Aku Mencintaimu
Aku mencintaimu seperti udara: yang
tidak harus menjelma warna. Biarlah
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
dia tulus menjadi embusan dalam kalbu
Aku mencintaimu seperti angin: yang
tidak mesti menjadi cahaya. Biarkan
dia ikhlas memasuki aliran dalam sukma
2023
Cinta Dalam Secangkir Teh
cintaku berkelindan dalam secangkir teh
yang setiap pagi menemani
dia mengikuti gerak angan dan lamunan
pagi ini aku membayangkanmu berada dalam secangkir teh
yang sedari malam membangunkanku dari mimpi
mengajakku berkejaran dalam peluh
dia menjelma seekor merpati yang terbang
mengitari awan dalam bayang-bayang hati.
Ah, aku tidak ingat betul rupa wajahnya
siapakah dia?
wajah sendu dan mata sayu rayu
pertanyaan-pertanyaan itu satu persatu melintas
dalam cangkir teh yang bisu
2024
Pertaruhan
Apakah kau tahu bagaimana kita berjumpa?
ada bait sajak yang kau tulis
semasa hujan begitu rintik
Kau menjumpa dalam permainan
dadu dilemparkan. Aku kehilangan
Apakah kau tahu bagaimana kita berjumpa?
dalam ritual monastik ketiga belas
semasa Anteh cemerlang di atas ubun-ubun
Kau menjumpa dalam permainan
takdir dituliskan. Aku kegetiran
2024
Seperti Jarak
/1/
aku menunggumu dalam ruang
aku menantimu dalam waktu
ada gugusan harap pada sorot matamu
mencintaimu menjelma kata-kata
mendidih dalam api yang membakar isi kota
/2/
ini jarak yang sungguh jauh
antara kau dan aku
ada seribu tahun menanti
Ah, aku tidak peduli
kau akan menjelajahi gurun Sahara
yang menghampar di dadaku
/3/
kau dan aku terlihat jarak
aku ingin menengadah melihatmu
tabir dosa menyelimuti
dosa-dosa penuh: mengudara
mengisi ruang-ruang atmosfer
aku tidak ingin hidup seribu tahun
terlalu lama.
/4/
aku hanya ingin bertemu Engkau
menebas jarak
melipat waktu
menyingkat ruang
/5/
Salam sejahtera, untuk Engkau
Tabik!
2025
*Heri Isnaini lahir di Subang, Jawa Barat, pada tanggal 17 Juni. Heri sangat menyukai puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Pernah mengikuti acara “Temu Penyair Asia Tenggara 2018” di Padang Panjang, Sumatera Barat, mengikuti Festival Seni Multatuli 6-9 September 2018 di Rangkasbitung, Lebak, Banten. Puisi-puisinya juga pernah dimuat pada Jurnal Aksara, Deakin University, Australia.
Antologi puisinya, Ritus Hujan (2016); Singlar Rajah Asihan: Kumpulan Sajak (2018); Ah, Mungkin Kau Lupa Aku Begitu Merindumu (2019); Manunggaling Kawula Gusti: Kumpulan Sajak (2020); Montase: Sepilihan Sajak (2022). Cerpennya pernah dimuat pada koran Radar Banyuwangi, Radar Kediri, dan Harian Rakyat Sultra. Beberapa media daring di Indonesia seperti Radar Utara, Restorasi News Siber Indonesia, Tebu Ireng Online, Bali Politika, Berita Jabar News, Sip Publishing, Himpun.id, Negerikertas.com, Potret online, Tajdid.id, Madrasah Digital.co, Riau Sastra juga pernah memuat karya-karyanya.
Kegiatan sehari-hari Heri adalah Dosen Sastra IKIP Siliwangi Kota Cimahi. Selain itu, Heri juga banyak beraktivitas sebagai editor dan reviewer di berbagai jurnal ilmiah di dalam dan luar negeri.
Editor : Wail Arrifqi