Menyongsong Peradaban Politik Media Sosial yang Berkeadaban

Redaksi Nolesa

Selasa, 11 Oktober 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Susi Rukmini*)


Dalam konteks kekinian, kehadiran media sosial yang sungguh akut di tengah-tengah kehidupan kita adalah kenyataan tak terbantahkan. Sepertinya ia adalah keniscayaan zaman. Banyak aspek kehidupan kita pun berbondong-bondong pindah ke dunia setengah nyata ini. Termasuk aspek kehidupan politik kita. Bahkan, bisa dikatakan, media sosial kini telah menjadi lahan baru nan subur bagi perkembangan politik nasional ataupun lokal. Juga internasional, bahkan.

Kampanye-kampanye politik, baik yang sifatnya jangka pendek atau jangka panjang, nyaris setiap hari atau bahkan setiap kali kita bermedia sosial bisa kita temukan. Karena itu, tak salah jika ada asumsi yang mengatakan bahwa sebab kehadiran media sosial inilah, nyaris suara politik publik bisa diubah setiap saat dengan begitu dinamis dan alot.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tentu, sampai di sini, tidak ada masalah. Jika kita sepakat bahwa kehadiran media sosial di tengah-tengah kehidupan kita merupakan keniscayaan, maka kita harus sepakat pula bahwa pemanfaatan media sosial sebagai lahan subur kampanye dan praktik politik juga adalah keniscayaan yang tak bisa kita pungkiri. Namun, yang menjadi masalah, adalah pemanfaatan media sosial itu sendiri yang sudah keluar dari jalur yang semestinya. Alias Tidak disiplin. Secara pergerakan maupun secara ideologi.

Baca Juga :  Zakat dalam Dinamika Zaman

Akibatnya, media sosial tidak sebatas hanya digunakan sebagai alat pelengkap dan komoditas politik semata. Tetapi, lebih dari itu media sosial kita malah dijadikan tempat paling legal untuk saling memprovokasi, mencaci maki, menghujat dan yang lainnya yang hal itu sangatlah potensial memecah kebersatuan politik kebangsaan kita.

Dengan kata lain, media sosial kita, akibat perilaku politik praktis kita itu, telah menjelma “…sebagai “agen-agen provokator” informasi yang berlebihan, mengubah debat politik menjadi jurang yang menganga lebar” (Jean Baudrillard).

Hal itu, tidak boleh dibiarkan. Artinya, harus ada penolakan dari kita sendiri akan ironitas perilaku politik media sosial kita sekaligus mencari jalan alternatifnya. Sebab, ke depan, kita akan terus dihadapkan dengan perkembangan teknologi (media) dan tangtangan politik yang semakin pelik dan rumit. Apalagi, 2024 kita akan melaksanakan pilpres yang sebagian drama politik media sosialnya sudah dimulai sejak sekarang. Tentu, semuanya harus disiapkan dengan segala kematangan, guna menyongsong peradaban politik media sosial yang berkeadaban.

Dewasa dalam Menjadi Masyarakat Politik Media Sosial

Dalam hemat penulis, penolakan dan jalan alternatif yang bisa kita tawarkan atas kekacauan politik media sosial kita, yang kering dan nir-makna, yang merupakan akibat dari dijadikannya media sosial sebagai komoditas praktis politik kita itu bisa didamaikan dan diredam yakni apabila masyarakat sudah berada pada posisi ‘dewasa’ dalam menjalani hidup sebagai masyarakat politik media sosial. Tanpa kedewasaan politik masyarakat dalam bermedia sosial, maka kekacauan politik yang menghantui kehidupan media sosial kita sungguh angel bisa diredam dan didamaikan.

Baca Juga :  Puisi-Puisi Faisal Samaran

Sebab, tanpa kedewasaan, perdebatan politik di media sosial tak akan pernah menemukan titik temu. Hal itu, karena semua masyarakat media berdiri dengan egonya masing-masing. Mencari kemenangan diri dan kelompok politiknya semata. Bukan mencari kebenaran filosofis yang bisa menjadi solusi bagi sistem politik kita yang retak dan galau. Sehingga, cara apa pun dianggap sah-sah saja. Termasuk memprovokasi, mengadu domba, dan memecah belah, semuanya dilegalkan.

Hal itu, sangatlah berbeda dengan masyarakat politik media sosial yang sudah dewasa. Dalam hemat penulis, masyarakat media sosial yang sudah dewasa dalam berpikir dan bertindak, tak akan berdebat dengan egonya. Melainkan dengan pengetahuan, informasi, data dan khazanah keilmuan yang dimilikinya. Selain itu, kehadiran masyarakat yang dewasa dalam kancah politik media sosial kita ini, juga akan menghadirkan suasana politik media sosial yang elegan dan cantik.

Baca Juga :  Pemimpin Bangsa Indonesia yang Negarawan dan Pancasilais

Sebab, mereka menganggap lawan politik media sosial mereka sebagai lawan yang sah. Bukan musuh yang harus dibasmi hingga ke akar-akarnya. Sehingga, dari pengakuan itu sendiri, akan hadir sebuah suasana kompetisi yang sehat, penuh gagasan dan strategi.

Sehingga dari situ, perdebatan politik di media sosial menjadi kaya dan penuh dengan pertukaran informasi dan gagasan. Bukan sesak dengan caci maki dan provokasi yang sungguh menjijikkan dan memalukan.

Jadi, guna menyongsong peradaban politik media sosial yang berkeadaban, eksistensi masyarakat yang dewasa dalam kancah politik media sosial adalah kata kunci yang tak bisa dilupakan.

Niscaya dengan hadirnya masyarakat-masyarakat politik media sosial yang dewasa, akan tercapailah peradaban politik media sosial yang berkeadaban itu, yakni politik media sosial yang penuh dengan pertukaran gagasan pengetahuan dan informasi. Sehingga muaranya jelas: cerdas-mencerdaskan dan cerah-mencerahkan kehidupan politik kebangsaan kita ini.


*) Susi Rukmini, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

 

Editor: Farisi Aris

 

Berita Terkait

Puisi-puisi Khalil Satta Èlman
Judol: Ilusi Kekayaan, Realita Kehancuran
Gonta-ganti Kebijakan, Guru Semakin Tertekan
Ketika Sarjana Pendidikan Pindah Haluan
Madura Menuju Provinsi: Gagasan Besar, Tantangan Nyata, Butuh Persiapan Serius
Puisi-puisi Cahaya Daffa Fuadzen
Antara Gojlokan, Bullying, dan Pentingnya Self-Defense dalam Dunia Pendidikan Pesantren
Berusaha Memandang Sudut Pandang Orang Tua melaui Buku Maafkan Kami Ya, Nak!

Berita Terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 21:49 WIB

Puisi-puisi Khalil Satta Èlman

Selasa, 8 Juli 2025 - 18:43 WIB

Judol: Ilusi Kekayaan, Realita Kehancuran

Selasa, 8 Juli 2025 - 18:30 WIB

Gonta-ganti Kebijakan, Guru Semakin Tertekan

Selasa, 8 Juli 2025 - 13:39 WIB

Ketika Sarjana Pendidikan Pindah Haluan

Senin, 7 Juli 2025 - 21:23 WIB

Madura Menuju Provinsi: Gagasan Besar, Tantangan Nyata, Butuh Persiapan Serius

Berita Terbaru

Bupati Sumenep Resmi Luncurkan 334 Koperasi Merah Putih, Senin, 14/7/2025 (foto: IST)

Daerah

Bupati Sumenep Resmi Luncurkan 334 Koperasi Merah Putih

Senin, 14 Jul 2025 - 12:06 WIB

Momen pertemuan Menteri Meutya dengan Sekretaris Jenderal International Telecommunications Union (ITU), Doreen Bogdan-Martin, di Jenewa, Swiss, Rabu, 9/7/2025 (foto: ist)

Nasional

Menkomdigi Perkenalkan PP TUNAS ke ITU

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:35 WIB

(for NOLESA.COM)

Puisi

Puisi-puisi Khalil Satta Èlman

Rabu, 9 Jul 2025 - 21:49 WIB