Ikan-ikan Memelihara Diri
mulanya, musim berganti
dari angin timur ke angin barat
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
dan hiu tutul betah bermain-main di sana
—sedang orang-orang menjauhi bala
dengan penghormatan yang paling ikan
pada waktu yang lampau,
ikan-ikan tak perlu memelihara diri
—mereka dapat berenang-renang
di sepanjang jala dan perahu nelayan
bersama kanak-kanak yang leluasa
menghirup wangi laut
dengan cara paling purba
ahh, mungkin saja paling manusiawi
kini, laut ialah penjara
yang mengutuk kehidupan di hadapannya
—lalu sekarat hingga ke anak-cucu
sedang ikan-ikan sibuk memelihara diri
dari pemilik bambu
yang menghabisi kebebasan
dengan paling keji
kini, pada waktu yang paling update
orang-orang merindu laut
—sebagaimana ikan-ikan menginginkan bau nelayan
dan kanak-kanaknya
dengan hati paling telanjang
—sungguh-sungguh telanjang
tanpa teritip
di jari-jari gaib pengu(a)sa(ha)
Toboali, 17 Maret 2025
Ini Tahun Dua Ribu Bla Bla Bla
Nelayan bilang ini tahun dua ribu bla-bla-bla,
saat-saat kegaiban menunjukkan jati dirinya
—yang lalu berumah di sini, laut
serupa simsalabim
jreng!
ahh, kaulupa bagan kerang hijau
—tetapi nestapa pada bambu-bambu
yang berbaris meminta pertemuan
Toboali, 17-25 Maret 2025
Laut dan Apa-apa yang Dipunyainya
sejak semalam, ia menghitung buih laut
usai ditanggalkan harapan
dan janji kuasa
sedang beberapa pagi yang lampau,
ia telah mencuri keberlanjutan anak-anak ikan
untuk makan dan bermain-main
–pikirnya, laut tak akan habis-habis
ia merampas apa-apa
dari rahim laut
hingga biru menjadi legam
yang mengundang derita di sana-sini
kini, ia hendak mati
dalam rahim laut
–menjadi kepunyaan laut
yang dicabik-cabik ikan dan harapan
Toboali, 17 April 2025
Melaut Rinduku
menyerupai laut, rinduku
sebanyak garam di pantai
sekukuh karang di pekarangannya
melaut rinduku, itu kataku
dengan ikan-ikan yang berenang-renang
di dalam mataku
dengan buih yang dihantarkan angin dan air
lalu menyentuh kaki-kakimu
aku melaut, merindu kamu
seumpama nelayan
yang merindu tangkapannya
lalu pulang
dan melagukan nyanyian duyung
aku merindu, kamu yang mendadak laut
–asin dan dalam
Toboali, 17 April 2025
*Dian Chandra merupakan nama pena dari Hardianti, S.Hum., M.Hum. IRT lulusan S2 arkeologi Uniiversitas Indonesia ini merupakan penulis puisi Laju Aksara Timah. Ia bermukim di Toboali, Bangka Selatan.