Perempuan Pesisir
Kak Rahwi, kuselipkan rindu pada riak gelombang
Yang kutabur dari segenggam cemas basah oleh embun
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tatkala madah paling indah adalah deru perahumu
Yang semakin serak mendekat di punggung malam
Di saat itu pula, percakapanku dengan kemerisik lirih pelepah pohon siwalan
Terhenti sejenak, berganti aroma-rasa asin kecut tubuhmu hingga ke atas ranjang
Aku mencintaimu seperti engkau mencintai desis angin dan dekapan gigil
Di paras samudera nun jauh sana
Sebab diam-diam, di antara celah tali jalamu itu, kutiriskan resah
Meski kutahu engkau adalah lelaki berkumis rimbun yang tak kenal “karam”
Dan dalam hening yang riuh, doaku selalu setia pada kerapu atau tuna besar
Walau terkadang merekat pada kenduy dan tamben
O, pana tae lewat
Menuju ngarai di pulau sendiri
Pertanda wajah masih dikemas cemas
Terbelenggu bingkai jendela rumah berdinding retak
Punya bapak
Perpustakaan Lubangsa, 2024
Aku
Dan aku hampir runtuh
Di setiap detik
Saat melihat jiwaku sendiri
Dan aku mencoba tangguh
Di setiap detak
Saat mengingatmu
Dan, aku musnah dalam sajak ini
Perpustakaan Lubangsa, 2024
Pada Tengah Malam, di antara Madura dan Marunda
Biarlah jalanan lengang lagi remang
Menumpahkan seruah gamang
Menyisakan sedikit elegi lara
Pada mobil tua
Milik tuan yang terantuk
Sedang, resah dan gelisah
Lantang pulang pada getir naluri, ditandang oleh anak dan istri
Perpustakaan Lubangsa, 2023
Manuskrip Rindu
Aku berlindung pada teduh kelopak matamu atau rindang alis daun mimbhamu dari terik stasiun tanjung priok atau senyap tol layang Cikampek. Sebab rinduku hanyalah sebatas pada bibir jerruk salonemu yang tersirat di langit Marunda –membayang Madura terasa sesak.
Perpustakaan Lubangsa, 2024
*Alumnus Yayasan Pendidikan Ibrahimy, saat ini menjadi nyantri di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Guluk-Guluk sekaligus siswa kelas XA SMA Annuqayah. Juga merupakan salah satu peserta Rakara residensi cerpen 2024
Editor : Wail Arrifqi