Khazanah kuliner Indonesia disemarakkan dengan berbagai olahan dari bebek. Meski tidak sepopuler olahan dari ayam, namun sejumlah daerah di Indonesia memiliki sajian khas dari bebek yang cukup masyhur kelezatannya. Antara lain bebek betutu khas Bali, sie itek khas Aceh, bebek garo rica khas Manado, itiak lado mudo khas Bukittinggi, bebek ireng dan bebek songkem khas Madura, opor bebek khas Sleman, dan sebagainya.
Dari Jawa Tengah (Jateng), juga muncul olahan bebek yang di-create dan dipopulerkan oleh H. Slamet Raharjo yang berasal dari Kartasura—sebuah kota kecil di Solo Raya, tepatnya masuk wilayah Kabupaten Sukoharjo. Nama populernya Bebek Goreng H. Slamet. Sesuai namanya, bebek goreng H. Slamet adalah olahan bebek yang digoreng.
Bebek goreng H. Slamet, atau bisa dibilang bebek goreng khas Kartasura, termasuk olahan bebek yang legendaris. Taste-nya dominan asin dan gurih. Sebelum digoreng, bebek direbus dan diungkep terlebih dahulu dengan aneka bumbu dan rempah sampai dagingnya empuk dan bumbu meresap. Baru kemudian digoreng dalam minyak panas sampai bagian luarnya crunchy, namun bagian dalamnya tetap lembab dan empuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bebek goreng khas Kartasura ini disajikan dengan nasi putih hangat dan sambal khas Bebek Goreng H. Slamet, yakni sambal korek. Sambalnya terbuat dari cabai rawit merah, bawang putih, garam, dan minyak goreng panas—yang membuat cita rasanya menjadi amat sedap.
Cara pembuatan sambal korek sangat simpel. Siapkan bahan, meliputi cabai rawit merah, bawang putih, garam, dan minyak goreng panas. Uleg atau tumbuk kasar cabai rawit dan bawang putih dengan garam. Lalu siram dengan minyak panas. Sambal korek sudah jadi dan siap disajikan. Penyajiannya dilengkapi dengan lalapan meliputi: daun pepaya rebus, irisan ketimun, kol, dan daun kemangi.
Lidia Tanod dalam buku 100 Mak Nyus Joglosemar (2016) menyatakan, bagian yang menjadikan hidangan ini semakin nikmat adalah sambalnya, yaitu sambal korek. Bahan utama sambal korek ini adalah cabai rawit merah dan bawang putih. Kekuatan aroma bawang putih mampu menghapus aroma amis daging bebek yang biasa timbul dan memperkaya rasa. Walaupun begitu, bebek goreng khas Kartasura ini diolah dengan baik, sehingga sama sekali tidak ada aroma amis, tetapi tekstur dan rasanya tetap seperti daging bebek.
Bebek goreng khas Kartasura dirintis oleh H. Slamet Raharjo dan istrinya, Hj. Baryatin, sejak tahun 1986. Semula keduanya hanya sekadar coba-coba membuka usaha warung kaki lima dengan menjual menu utama bebek goreng di pinggir Jalan Raya Kartasura-Solo. Modalnya hanya Rp 10.000,-.
Sebelum merintis warung bebek goreng itu, H. Slamet sempat gonta-ganti jualan. Penah berjualan gado-gado, rujak, kikil sapi, sate kelinci, dan menu lainnya, yang dimulai sejak tahun 1979. Setelah itu, sejak tahun 1986, H. Slamet fokus mengembangkan usaha kuliner dengan menu utama bebek goreng.
Rupanya bebek goreng menjadi jalan rezekinya. Usaha bebek goreng H. Slamet berkembang pesat hingga kemudian memiliki lebih dari 30 cabang di berbagai daerah, antara lain tersebar di wilayah Solo Raya, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Bandung, Jabodetabek, Palembang, Balikpapan, Samarinda, Pekanbaru, Banjarmasin, Bali, dan lainnya.
Warung bebek goreng H. Slamet pertama kali berdiri di pinggir jalan raya Solo-Jogja. Namun, akibat pelebaran jalan, tahun 1992, warungnya pindah sekitar 100 meter lebih ke dalam. Warung tersebut menempati halaman rumah pribadinya, tepatnya di Sedahmoro LorRT 1/7 Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Salah satu rahasia sukses usaha bebek goreng H. Slamet terletak pada cita rasa dan kualitas menu bebek goreng yang disajikan. Menurut sejumlah sumber, H. Slamet mendatangkan bahan baku bebeknya dari supliyer dari luar kota Solo. H. Slamet mematok standar bebek untuk warungnya. Yaitu, hanya memakai bebek jenis super yang baru empat kali bertelur dalam rentang waktu sekitar dua tahun. Kualifikasi inilah yang membuat cita rasa bebeknya enak. Sebaliknya, H. Slamet mengaku menghindari bebek muda, karena dagingnya mudah hancur saat direbus.
Selain itu, yang menjadikan bebek goreng H. Slamet terasa sangat khas adalah sambal korek yang diulek di atas cobek dan hanya terdiri dari cabai rawit, garam, bawang putih, lalu disiram minyak bekas gorengan. Paduan bebek goreng garing dan sambal korek yang pedas sangat pas dan nikmat, sehingga banyak penggemarnya.
Nama sambal korek sendiri ternyata mengandung filosofi. Korek itu dari zaman susah, jadi ngorek-ngorek sampai habis. Istilahnya ngirit, hidup berhemat. Boleh jadi itu menggambarkan kisah masa lalu H. Slamet yang penuh kerja keras dan perjuangan hidup.
Slamet Raharjo meninggal dunia pada Senin, 30 September 2019, pada usia 70 tahun. Ia meninggal di Rumah Sakit Kasih Ibu karena sakit. H. Slamet menjadi inspirasi munculnya banyak warung-warung bebek goreng di lingkungan Kecamatan Kartasura. Bahkan warung-warung itu pun juga membuka sejumlah cabang di berbagai daerah. Sebagai diferensiasi, H. Slamet lalu mencantumkan kata “Asli” di kardus pembungkus bebek gorengnya serta papan petunjuk ke warungnya.
Semasa hidupnya, H. Slamet termasuk sosok yang low profile. Kendati telah sukses dengan kuliner bebek gorengnya, H. Slamet tetap memilih hidup yang bersahaja dan jauh dari kesan mewah. Selain tetap memilih tinggal di rumah lamanya di sebuah gang kecil di Kartasura, H. Slamet dikenal juga sebagai sosok yang dermawan.
Setiap tahun, ia punya program santunan anak yatim. Salah satu warisan yang menjadi monumen kebaikan H. Slamet adalah sebuah pesantren gratis bernama Tahfidzul Qur’an di Kartasura yang didirikan tahun 2011. Dan tentu saja, ia mewariskan kuliner bebek goreng yang digemari banyak orang.