Yogyakarta

Mahfudz

Sabtu, 14 Januari 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Yogyakarta /1/

Ini adalah hari baru

Tentang selesai nya bulan-bulan menghimpun tahun

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tentang usainya cerita yang ku bingkai rapih-rapih dalam setiap doaku yang lirih

Singgasana itu masih berdiri anggun setelah kau pergi

Masih belum ada orang yang cukup pantas untuk menduduki nya dengan mahkota bekas mu ini

Bau mu masih segar disini, dik

Di awal bulan yang memungut hari pertama di tahun ini,

Aku mulai membiasakan diri terbangun tanpa kabar apapun dari mu

Jangan khawatir, Aku mencoba beraktivitas seperti biasa

Baca Juga :  Penghujung 2022

Bangun, mandi, menyeruput secangkir kopi, dan melamun

Mengenang hari-hari berlalu dengan mu, tanpa harapan bisa lagi mengulangi nya

Dik, aku masih rindu

Memeluk dan mencium mu dengan cinta yang megah itu

Membiarkan kasih mu berbiak pada setiap jengkal tubuh yang tak bisa aku urus: Mengusap rambut, pundak, bahu, dan mencubit lengan ku kalau perlu

Hari pertama ini rasaku masih sama, dik

Aku masih mengeja namamu yang begitu tega mengejek sebilah rindu

Dan aku masih mengharap;

“Tuhan mengeja kisah mu dengan kasih-Nya”

Yogyakarta, 1 Januari 2023

 

Yogyakarta /2/

Pagi tadi aku terbangun

Baca Juga :  Puisi-puisi Maria Dominika Tyas Kinasih Semarang

Dengan dada yang sudah berlubang itu

Dengan sakit yang menghantam kenyataan karena mimpi indah semalam

Dengan segala dejavu yang masih bergelayut manja dalam pikiran

Mari ku ceritakan,

Aku tertidur sebentar saja

Aku tak bisa terlalu lama sendirian

Aku butuh keramaian yang selama ini ku benci

Karena jika aku sendiri, aku bosan menghapus air mata ini

Mari ku ceritakan,

Lalu ku beranjak dari kasur yang masih tersimpan harummu disana

Berangkat mencari tempat untuk makan

Ku kira sedihku karena aku lapar

Tanpa sengaja aku memakan makanan yang dulu sempat kamu pesan

Baca Juga :  Doa Jalanan, Puisi Bintu Assyatthie

Ya, di tempat makan itu

Mari ku ceritakan,

Haruskah aku membunuh rasa yang pernah kita sebut cinta?

Rasa paling agung yang sudah kau remehkan

Rasa yang pernah kita jaga dengan hati dan sangat hati-hati

Rasa yang kini kau anggap sebuah kata tanpa makna?

Aku telah tiba..

Di pusara sepi

Kesunyian

Kepedihan

Pilu paling lindap

Semerbak wangi kamboja

Disitulah rasa itu kini bersemayam

Dalam perih paling anggun

Kosong paling puisi

Puisi ku yang paling Wangi

Mati…

Yogyakarta, 2 Januari 2023

 

 

 

 

 

 

 

 

Berita Terkait

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant
Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura
Puisi-puisi Elmira Damayanti-Madura
Puisi-puisi Amanda Amalia Putri-Banyuwangi
Puisi-puisi Alexio Riqil Vitor-Madura
Puisi-puisi Moh. Aqil-Madura
Puisi-puisi A. Danial Matin-Madura
Puisi-puisi Ilham Jayadi-Madura

Berita Terkait

Rabu, 25 Desember 2024 - 08:36 WIB

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Kamis, 12 Desember 2024 - 08:30 WIB

Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura

Sabtu, 7 Desember 2024 - 07:43 WIB

Puisi-puisi Elmira Damayanti-Madura

Sabtu, 30 November 2024 - 07:34 WIB

Puisi-puisi Amanda Amalia Putri-Banyuwangi

Jumat, 22 November 2024 - 05:38 WIB

Puisi-puisi Alexio Riqil Vitor-Madura

Berita Terbaru

Ilustrasi (pixabay/nolesa.com)

Puisi

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Rabu, 25 Des 2024 - 08:36 WIB