Di sebuah kafe. Tempat biasa saya nongkrong. Seorang laki-laki dengan tubuh tinggi datang.
Ia sedikit basah. Cuacanya gerimis. Dia duduk di meja sebelah saya.
Sebelum duduk. Ia ke kasir dulu. Memesan secangkir kopi. Sekaligus segelas air.
Lalu. Ia membuka tas. Mengeluarkan buku. Dibacalah buku itu.
Ia hanya seorang diri. Fokus membaca. Tak sedikit bergeser.
Matanya fokus menatap kata demi kata dalam buku itu. Menguyahnya.
Sementara orang-orang di sekitarnya. Termasuk saya. Ngobrol bebas.
Tak terasa. Hari mulai petang. Suasana magrib mulai terasa.
Di luar. Gerimis masih melanjutkan ritualnya. Membasahi bumi.
Namun. Laki-laki itu masih terbuai dalam kegiatan membaca.
Mungkin. Membaca adalah hobinya. Atau, bagian dari hidupnya.
Saya mengagumi lelaki itu. Di tengah keramaian. Masih membaca. Sebuah hal yang jarang kita temui.
Namun. Terlepas dari semua itu. Saya jadi berpikir. Bahwa, untuk menjadi diri kita sendiri. Mewujudkan mimpi-mimpi kita. Kita perlu fokus.
Menanggalkan segala pembicaraan dan kebisingan di sekitar kita. Termasuk ocehan-ocehan tetangga.