Muharram dan Kemerdekaan

Redaksi Nolesa

Senin, 15 Agustus 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Abd. Kadir*)


Surat Edaran yang telah dikeluarkan Pemerintah Kab. Sumenep di awal Muharram ini memberikan nilai tersendiri. Apalagi edaran ini muncul di awal Muharram (sekaligus awal Agustus) yang menjadi titik pijak hijrah (sekaligus juga kemerdekaan) yang selama ini dipahami oleh umat muslim dan bangsa Indonesia. Edaran ini sebenarnya menjadi titik pijak untuk menuju masyarakat yang sehat yang dimulai dari instansi pemerintah. Ada kewajiban untuk melaksanakan senam secara rutin bersama-sama setiap hari Jumat, kewajiban melakukan senam peregangan setiap hari kerja pada pukul 10.00 wib dan pukul 14.00 wib di setiap instansi dengan mengikuti senam peregangan gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS), ada juga peningkatan perilaku hidup sehat dengan melaksanakan kewajiban adanya kawasan anti rokok (KTR) di setiap instansi, dengan mengatur wilayah tertentu sebagai ‘area khusus rokok’, peningkatan kualitas lingkungan sehat dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan kantor, penyediaan pangan sehat dan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit melalui pemeriksaan kesehatan secara rutin di tiap instansi, dan lain sebagainya.

Baca Juga :  Etika dan Politik

Saya jadi teringat tulisan Prof. Bambang Purwanto (Guru Besar Ilmu Faal, Fakultas Ilmu Kedokteran Unair), yang terbit di Jawa Pos, Selasa, 2 Agustus 2022. Pembahasan tentang Muharrom dan perspektif gaya hidup untuk hijrah menuju hidup sehat dengan terus bergerak bisa menjadi inspirasi bagi kita. Apa yang telah dipaparkan dengan diikuti data penelitian dari UNAIR tahun 2021 tentang gaya hidup sedenter yang prevalensinya terus meningkat. Pada ranah ini, sesuai hasil penelitian yang dilakukan American Collage of Sport Medicine (ACSM), bahwa kecenderungan gaya hidup sedenter di Indonesia ini adalah pada anak usia sekolah dan para remaja. Mereka cenderung untuk malas bergerak (malas untuk menggunakan otot tubuh untuk bergerak). Nah, realitas ini akan ‘menjadi pintu masuk’ bagi generasi muda kita bahwa mereka lebih berpotensi untuk ‘mudah sakit’.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT


Perspektif ini tampaknya membuka cakrawala pemikiran kita, bahwa hijrah tak melulu dimaknai hanya dengan mengikuti kajian rutin keagamaan, mengenakan busana tertutup, atau menggunakan bahasa dengan dialek khas komunitas hijra

Baca Juga :  Guru dan Pembelajaran yang Menyenangkan

Perspektif ini tampaknya membuka cakrawala pemikiran kita, bahwa hijrah tak melulu dimaknai hanya dengan mengikuti kajian rutin keagamaan, mengenakan busana tertutup, atau menggunakan bahasa dengan dialek khas komunitas hijrah. Lebih dari itu, bahwa hijrah bisa ditarik dalam berbagai konteks keilmuan. Dari sini, perspektif hijrah juga bisa diterjemahkan dalam perspektif menuju hidup yang lebih sehat seperti yang ditulis Prof. Bambang Purwanto.

Artinya, korelasi edaran Pemkab Sumenep dengan hijrah menuju hidup yang lebih sehat menjadi penting untuk dipahami dan diimplementasikan oleh masyarakat. Tidak hanya sebatas lingkungan kantor, tetapi masyarakat juga perlu mendapatkan pemahaman untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, hijrah di sini, penting untuk ditafsir dalam konteks menuju kehidupan yang lebih sehat demi kemaslahatan masyarakat.

Dalam perspektif yang lain, bahwa Muharram yang juga tepat pada bulan Agustus ini adalah momentum untuk menuju kehidupan yang lebih bermanfaat. Kehidupan untuk mengisi kemerdekaan yang sudah 77 tahun kita rasakan dengan kemaslahatan dan kebermanfaatan secara kolektif bagi masyarakat.

Baca Juga :  Peluang dan Tantangan Parawisata Syariah di Indonesia

Pada ranah ini, maka hijrah yang sejati adalah menuju peningkatan kualitas hubungan dengan Sang Pencipta dan peningkatan kualitas hubungan dengan sesama dan makhluk yang lainnya. Hal ini menjadi penting, bahwa terkadang ada yang selalu berusaha dengan segala daya untuk meningkatkan kualitas hubungan secara vertikal kepada Sang Pencipta, tetapi di sisi lain melupakan kualitas hubungan horizontal dengan sesamanya, ataupun sebaliknya. Maka Muharram dan kemerdekaan ini, menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan kualitas keduanya—hubungan secara vertikal (dengan Sang Pencipta) dan horizontal (dengan sesama)—yang diawali upaya menuju kehidupan yang lebih sehat agar bisa ajeg dalam membangun hubungan secara vertikal dan bisa maksimal dalam memberikan manfaat dan maslahat secara horizontal kepada sesama. Semoga!


*)Abd. Kadir, Sekretaris BPBD Kabupaten Sumenep

Berita Terkait

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant
Seni Mencuri
Gen Z dan Fenomena “Generasi Stroberi”: Antara Kreativitas dan Tantangan Ketahanan Mental
Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura
Pelanggaran Protokol Keamanan dalam Sektor Kesehatan: Dampak dan Solusi
Ketika Kemajuan Teknologi Malah Mendorong Kemunduran Logika
Puisi-puisi Elmira Damayanti-Madura
Puisi-puisi Amanda Amalia Putri-Banyuwangi

Berita Terkait

Rabu, 25 Desember 2024 - 08:36 WIB

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Minggu, 22 Desember 2024 - 14:55 WIB

Seni Mencuri

Jumat, 20 Desember 2024 - 17:02 WIB

Gen Z dan Fenomena “Generasi Stroberi”: Antara Kreativitas dan Tantangan Ketahanan Mental

Kamis, 12 Desember 2024 - 08:30 WIB

Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura

Sabtu, 7 Desember 2024 - 17:31 WIB

Pelanggaran Protokol Keamanan dalam Sektor Kesehatan: Dampak dan Solusi

Berita Terbaru

Ilustrasi (pixabay/nolesa.com)

Puisi

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Rabu, 25 Des 2024 - 08:36 WIB