Connect with us

Puisi

Puisi-Puisi Andik Trio Widodo

Andik Trio Widodo

Published

on

Ilustrasi via pixabay.com

Pada Sebuah Jeda

 

pernah gerimis memandangi kita

hujan tak mau kalah, kemudian menyerbu kata

pernah suatu jeda

kilatan petir berebut ruang-ruang jaga

 

nada-nada jeda selalu mengetuk kekosongan

lalu syair hamburan

kita lelap sebentaran

lamunan endap perlahan

 

setiap jeda waktu meremas napasnya sendiri

lantas terseok jauh di belakang keinginan hati

menjemput subuh

mendekap simpuh

 

berjenak-jenak gurat kelana membola

menggelar lamunan tentang tahun-tahun berikutnya

hanya pada sebuah jeda

pernah-telah!

Baca Juga :  Puisi-Puisi Gusti Fahriansyah

kita sesali cengengnya masalalu sembari mengusap air mata

 

Nganjuk 2021

 

Persembunyian Tangis

 

mendung hitam mencekik lehernya sendiri

ketika kuteriakkan namamu

sekawanan ngiang yang lain berhamburan menuju sunyi

di keheningan berikutnya, bibir bergetar mengucap namamu

 

detak jantung mengetuk-ngetuk sehamparan waktu temu

angin musim berembus bisu

seistana nyeri menguat arti cinta

sekadar ingin merasa pernah mereguknya

 

temali kenangan berkecup dengan kisah renta

sekadar mematung, meratapi jejak asmara

kehidupan menyisiri hasrat kita dengan kejutan

Baca Juga :  Doa Jalanan, Puisi Bintu Assyatthie

sementara hujan tangis diam-diam selalu bersembunyi di sebalik pertemuan

 

Nganjuk 2021

 

Muasal Setia

 

hujan tekat mengintip di balik mendung ujian

tirai-tirai riuh memulai pergumulan dingin hati dengan semakna ingin

siluet senyum indahmu terselip mengeja kerinduan terpendam

sepi kecupi nalar muram

rasaku menggelepar akrabi lantai-lantai harapan

secercah cahaya menyapu setiap getir kenangan

secercah cahaya yang lalu kusebut kesetiaan

 

Nganjuk 2021

 

Tangis Pagi

Baca Juga :  Balada Penyair Tua

 

awalnya hanya embus angin

lalu embun dingin

gelisah daun di pagi sunyi

nada hati melantun nyeri

 

lamunan membiakkan serona warna penyesalan

lantas gerimis turun membasahi sekisah perjalanan

 

kaupeluk ceritaku

kupeluk tangismu

hujan tak canggung datang

wajahku di matamu hilang

 

barisan air jatuh menggelar kenangan paling radang

semua tentangmu di mataku hilang

tangan pagi merangkul pundakku yang berguncang

sementara raungan mengiringi cucuran air mata paling kenang

 

Nganjuk 2021

Lahir dan bertempat tinggal di Nganjuk. Alumnus FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia UNUS PGRI Kediri. Seorang libra sejati yang suka pisang goreng dan menulis fiksi. Saat ini aktif di Komunitas Pegiat Literasi Nganjuk.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending