Siapakah Santri, Puisi Kurniawan Adityawarna

Redaksi Nolesa

Senin, 19 September 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

: Kurniawan Adityawarna

Tangisan di hari raya

Kala senyum senja tertutup pekatnya langit malam

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perlahan takbir menggema di atas cakrawala

Pertanda bahwa kemenangan telah kita genggam dengan gagah

Sorak sorai anak kecil terdengar bahagia

Para pemuda bermain petasan hingga suasana menjadi meriah

Sedang yang tua sibuk merapal berbagai do’a

Tapi berbeda dengan diriku

Aku malah sibuk menghitung duka

Teringat akan seketsa wajah orang tua di desa yang jauh di sana

Desa Banuaju Timur tepatnya

Tak ada yang lebih ganas dari ranggas riangnya lara

Menjelma bulir – bulir air mata

Yang jatuh pada setiap do’a

Sempat segala cara akan kucoba

Demi keluar dari ini penjara

Tapi,hal itu urung kucoba

Sebab harimau telah siaga dan berpencar kesegala arah

Untuk menikamku tiba-tiba.

Annuqayah,2021 M.

Siapakah Santri

Dalam dekap keingin tahuan

Aku diam membisu di lorong waktu

Meratapi perihal fenomena santri di negeriku

Dan pertanyaan kecil nan mungil hadir

Menemani kesunyian otakku di saban pagi

Seperti apa yang namanya santri ?

Apakah mereka murid sang kiai

Baca Juga :  Puisi-Puisi Ardhi Ridwansyah

Yang tak pernah lepas dengan;

Kopyah,sarung,tasbih,baju,hingga sorban putih

Ataukah mereka yang asik berlenggak lenggok

Manis seperti selebriti memakai rok mini

Dan celana bolong sana sini

Bahkan mereka yang bukan santri berkata

‘’hey..! para santri mari ikuti penampilan modis kami

Supaya terkenal seperti aktor di televisi ‘’

Para santri bodoh menjawab

‘’benar,ayo kita ikuti mereka ‘’

Tanpa pikir mereka lepas pangkat kesantrian untuk tenar

Layaknya artis di korea

Oeee… !

Zaman apakah ini

Berpuluh – puluh tahun negeriku merdeka

Sebab penjajah telah pulang ke kampung halaman

Katanya,

Tapi nyatanya merekea masih ada

Ditanah moyang kita menjajah perekonomian Negara,

Budaya,hingga gaya busana

O…!

Indonesia engkau selalu berseru merdeka

Padahal anak cucumu masih terjajah.

Annuqayah,2021 M.

Hari Raya Merdeka

Langit tak lagi mengisakkan air mata

Karena kemenangan telah kkita genggam dengan gembira

Demi pelor- pelor yang menembus batok kepala

Kami bersumpah bahwa tak ada lagi yang namanya penjajah

Tepat pada tanggal yang di pilah

Tanggal 17 Agustus 1945 tahunnya

Kami rakyat Indonesia berhasil

Baca Juga :  Puisi-Puisi Rakka Joyn

Berhasil menunaikan ibadah bendera yakni hari raya merdeka

Di saat itu pula

Serdadu- serdadu jepang dan belanda lari terbirit-birit

Seraya komat- kamit membaca mantra melihat para pemuda

Membusungkan dada, dan tak lupa bambu runcing sebagai senjata

Mereka acung- acungkan ke udara

Kain berwarna dua

Merah di atas dan putih di bawah

Melambai mesrah mengisyaratkan perihal perpisahan kepada mereka

Sedang golongan tua turut menggetarkan cakrawala dengan kalimat

“MERDEKA”

Istana Kacobhung D/07, 10-08-2022 M.

Ratapan Anak Durhaka

Kini dzikir melantun syahdu

Berbaris rapi mengantre masuk ke lubuk kalbu

Dalam tatapan ayat-Mu

Aku termenung teringat akan indah paras ibu

O….ibu !

Maafkanlah anakmu

Karena aku adalah manusia durhaka tak tahu malu

Untuk meminta restu di hadapanmu

Padahal,ketika engkau menginginkanku berbuat sesuatu

Aku malah berselimut nafsu

Melepas amarah dengan mencaci maki tubuhmu

Sekali lagi ibu !

Aku ucap maaf paling baka dalam hidupku

Sebab,engkaulah aku tahu apa itu dunia

O……ibu !

Apkah aku masih layak kau panggil anakmu

Yang kelak akan menemanimu

Menuju alam surga bersamamu.

SMK 1 Annuqayah,2021 M.

Baca Juga :  Puisi-Puisi Faiki Hakiki

Sebuah Kisah

ketika luka mulai menyayat rasa

kupendam hingga menjadi tawa

dan ‘ku ukir dalam sebuah sandiwara

yang kusebut cerita cinta.

Annuqayah,24 -07 -2021 M.

Kurniawan Adityawarna : merupakan nama daging dari Ferdy Kurniawan tamat belajar TK, MI, dan Mts di Yastafi sekarang duduk di bangku SMA 1 Annuqayah kelas XII Mipa 3 suka menulis sejak aktif di komunitas persi [Penyisir Sastra Iksabad], POAR [People Of Art] Ikstida, dan kini dia terjebak oleh perangkap seniornya di Persi untuk menahkodainya sampai tahun depan beberapa puisinya berhasil terantologikan di berbagai media;Lintang , Arunika pers, dan JSI [Jendela Sastra Indonesia].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berita Terkait

Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri
Puisi-Puisi Lusa Indrawati
Puisi-puisi Fileski Walidha Tanjung
Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat
Puisi-puisi Tundra Alif Juliant
Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura
Puisi-puisi Elmira Damayanti-Madura
Puisi-puisi Amanda Amalia Putri-Banyuwangi

Berita Terkait

Minggu, 9 Maret 2025 - 12:00 WIB

Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri

Minggu, 9 Maret 2025 - 10:00 WIB

Puisi-Puisi Lusa Indrawati

Senin, 24 Februari 2025 - 07:16 WIB

Puisi-puisi Fileski Walidha Tanjung

Selasa, 4 Februari 2025 - 07:17 WIB

Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat

Rabu, 25 Desember 2024 - 08:36 WIB

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Berita Terbaru

Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo (foto: dok. nolesa.com)

Daerah

Sayembara Kepala DLH Sumenep

Senin, 21 Apr 2025 - 10:01 WIB

Kepala Puskesmas Bluto, Sumenep, dr. Rifmi Utami ketika menyampaikan edukasi kepada JCH 2025 asal Kecamatan Bluto (Foto: ist/nolesa.com)

Daerah

Puskesmas Bluto Tunaikan Tugas Layani JCH 2025 Hingga Tuntas

Minggu, 20 Apr 2025 - 08:00 WIB