Pada Sebuah Jeda
pernah gerimis memandangi kita
hujan tak mau kalah, kemudian menyerbu kata
pernah suatu jeda
kilatan petir berebut ruang-ruang jaga
nada-nada jeda selalu mengetuk kekosongan
lalu syair hamburan
kita lelap sebentaran
lamunan endap perlahan
setiap jeda waktu meremas napasnya sendiri
lantas terseok jauh di belakang keinginan hati
menjemput subuh
mendekap simpuh
berjenak-jenak gurat kelana membola
menggelar lamunan tentang tahun-tahun berikutnya
hanya pada sebuah jeda
pernah-telah!
kita sesali cengengnya masalalu sembari mengusap air mata
Nganjuk 2021
Persembunyian Tangis
mendung hitam mencekik lehernya sendiri
ketika kuteriakkan namamu
sekawanan ngiang yang lain berhamburan menuju sunyi
di keheningan berikutnya, bibir bergetar mengucap namamu
detak jantung mengetuk-ngetuk sehamparan waktu temu
angin musim berembus bisu
seistana nyeri menguat arti cinta
sekadar ingin merasa pernah mereguknya
temali kenangan berkecup dengan kisah renta
sekadar mematung, meratapi jejak asmara
kehidupan menyisiri hasrat kita dengan kejutan
sementara hujan tangis diam-diam selalu bersembunyi di sebalik pertemuan
Nganjuk 2021
Muasal Setia
hujan tekat mengintip di balik mendung ujian
tirai-tirai riuh memulai pergumulan dingin hati dengan semakna ingin
siluet senyum indahmu terselip mengeja kerinduan terpendam
sepi kecupi nalar muram
rasaku menggelepar akrabi lantai-lantai harapan
secercah cahaya menyapu setiap getir kenangan
secercah cahaya yang lalu kusebut kesetiaan
Nganjuk 2021
Tangis Pagi
awalnya hanya embus angin
lalu embun dingin
gelisah daun di pagi sunyi
nada hati melantun nyeri
lamunan membiakkan serona warna penyesalan
lantas gerimis turun membasahi sekisah perjalanan
kaupeluk ceritaku
kupeluk tangismu
hujan tak canggung datang
wajahku di matamu hilang
barisan air jatuh menggelar kenangan paling radang
semua tentangmu di mataku hilang
tangan pagi merangkul pundakku yang berguncang
sementara raungan mengiringi cucuran air mata paling kenang
Nganjuk 2021