Howard Buten dan Dunia Autisme

Suci Ayu Latifah

Selasa, 15 Februari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Cover Buku

Cover Buku

Bekerja dengan para penyadang autisme, pekerjaan berbahaya dan ekstrem. Tidak banyak orang mau membayangkan menjadi bagian dari mereka. Lebih-lebih terjun ikut menangani orangnya. Membaca Dinding-Dinding Kaca garapan Howard Buten, serasa berada pada sebuah keadaan lebih dari menakutkan. Kita diajak mengenali orang-orang autistik dengan beragam perilaku. Ada yang ganas dan hiperaktif, lamban dan lembut, verbal dan non-verbal, anggun dan canggung, obsesif-kompulsif dan mudah disenangkan, cantik dan jelek (hal. 29). Dalam hitungan detik, luka cakaran dan gigitan tanpa ampun mereka ciptakan. Kenyataan yang amat horor. Bila ketakutan terhadap hantu itu tidak nyata, bersama orang-orang autistik hantu itu tampak nyata dan ada.

Perjalanan hidup Buten menangani orang-orang autistik diekspresikan lewat Dinding-Dinding Kaca. Kita dapat membaca bagaimana Buten menceritakan, menggambarkan, mendeskripsikan orang-orang di kliniknya, Prancis. Bagi Buten, autistik bukan penyakit mental, melainkan suatu gangguan bawaan. Salah satunya, gangguan masa kecil yang tidak enak. Hakim menjadi autistik diusia tiga tahun, Adam usia 4 tahun. Observasi membaca, autistik Hakim terjadi setelah kelahiran adiknya laki-laki. Ia melihat adiknya menyusu ibunya. Saat itu ia dipisahkan oleh ibunya. Ia pun merasa miliknya dirampas oleh adiknya, sehingga menerbitkan luka psikologis dalam dirinya.

Versi Freudian, Hakim mengalami kejadian traumatik komunikasi dengan ibunya. Terputusnya komunikasi menyebabkan terputusnya pula kedekatan, sentuhan terhadap sosok Ibu. Melanie Klein mengasumsikan, buah dada yang dikenal sebagai objek anak, bisa berubah fungsi dari baik ke buruk. Objek Baik dan Buruk, bagi seorang anak akan dihubungkan dengan rasa sayang yang mendalam ataupun rasa tidak percaya yang mendalam pula.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hakim selalu ingin di dekat kami; tetapi begitu dekat, dia dikuasai oleh suatu dorongan yang tak terkendali untuk menyerang kami dan menghina kami (hal. 52).

Baca Juga :  Kumpulan Puisi Ramana Lingga Ardi (RLA)

Orang-Orang Autistik

Dituliskan Buten selama mendampingi orang-orang autistik, banyak cerita, pengalaman, pengetahuan baru yang didapat. Sebagai pekerja psikoterapis, ia bertindak bukan mengobati penyakit, melainkan menangani orangnya. Buten menyerahkan 100 persen tubuhnya untuk mereka. Luka tertumpuk luka tidak terasa sakit lagi. Rasa sakit dikalahkan oleh empati mendalam. Setiap harinya, pasien ekstrem mencapai 20 orang. Klinik dibuka pada pukul sembilan pagi sampai empat sore.

Bercerita lewat ‘aku’ sejatinya, sebagai psikoterapis bukanlah cita-cita pendiri Adam Shelton Center di Paris. Semua bermula dari membaca-baca buku tentang penyakit dan operasi. Buku pertama yang dibaca adalah Morris’s Anatomy. Buku itu ditemukan saat bermain di rumah Bettie, sepupunya. Seketika membaca ia mendapat informasi tentang operasi usus buntu. Ilmu itu kemudian kemudian dipraktikkan pada bonekanya. Boneka ventrilokuis dioperasi laiknya orang sakit usus buntu. Usus yang diimajinasikan lewat tali sepatu dimasukkan ke dalam perut boneka. Lalu, membayangkan Christiaan Barnard dalam buku, mulai melakukan pembedahan. Sayangnya, operasi terhadap boneka gagal lantaran jahitan terurai, sehingga mengakibatkan boneka mati pascaoperasi.

Imaji Buten mendorong keberanian dalam dirinya. Buku telah banyak mengubah perilaku dan pikirannya. Aku mendapatkan pelajaran mendasar tentang narsisme yang tak terungkapkan; melakukan kebaikan untuk orang lain membuat kita merasa baik (hal. 20). Di usianya 24 tahun, Buten sudah membersamai orang-orang autistik di Pusat Ortogenik Anak di Detroit. Suatu hari ia menyaksikan langsung perilaku anak autistik yang digambarkan seperti angin topan. Seorang anak bernama Adam melempar tubuhnya ke pintu dan lantai. Kemudian, duduk dengan kaki lurus ke depan, mengayun-ayunkan badan ke depan dan belakang, matanya menerawang. Buten belum pernah melihat kenyataan seperti itu. Ia pun ingin berempati, lalu melakukan tindakan menjatuhkan diri ke lantai dan melakukan apa yang ingin dilakukan, guling-guling misalnya. Buten berempati merasakan apa yang dirasakan anak itu.

Baca Juga :  Risalah Ushul Fiqh

Diceritakan secara mengalir, Adam di antara 20-an anak di Pusat Ortogenik Anak paling berbahaya. Ia melukai dirinya, pasien lain, juga pekerja. Anehnya, luka yang diciptakan pada tubuhnya telah mati rasa. Suatu hari Adam tergelincir saat memanjat pagar. Punggungnya mengenai tanah, ia langsung bangkit dan berlari-lari. Paling menyedihkan, Adam pernah masuk dinding kaca isolasi. Sebuah tempat terakhir untuk penyandang autistik kategori bahaya. Dijelasterangkan, tempat isolasi dikhususkan anak-anak autistik paling berat. Mereka justru gembira berada di tempat sendirian. Pasalnya tidak lagi mendapat hardikan, teriakan, celaan dari anak-anak lainnya. Seperti Hakim, yang suka membual kata-kata tidak pantas didengar dan diucapkan.

Empati

Hal-hal tentang penyandang autistisme, terungkap dalam buku setebal 232 halaman. Lewat kalimat-kalimat sederhana, penulis menuliskan pengalaman dan pengetahuannya selama mendampingi orang-orang spesial. Gigitan, cakaran, tamparan, dan perlakuan lain yang didapat saat mendampingi terceritakan amat dalam. Pembaca seolah-olah ikut merasakan rasa sakit, lelah, dan hampir putus asa. Banyak anggota staf Buten yang tidak kuat, lalu keluar. Pikiran itu, sempat pula merajai Buten, namun segera lekas dihempas. Ia banyak mendengar dan membaca buku-buku untuk menemukan terapi yang cocok. Pasalnya menangani orang-orang autistisme butuh perjuangan panjang. Adam, baru bisa menjadi orang normal (dapat komunikasi) di usinya 31 tahun. Ia berlatih bekerja sebagai pelayan hotel. Ia pun memiliki tabungan sendiri dan dapat membeli TV.

Selain ahli psikoterapis, Buten adalah seorang novelis dan artis. Tahun 1976, ia membagi waktu bekerja dan menulis novel di malam hari. Selama di Los Angeles, ia menerbitkan novel pertama hingga novel kelimanya ini. Dalam perjalanan di psikologis klinis, ia berjumpa dan bertemu orang-orang hebat. Yang dilakukan adalah bercerita untuk menemukan solusi dari permasalahannya. Hanya saja, Buten tidak terpaku pada teori-teori yang ada. Ketika ia menirukan anak-anak autistik, justru mendapat teguran. Ia pun menyangkal, dengan menirukan, anak akan gembira. Dengan begitu komunikasi akan efektif.

Baca Juga :  Nada Pemberontakan Perempuan dan Sindirannya Terhadap Kungkungan Budaya Patriarki

Hal yang diterapkan Buten dalam praktik kliniknya adalah empati. Rasa empati mendorong pemahaman intuitif tentang perasaan, pikiran, dan tindakan orang itu. empati terhadap penyandang autism dilakukan Buten. Ia berpikir, dapatkah  kita berempati pada situasi dan keadaan psikologis orang lain tanpa memiliki pengetahuan pertama tentang seperti apa rasanya menjadi orang itu/ (hal. 141). Selama 24 tahun Buten Buten meniru orang-orang autistik. Karenanya, membaca Dinding-Dinding Kaca adalah ekspresi catatan penulis. Novel kelimanya ini benar-benar menguras emosi pembaca saat mendalami setiap kalimat-kalimatnya. Kesederhanaan dalam berbahasa dengan mudah menyentuh dasar hati membaca. Sekilas rasa kasihan, kengerian, dan kebersyukuran sebagai orang normal menjelma perasaan tak terkendali. Pembaca, seolah-olah menjadi autistik.

Sangat menarik, motivatif buku ini. Bagi kita-kita penasaran dengan orang-orang autisik akan ditunjukkan lewat Dinding-Dinding Kaca: Memahami Orang-Orang Autistik. Kita banyak ditunjukkan perilaku-perilaku ekstrem, terapis (perlakuan, tindakan), dan perubahan mental percaya diri seperti Adam. Saya katakan, bekerja berarti sepenuhnya, totalitas berbuat seperti Buten dan pekerjaannya.

Judul Buku       : Dinding-Dinding Kaca: Memahami Orang-Orang Autistik

Penulis              : Howard Buten

Penerbit            : Qanita

Tahun Terbit     : 2005

Tebal                : 232 halaman

ISBN               : 979-3269-33-2

 

Berita Terkait

Israel-Hamas Sepakat Hentikan Perang: Akhir dari Konflik Palestina-Israel?
Membumikan Nilai-nilai Aswaja di Kalangan Gen Z
Melibatkan Tuhan, Catatan Awal Tahun 2025
Puisi-puisi Tundra Alif Juliant
Seni Mencuri
Gen Z dan Fenomena “Generasi Stroberi”: Antara Kreativitas dan Tantangan Ketahanan Mental
Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura
Pelanggaran Protokol Keamanan dalam Sektor Kesehatan: Dampak dan Solusi

Berita Terkait

Sabtu, 18 Januari 2025 - 15:17 WIB

Israel-Hamas Sepakat Hentikan Perang: Akhir dari Konflik Palestina-Israel?

Jumat, 17 Januari 2025 - 17:54 WIB

Membumikan Nilai-nilai Aswaja di Kalangan Gen Z

Kamis, 2 Januari 2025 - 20:23 WIB

Melibatkan Tuhan, Catatan Awal Tahun 2025

Rabu, 25 Desember 2024 - 08:36 WIB

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Minggu, 22 Desember 2024 - 14:55 WIB

Seni Mencuri

Berita Terbaru

Nasional

Gelar Raker, Lakpesdam NU Depok Canangkan Program Strategis

Sabtu, 18 Jan 2025 - 19:10 WIB

Opini

Membumikan Nilai-nilai Aswaja di Kalangan Gen Z

Jumat, 17 Jan 2025 - 17:54 WIB

Raline Rahmat Shah (Raline Shah) Stafsus Bidang Kemitraan Global dan Edukasi Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) RI (Foto: IG @ralinshah)

Nasional

Alasan Pengangkatan Raline Shah sebagai Stafsus Kemkomdigi

Jumat, 17 Jan 2025 - 07:57 WIB

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) RI, Meutya Hafid (Foto: IP/nolesa.com)

Nasional

Luncurkan e-Katalog Prangko 2025, Begini Kata Menteri Meutya

Kamis, 16 Jan 2025 - 09:30 WIB