Monyet dan Ujian

Mohammad Arif Arifin

Jumat, 17 Juni 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

NOLESA.com — Manusia, sejak awal kelahirannya, telah membawa takdirnya masing-masing ke dunia. Takdir inilah yang menjadi semacam garis atau rute kehidupan seseorang. Pada garis atau jalan yang terbentuk dari takdir itu ada titik atau garis penghubung yang berupa ujian. Ujian dalam hidup manusia merupakan bagian takdir yang dapat menjadi tolak ukur, berhasil atau tidak seoarang manusia, menjalani kehidupannya.

Ujian dalam hidup manusia sering kali dianggap sebagai sesuatu yang mengganjal, menghambat, mengganggu, dan seterusnya. Tidak sebagaimana ujian sekolah, ujian kehidupan tak pernah membutuhkan jawaban. Ujian kehidupan justru menjadi bahan pembelajaran bagi manusia. Setiap ujian mesti diterima dan dikelalo dengan baik supaya kita dapat mengunduh hikmahnya.


“Ujian kehidupan justru menjadi bahan pembelajaran bagi manusia. Setiap ujian mesti diterima dan dikelalo dengan baik supaya kita dapat mengunduh hikmahnya”


Ujian dalam hidup manusia tidak mesti berupa kenestapaan. Kesenangan yang galibnya begitu mudah membuat manusia terbuai dan lupa akan siapa yang telah memberikan nikmat merupakan bagian dari ujian. Bahkan, ujian dalam bentuk kesenangan sangat mungkin lebih “berat” kadarnya karena ketidaksadaran kita sebagai manusia.

Syahdan, ada cerita bagaimana manusia mengahadapi ujian. Diceritakan ada seekor monyet memanjat sebuah pohon untuk mencari kenikmatan dalam beristirahat. Ketika memanjat pohon, ia diterpa oleh angin kencang. Monyet itu pun merasa terusik dan tidak nyaman. Ia memutuskan pindah ke pohon lain yang dianggap lebih bisa melindungi dari terpaan angin kencang sehingga kenikmatan beristirahatnya tidak terganggu sama sekali.

Ketika telah sampai ke pohon yang lebih besar dan lebih tinggi, ia tak diterpa angin kecang. Monyet itu tertidur pulas dalam desir dan buai angin semilir. Ia tidak sadar lagi jika sedang beristirahat di pucuk pohon yang cukup tinggi. Saking nyenyaknya, tak lama kemudian, ia pun terjatuh.

Baca Juga :  Kenapa Kita Yakin Bahwa Anak-anak Itu Memberi Kebahagiaan?

Risalah monyet ini mengisyaratkan bahwa sejatinya manusia juga sering kali diuji dalam dua bentuk; nestapa dan bahagia. Dalam bentuk yang pertama seseorang cenderung akan lebih mengingat Allah Swt. karena kesusahan dan penderitaan hidup yang dihadapi membuat dirinya tidak nyaman. Diuji dalam kenestapaan memang tidak jarang membuat seseorang hiperbolik; merasa dirinya adalah satu-satunya orang yang diberi ujian paling berat sehingga derita orang lain dianggap tak sebanding dengan kesusahan yang ditanggungnya.

Sementara bahagia dan nikmat yang diterima seseorang acapkali tidak memantik dirinya untuk mengingat Allah Swt. Padahal kebahagian dan kenikmatan merupakan salah satu ujian untuk mengukur sejauh mana rasa syukur seseorang; apakah seseorang masih mengingat Allah Swt. atau justru malah hanyut dan terbuai dalam kebahagiaan dan kenikmatan duniawi itu? Bukan hal mustahil duka-derita justru bersumber dari kebahagian dan kenikmatan yang diterima secara tidak bijaksana. Sebagaimana risalah monyet yang terjatuh dari ketinggian pohon bukan karena angin kecang melainkan oleh angin sepoi yang membuatnya terbuai.

Baca Juga :  Kebut pengesahan RUU IKN untuk siapa?

Oleh karena itu, penting untuk selalu bersyukur kepada Allah Swt. dan senantiasa berhati-hati dalam hidup terutama dalam menghadapi ujian. Tidak semua ujian datang dalam bentuk kesusahan, adakalanya ujian datang dalam bentuk kesenangan yang apabila tidak disikapi dengan baik justru akan membuat kita jauh dari Allah Swt.

Berita Terkait

Menguji Kebenaran Pernyataan Sekretaris DPC PKB Sumenep
Desakralisasi Gelar Profesor
Kenapa Kita Yakin Bahwa Anak-anak Itu Memberi Kebahagiaan?
Prabowo-Gibran dan PR Menata Ulang Indonesia
Inilah Kisah Buhlul
Penerimaan Diri Merupakan Kemampuan Tertinggi Seorang Manusia
Memformulasikan Ulang Fungsi dan Kewenangan DPD
Bahaya Mahasiswa “Kurang Ngopi”

Berita Terkait

Minggu, 21 Juli 2024 - 09:00 WIB

Menguji Kebenaran Pernyataan Sekretaris DPC PKB Sumenep

Minggu, 21 Juli 2024 - 05:12 WIB

Desakralisasi Gelar Profesor

Jumat, 12 Juli 2024 - 08:15 WIB

Kenapa Kita Yakin Bahwa Anak-anak Itu Memberi Kebahagiaan?

Kamis, 11 Juli 2024 - 21:14 WIB

Prabowo-Gibran dan PR Menata Ulang Indonesia

Jumat, 5 Juli 2024 - 08:00 WIB

Inilah Kisah Buhlul

Jumat, 28 Juni 2024 - 08:00 WIB

Penerimaan Diri Merupakan Kemampuan Tertinggi Seorang Manusia

Minggu, 23 Juni 2024 - 15:54 WIB

Memformulasikan Ulang Fungsi dan Kewenangan DPD

Sabtu, 22 Juni 2024 - 09:13 WIB

Bahaya Mahasiswa “Kurang Ngopi”

Berita Terbaru

Sosok

Politisi Arif dan Bijak Itu Mendahului Kita

Sabtu, 27 Jul 2024 - 05:55 WIB