Perjalanan Penyembuhan di Britania Raya

Redaksi Nolesa

Senin, 21 Juli 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(for NOLESA.COM)

(for NOLESA.COM)

Oleh | Endah Permatasari

RESENSI BUKU, NOLESA.COM – Ada kalanya ‘kabur’ bukan suatu hal yang merepresentasikan sebuah tindakan pengecut. Bisa saja ‘kabur’ di sini bermaksud untuk meningalkan hal-hal yang menyakitkan, bisa pula menjadi awal dari sebuah perjalanan, atau sebuah bentuk balas dendam untuk menyatakan bahwa kita bisa jauh lebih bahagia dari sebelumnya.

Dalam novel berjudul Like We Just Met ini gadis bernama Aluna Nuansa Senja, memilih jalur kabur sebagai perjalanan baru dalam hidupnya yang menginjak usia ke duapuluh lima.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Novel ini berkisah tentang Aluna yang memilih kabur ke Inggris, tepatnya di sebuah kota bernama Leeds untuk menempuh studi S2nya sekaligus kabur dari berbagai macam persoalan hidupnya di Indonesia. Pertanyaan klasik yang menyebalkan seperti ‘Kapan kamu akan menikah?’ ‘Bagaimana karirmu kedepannya?’ menjadi kayu bakar bagi tekat Aluna untuk segera angkat kaki dari kampung halaman. Tidak hanya itu, luka yang ditorehkan oleh kekasih dan sahabatnya juga menjadi alasan kuat mengapa Aluna memilih kabur ke Inggris dan memulai segala kisah baru hidupnya di tempat asing.

Melalui novel ini, penulis mengajak pembaca untuk mendalami isi pikiran Aluna, seorang gadis yang memiliki tekat besar dengan jiwa yang sebenarnya rapuh. Penulis tidak menghadirkan konflik-konflik berat dan dramatis, namun hadirnya persoalan yang asalnya dari hati dan kepala sendiri atau yang sering disebut dengan overthinking dikemas dengan diksi yang begitu rapi mampu membuat pembaca hanyut dalam cerita ini.

Menjelajahi Inggris Bersama Aluna

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa novel ini mengisahkan tentang perjalanan kabur tokoh Aluna ke negara Inggris. Artinya, dalam cerita ini mengisahkan bagaimana perjalanan tokoh Aluna. Penggambaran perjalanan yang Aluna lakukan dikisahkan dengan begitu mendetail. Kekuatan terbesar dari novel ini adalah penggambaran suasana yang tampak begitu nyata dan realistis sehingga tanpa datang ke Inggris pun seorang pembaca dapat membayangkan segala peristiwa yang dialami tokoh. Penulis tidak sekadar menyebutkan nama lokasi, tetapi menyajikannya dengan deskripsi yang hidup—cuaca, bangunan, budaya lokal, hingga atmosfer yang khas.

Baca Juga :  Inspirasi Kehidupan dari Dalai Lama dan Nelson Mandela

Hal ini menambah nilai estetik tersendiri dalam cerita. Pembaca seakan diajak berjalan-jalan menyusuri jalanan kota Inggris, merasakan dinginnya udara, dan melihat kehidupan dari sudut pandang Aluna yang sedang dalam proses menemukan kembali dirinya.

Sambil menenteng segelas kopi panas di tangan kirinya, Aluna melanjutkan perjalanannya menuju Chinatown. Sayup-sayup mulai terdengar suara musik yang makin lama makin jelas. Lantunan sebuah lagu dinyanyikan dari depan air mancur Shaftesbury Memorial yang ada di pusat Piccadilly Circus. Musik latar dari penyanyi jalanan, bus merah double-decker yang datang dari berbagai arah mengelilingi bundaran, lampu-lampu LED yang menggantung di atas mereka, hiruk-pikuk manusia, dan secangkir kopi The Bern di tangannya, membuat Aluna berhenti sebentar. (hal. 119)

Kutipan ini menjadi salah satu contoh seberapa detail penulis menggambarkan latar suasana dan tempat yang ada di ceritanya. Melalui sosial medianya, Nanda Afandi, Si Penulis novel mengaku bahwa ia memang menuangkan banyak pengalamannya ketika menempuh S2 sekaligus tinggal sementara di Inggris. Maka, dengan latar belakang penulis inilah yang menjadikan penggambaran latar suasana dan tempat begitu mendetail dan disampaikan dengan begitu rapi.

Referensi Sastra yang Menghidupkan Karakter

Penulis membentuk karakter Aluna dengan begitu kuat. Aluna yang digambarkan sebagai Si Penggila Sastra itu dituangkan dalam kertertarikan Aluna terhadap dunia Sastra. Referensi terhadap sejumlah sastrawan dunia yang muncul dalam narasi bukan hanya menjadi pelengkap cerita, tetapi turut memainkan peran penting dalam membangun identitas Aluna sebagai tokoh.

Baca Juga :  Narasi Al-Qur'an dan Hermeneutika Sufi : Interpretasi Rumi terhadap Tokoh Pharaoh

Kecintaannya pada sastra tidak ditampilkan secara tempelan, melainkan hadir secara organik dan berulang, sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari cara ia memandang hidup dan merespons berbagai peristiwa dalam cerita.

“I read it. Jane Austen, Pride and Prejudice.”s (hal. 248)

Konflik yang Tenang Dibungkus dengan Cerita yang Emosional

Meskipun novel ini mengusung kisah yang ringan dan terasa sederhana, emosi yang disampaikan tetap mampu dirasa. Konflik yang diangkat bukan soal pertengkaran besar atau plot twist dramatis, melainkan pergulatan batin yang sangat manusiawi dan dekat dengan pembaca muda masa kini, terutama Gen Z.

Aluna mewakili banyak orang yang pernah terluka dalam hubungan dan ragu-ragu untuk membuka hati kembali. Perasaan takut, curiga, sekaligus berharap bercampur menjadi satu, menciptakan narasi emosional yang relatable. Konflik internal Aluna terasa nyata dan tidak dipaksakan. Ini menjadi kekuatan dalam membangun keterhubungan antara karakter dan pembaca.

Karakter Aluna digambarkan dengan sangat manusiawi. Ia bukan tokoh utama yang sempurna atau terlalu dramatis, melainkan seorang perempuan biasa yang sedang dalam proses menyembuhkan diri. Reaksinya terhadap Makaiao, cara ia menganalisis perasaannya, serta ketakutan yang terus menghantui—semuanya disajikan dengan jujur dan bisa dipahami.

Sementara itu, Makaiao sebagai karakter pendukung utama tampil cukup menarik. Ia tidak dominan, tapi kehadirannya menjadi titik balik bagi Aluna. Interaksi keduanya tidak dibuat klise, melainkan dibangun secara perlahan dan penuh nuansa.

Novel ini tidak terburu-buru dalam menyampaikan konflik maupun resolusi. Alur disusun dengan runtut dan rapi. Penulis membiarkan pembaca mengenal Aluna secara perlahan, memahami pikirannya, dan ikut menyelami kebimbangannya. Transisi dari satu bab ke bab lain terasa mulus, tanpa lompatan plot yang membingungkan dan terkesan tiba-tiba.

Baca Juga :  Nada Pemberontakan Perempuan dan Sindirannya Terhadap Kungkungan Budaya Patriarki

Rasanya, cerita ini seolah mengalir begitu saja, meski tanpa banyak kejutan besar. Ini cocok untuk pembaca yang menyukai kisah dengan ritme tenang, namun tetap menyimpan kedalaman makna.

Konflik yang diambil dalam novel ini bergelut pada dinamikan pergelutan batin sosok Aluna yang mengalami trauma perselingkuhan dan pencarian makna perasaan dan hubungan cintanya bersama Makaio sehingga alur terasa begitu ringan namun tetap emosional.

Bagi pembaca yang mengharapkan plot kompleks dengan kejutan atau konflik eksternal yang intens, mungkin akan merasa novel ini kurang menggugah dan terkesan membosankan karena isinya manis-manis saja.

Keunikan lain dalam novel ini adalah penggunaan bahasa Inggris yang dominan pada dialog antar tokoh. Hal ini menimbulkan dua kesan bagi pembacanya. Jika pembaca tidak dibekali dengan kampuan berbahsa Inggris yang baik maka akan lumayan kesulitan dalam memahami dialog antar tokoh yang merupakan komponen penting dalam memhamai alur cerita.

Akan tetapi, penggunaan dua bahasa ini justru juga semakin menumbuhkan kesan nyata untuk pembacanya. Melihat setting tempat yang dominan berada di Britania Raya akan janggal rasanya apabila percakapan tokoh Aluna dengan tokoh lain menggunakan bahasa Indonesia.

Novel ini sangat ringan untuk dibaca sehingga cocok untuk kamu yang ingin mengistirahtakn pikiran dengan membaca cerita romansa manis serta relatable dengan pembaca usia duapuluahan yang sedang mencari jati diri. Akan tetapi, jika kamu membayangkan bahwa novel romansa ini berisikan plot yang penuh dengan konflik dramatis dan mengiris hati maka novel ini tidak cocok.

*Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, angkatan 2022 kelas PBSI C. Menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa PBSI UNY periode 2023

Berita Terkait

Berusaha Memandang Sudut Pandang Orang Tua melaui Buku Maafkan Kami Ya, Nak!
Menyibak Akar Kehidupan Tanah Madura
Mas Tamam, Politisi Termuda Inspirasi Santri Madura
Menyingkap Tabu, Menantang Sunyi
Teka-teki Kematian Aksara Berdarah
Cinta Habis di Orang Lama itu Nyata Adanya
Dari Pahit Kopi ke Manisnya Makna: Menemukan Diri Lewat Tulisan Aditya Siregar
Memahami Wanita Dari Kacamata Psychology

Berita Terkait

Senin, 21 Juli 2025 - 16:28 WIB

Perjalanan Penyembuhan di Britania Raya

Kamis, 3 Juli 2025 - 20:14 WIB

Berusaha Memandang Sudut Pandang Orang Tua melaui Buku Maafkan Kami Ya, Nak!

Selasa, 24 Juni 2025 - 00:21 WIB

Menyibak Akar Kehidupan Tanah Madura

Senin, 23 Juni 2025 - 04:39 WIB

Mas Tamam, Politisi Termuda Inspirasi Santri Madura

Jumat, 20 Juni 2025 - 13:48 WIB

Menyingkap Tabu, Menantang Sunyi

Berita Terbaru

Plt Sekda Sumenep, Raden Achmad Syahwan Effendy (foto: Ist)

Daerah

Respons Plt Sekda Sumenep Terkait Polemik PPPK Paruh Waktu

Sabtu, 20 Sep 2025 - 20:36 WIB

(for NOLESA.COM)

Mimbar

Abu Ustman Al-Hiri: Menjaga Getar Perasaan Wanita

Jumat, 19 Sep 2025 - 07:54 WIB