Oleh Sujono
(Penulis lepas tinggal di Perum Satelit Sumenep)
Inilah kisah Buhlul, salah seorang kerabat Khalifah Harun Al-Rasyid, yang berilmu dan memiliki keutamaan dalam agama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Suatu hari, ketika ia sedang asyik bermain bersama anak-anak, Harun Al-Rasyid memanggilnya dan berkata; Hai, apa yang sedang engkau lakukan?
Saya bermain bersama anak-anak, dan membuat sebuah rumah dari tanah liat. Jawab Buhlul.
Mendengar itu, Harun Al-Rasyid berkata; Engkau sangat mengherankan. Engkau tinggalkan dunia beserta isinya.
Buhlul menjawab; Justru engkau yang sangat mengherankan. Engkau tinggalkan akhirat beserta isinya.
Kisah Buhlul ini mengingatkan saya kepada cerita dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Kata ‘Aisyah, ada seorang Arab dusun datang kepada Nabi Saw, sambil berkata; Engkau mencium anak-anak, sedangkan kami tidak pernah mencium mereka.
Nabi Muhammad Saw, menjawab: Apa dayaku apabila Tuhan telah mencabut kasih sayang dari hatimu. Begitu Hadits riwayat Bukhari menjelaskan.
Nabi Muhammad Saw, mencontohkan bagaimana menyayangi anak
Pernah Rasulullah Saw, menggendong cucunya, Umamah binti Abi Al-Ash, ketika sedang shalat. Jika rukuk, Umamah diletakkan dan ketika bangun dari rukuk, maka Umamah diangkat kembali.
Pernah juga Rasulullah Saw, bermain kuda-kudaan bersama cucunya yang lain, Hasan dan Husain. Ketika Rasulullah sedang merangkak di atas tanah, sementara kedua cucunya berada di punggungnya. Umar datang, lalu berkata; Hai Anak, alangkah indah tunggangan mu.
Seketika Rasulullah Saw, berkata; Alangkah indahnya para penunggangnya!
Tak jarang Rasulullah Saw, menghadapi anak-anak dengan sikap melucu. Bila mendatangi anak-anak kecil, Rasulullah Saw jongkok di hadapan mereka, memberi pengertian kepada mereka, juga mendo’akan mereka; begitu Hadits riwayat Ath-Thusi menceritakan.
Sementara Usamah bin Zaid memberi kesaksian; (Sewaktu aku masih kecil), Rasulullah Saw, pernah mengambil aku untuk di dudukkan pada pahanya. Sedangkan Hasan di dudukkan pada paha Beliau yang satunya. Kemudian kami berdua didekapnya, seraya berdo’a; Ya Allah, kasihanilah keduanya, karena aku telah mengasihi keduanya, demikian Hadits riwayat Bukhari menegaskan.
Kisah tentang Rasulullah Saw, bersama anak, adalah kisah tentang kasih sayang. Rasulullah memendekkan shalatnya ketika mendengar tangis anak.
Karena anak pula, Rasulullah Saw, pernah bersujud sangat lama. Begitu lamanya Rasulullah bersujud, sampai-sampai para Sahabat mengira Rasulullah Saw, sedang menerima Wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah; ada cucu yang menaiki punggungnya. Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka, tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki. Begitu kata Nabi Muhammad Saw, yang diriwayatkan oleh Ath-Thahawi.
Hari ini, ketika kita mengaku sebagai ummat Muhammad Saw, bahkan katanya fanatik apakah yang sudah kita lakukan pada anak-anak kita?
Terlebih diri saya yang menulis risalah ini; Alangkah seringnya melakukan kesalahan kepada anak, dan alangkah seringnya lupa.
Padahal Rasulullah Saw, tak henti-hentinya mengingatkan; Barangsiapa tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi. Begitu riwayat Bukhari menegaskan.
Ketika kita menginginkan anak-anak yang terbebas dari siksa api neraka, Allah perintahkan kepada kita atas anak-anak dan istri kita;
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras; yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS: At-Tahriim: 6).
Dan lihatlah, alangkah sedikit yang telah kita lakukan. Padahal, kitalah yang akan dimintai pertanggung jawaban. Kitalah yang akan ditanya di Hari Kiamat nanti. Atau jangan-jangan kita telah lupa dengan itu semua?
Salam Jum’at