan tekanan di tenggorokan.

Baca Juga :  Selepas Tapa Brata Ibu Para Asura - Puisi Moehammad Abdoe

Kau juga rindu bukan?

Saat kita saling berkirim surat cinta yang dibungkus amplop putih dengan dua gambar burung berpagut.

Tukang pos itu kemana sekarang? Aku punya ongkos permen karet untuk menyampaikan ini padamu, bersama rindu dan kangen yang masih selalu

Yk, 2023

Pelajaran Melukis

Tadi sore, aku menangkapmu di layar ponselku, waktu itu kau sedang mengenakan baju warna hitam yang itu mungkin abu-abu, entahlah, mungkin karena beberapa hari yang lalu, ponselku jatuh layarnya tak utuh, sedikit mengabur warnanya

Aku sudah menajamkan pensil 2B merk standart untuk melukis wajahmu, untung saja tanganku belum kehilangan kemampuan mencuri potretmu saat bertatap-tatap di layar ponsel, sedikit mempermudah mengingat rupamu, tanpa harus memeras ingat untuk dapat kujangkau kembali hitam matamu yang cantik pasalnya aku takut basahnya akan bermuara di mataku

Baca Juga :  Puisi-Puisi Suhendi

Aku sudah memulai mencoret pipimu, hidung dan alis, sialnya, aku belum sanggup untuk melukis lebih jauh matamu yang itu adalah kesedihanku

Yk, 2023

Belajar Jadi Tukang Kebun

Aduh, sial sekali, judulnya hampir mirip dengan tukang kebun yang ditulis Taqore, aku bisa dituduh plagiasi.

Tapi tenang saja, aku tidak akan memecahkan permata berkeping-keping, sebab yang aku punya hari ini adalah kemiskinan yang utuh, berhari iya kupanggul.

Baca Juga :  Setelah Jejakmu Hilang

Aku masih berupaya mencintaimu dengan selamat, dengan doa-doa manis doa yang selalu kusertakan saat berada di depan ruang WhatsApp yang tertulis namamu. Selamat yang aku sertakan adalah memilih aman, saat kau selalu menyebut wongliyan

Kau masih berniat pergi tidak?

Aku boleh minta tolong? Ukiran nama kita di batu pekarangan rumahmu, jangan kau hapus, biar nanti jika kau punya keturunan, ceritakan padanya, bahwa dulu, kau pernah membuat seorang pria gila hampir bunuh diri.

Yk, 2023

Berita Terkait

Puisi-puisi Cahaya Daffa Fuadzen
Puisi-puisi Ilham Wiji Pradana
Puisi-puisi Dewis Pramanas
Puisi-puisi Muqsid Mahfudz
Puisi-puisi Nida Nur Fadillah
Puisi-puisi Heri Isnaini
Puisi-puisi Aljannah
Puisi-puisi Achmed Sayfi Arfin Fachrillah

Berita Terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 18:49 WIB

Puisi-puisi Cahaya Daffa Fuadzen

Kamis, 19 Juni 2025 - 17:00 WIB

Puisi-puisi Ilham Wiji Pradana

Jumat, 13 Juni 2025 - 21:35 WIB

Puisi-puisi Dewis Pramanas

Kamis, 29 Mei 2025 - 14:38 WIB

Puisi-puisi Muqsid Mahfudz

Selasa, 20 Mei 2025 - 14:25 WIB

Puisi-puisi Nida Nur Fadillah

Berita Terbaru

(for NOLESA.COM)

Puisi

Puisi-puisi Cahaya Daffa Fuadzen

Sabtu, 5 Jul 2025 - 18:49 WIB