Ahli

Ahmad Farisi

Minggu, 20 Maret 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ceritanya sudah satu minggu yang lalu. Namun, jangankan satu minggu yang lalu, satu atau dua tahun yang lalu sekalipun, yang namanya ‘cerita’ tetaplah menarik untuk diceritakan.

Mengapa? Sebab cerita bukanlah hanya sekadar cerita. Ia mengandung banyak makna dan kesan. Mulai dari kesan sedih, bahagia, haru, menjengkelkan, dan yang lain sejenisnya.

So, beginilah cerita saya itu.
Sekitar jam 02:00 dini hari saya menulis. Tulisannya nyaris selesai. Tinggal beberapa kata lagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, entah kenapa. Laptop ngelike. Saya pencet-pencet kybordnya. Dan, hal yang tak terduga terjadi. Kybord laptop terkunci.
Saya matikan. Lalu saya nyalakan lagi. Tetap. Hal itu terus saya ulang-ulang. Hasilnya sama saja.

Saya bingung. Tulisan harus selesai. Laptop down.

Akhirnya saya pasrah. “Mungkin, tulisan ini memang tidak harus selesai,” pikir saya.
Saya buka handpone. Cek WA. Ngebales beberapa pesan singkat.

Baca Juga :  Keluar dari Politik Subjektivitas

Lalu muncullah ide. “Tutorial,” pikir saya. Saya buka You Tube. Saya buka tutorial cara memperbaiki kybord yang terkunci.

Ada banyak sekali tutorial cara memperbaiki kybord yang terkunci. Saya sampai bingung memilihnya.

Akhirnya, saya coba satu-satu. Dari yang teratas. Saya tonton. Sambil saya praktikkan.

Ada hasil. Kybord saya tak lagi terkunci. Namun, ada masalah baru yang muncul.
Pun kembali berfungsi. Namun sudah tak berfungsi seperti sediakala lagi.

Jika yang saya pencet misalnya adalah angka satu. Yang muncul bukan angka satu. Tapi @; jika saya buka file, tombol apa pun yang saya pencet, maka semuanya akan terblok.

Jadi, satu masalah selesai. Dua masalah baru muncul.

Saya tidak menyerah. Tutorial terus saya lanjutkan. Namun tetap tidak membuahkan hasil.

Menjelang subuh saya sudahi. Keesokan harinya saya lanjutkan lagi. Hasilnya masih sama. Tetapi tidak berhasil. Saya tinggalkan.

Baca Juga :  Indahnya Menjadi Santri KH Abdul Majid Ilyas

Malamnya, dengan masih bermodalkan You Tube. Misi perbaikan saya lanjutkan lagi. Tapi tetap saja tak ada hasil yang membahagiakan.

Keesokan paginya. Saya coba lagi. Gagal lagi. Kali ini saya benar-benar pasrah.
Saya memutuskan untuk membawanya ke dokter. Dokter laptop pesakitan tentunya.

Singkat cerita. Laptop itu akhirnya ditangani dokter. Akan tetapi, bukan dokter-dokter laptop pesakitan yang punya tempat praktik khusus di pinggir-pinggir jalan.

Ia dokter laptop. Tapi tidak punya tempat praktik khusus. Ia hanya menangani laptop yang teman-temannya percayakan kepadanya.

Namanya Afif. Dan, dalam tulisan ini, saya ingin sebut ia Dokter Afif, sang dokter laptop yang tidak membuka praktik formal.

Setelah beberapa jam saya memasrahkan laptop saya. Melalui pesan singkat WA ia mengabari saya.

Katanya. Dua tombol Shift yang ada. Ketekan terus. Susah mengatasinya.
Menurut hasil sementara pemeriksaannya. Laptop saya harus ganti kybord.

Saya bertanya: “Kalo ganti kybord berapa?” “Sekitar 250k,” katanya.

Baca Juga :  Menguji Kebenaran Pernyataan Sekretaris DPC PKB Sumenep

Singkat cerita lagi. Dua hari sudah berlalu.
Saya bertemu dengan Dokter Afif itu. Di sebuah acara. Katanya. Laptop saya di bawa ke acara itu.

Katanya lagi. Laptopnya sudah sembuh. Saya tidak perlu ganti kybord.

Saya bersyukur. Berkat ahli. Laptop saya sembuh.

Ternyata. Semuanya hanya butuh ahli.

Saya jadi berpikir: “Pengetahuan boleh saja melimpah ruah dan bisa kita cari dalam sekejap. Namun, tanpa keberadaan seorang ‘ahli’ yang kompeten di bidangnya. Pengetahuan itu, tak lebih dari sekadar pengetahuan saja. Bahkan bisa merusak.”

“Kita butuh banyak ‘ahli’ yang kompeten di bidangnya,” pikir saya, “ahli fisika. Ahli kimia. Ahli hukum. Ahli politik. Ahli sosiologi. Ahli hadits. Ahli Qur’an. Ahli agama dll.”

Ahli-ahli itu. Merekalah yang akan menjadi dokter atas kondisi sosial-kemasyarakatan, sosial-keagamaan, sosial-kebangsaan, dan sosial-politik kita yang pesakitan.

Berita Terkait

Selamat Jalan Paus Fransiskus; Cahaya Kasih yang Tak Pernah Padam
Kesalehan Sosial: Sebuah Catatan Akhir Ramadan
Membangun Ruang Sosial Lansia di Era Digital
Membenahi Institusi Kepolisian Kita
Hikmah Ramadan: Sabar dan Takdir
Kepada Siapa Kepala Daerah Tunduk?
Hidup pada Bulan Ramadan Tetapi Tidak Terampuni Dosanya?
Menanti Kenegarawanan Presiden

Berita Terkait

Selasa, 22 April 2025 - 16:51 WIB

Selamat Jalan Paus Fransiskus; Cahaya Kasih yang Tak Pernah Padam

Sabtu, 29 Maret 2025 - 20:12 WIB

Kesalehan Sosial: Sebuah Catatan Akhir Ramadan

Selasa, 11 Maret 2025 - 05:00 WIB

Membangun Ruang Sosial Lansia di Era Digital

Sabtu, 8 Maret 2025 - 19:28 WIB

Membenahi Institusi Kepolisian Kita

Senin, 3 Maret 2025 - 04:13 WIB

Hikmah Ramadan: Sabar dan Takdir

Berita Terbaru

Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo (foto: dok. nolesa.com)

Daerah

Sayembara Kepala DLH Sumenep

Senin, 21 Apr 2025 - 10:01 WIB

Kepala Puskesmas Bluto, Sumenep, dr. Rifmi Utami ketika menyampaikan edukasi kepada JCH 2025 asal Kecamatan Bluto (Foto: ist/nolesa.com)

Daerah

Puskesmas Bluto Tunaikan Tugas Layani JCH 2025 Hingga Tuntas

Minggu, 20 Apr 2025 - 08:00 WIB