Soekarno dan Ide-Ide Kemerdekaan Indonesia

Redaksi Nolesa

Rabu, 17 Agustus 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Farisi Aris*)


Adalah Soerkarno sang pejuang kemerdekaan itu. Oleh sejarah, ia dilahirkan sebagai pahlawan kemerdekaan Indonesia yang sangat populer dengan pidato-pidato kebangsaannya yang ber-api-api.

Senantiasa, berkat peran dan perjuangannyalah bangsa ini dapat mencicipi manisnya kemerdekaan dan terlepas dari kejamnya belenggu imprealis-kolonialis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Soekarno membenci imprealisme dan kolonialisme. Karena bagi Soerkarno, imprealisme dan kolonialisme adalah penjarah kemerdekaan bangsa dan masyarakat.

Artinya, dengan melihat kondisi bangsa yang saat itu terjajah oleh kekuatan kolonialis dan imperealis, Soekarno sangatlah ingin bangsanya bisa segera merdeka. Dan, Soekarno yakin bahwa bangsanya sangat bisa untuk merdeka.

Karena itu, berangkat dari keyakiannya itu, saat Profesor Veth membuat tesis pesimistis tentang Indonesia, yang berbunyi bahwa: “Indonesia tidak pernah merdeka, dari zaman Hindu sampai sekarang; Indonesia senantiasa menjadi negeri jajahan. Mula-mula jajahan Hindu, kemudian jajahan Belanda”, Soekano membuat tulisan bantahan yang ia namai risalah dengan judul Mencapai Indonesia Merdeka.

Baca Juga :  Membangun Ruang Sosial Lansia di Era Digital

Bantahan Soekarno itu, mula-mula ia memulai dengan mangatakan bahwa faktanya, sejarah menunjukkan fakta yang sebaliknya dari apa yang dikatakan Veth itu.

Menurut Soekarno, “kaum kuasa di zaman Hindu itu, terutama sekali kaum penjajah, mereka bukanlah kaum yang merebut kerajaan, melainkan mereka sendirilah yang mendirikan kerajaan di Indonesia! Mereka menyusun staat Indonesia, yang tadinya tidak ada staat Indonesia! Hubungan kerajaan Indonesia itu dengan Hinduistan bukanlah hubungan kekuasaan, melainkan perhubungan peradaban, perhubungan kultural. Negeri Indonesia ketika itu merdeka, tetapi penduduk Indonesia, rakyat Indonesia, Marhaen Indonesia, tidak pernah merdeka. Begitulah nasib semua rakyat jelata diseluruh dunia, bukan hanya di Indonesia”. Ujar Soekarno menggebu-gebu membantah tesis Profesor Veth itu.

Baca Juga :  Sumenep Pasca Desentralisasi, Kemiskinan, dan Fiksi Politik Kesejahteraan

Di satu sisi, itulah bantahan Soekarno terhadap tesis Profesor Veth yang pesimistis tentang Indonesia dalam risalahnya Mencapai Indonesia Merdeka ini. Pada sisi berbeda, dalam risalah Soekarno yang lain, ia tidak hanya sibuk membantah tesis Veth itu. Berbeda dengan itu, ia juga membayangkan bagaimana Indonesia bisa mencapai kemerdekaannya.

Dalam bayangan Soekarno, agar masyarakat Indonesia bisa mencapai kemerdekaannya kala itu, maka masyarakat harus bangkit dari tidurnya, menjadi kuat, dan mengkonsolidasikan pergerakan kebangsaannya.

Menurut Soekarno, “Pergerakan pada hakikatnya adalah usaha masyarakat sakit yang mengobati diri sendiri. Oleh karena itu, bagi Soekarno, masyarakat harus mempunyai pergerakan yang… cocok dan sesuai dengan hukum-hukumnya masyarakat dan terus menuju ke aah doel-nya masyarakat, yakni masyarakat yang selamat dan sempurna.”

Baca Juga :  Demi Prabowo: Mengapa Budiman Rela Dipecat PDI-P?

menurut Soekarno, untuk mencapai Indonesia yang senantiasa merdeka, maka, kampiun-kampiun kemerdekaan harus terus maju ke muka, susunlah garis-garis pergerakan itu.


“Hebatkanlah pergerakanmu menjadi pergerakan yang insaf, yang karenanya akan menjadi hebat sebagai tenaganya gempa. Fajar mulai menyingsing. Sambutlah fajar itu dengan kesadaran, dan kamu akan segera melihat matahari terbit,” kata Soekarno dengan khasnya yang berapi.

Dan lebih lanjut, menurut Soekarno, untuk mencapai Indonesia yang senantiasa merdeka, maka, kampiun-kampiun kemerdekaan harus terus maju ke muka, susunlah garis-garis pergerakan itu.

Hebatkanlah semua semangat yang ada di dada kita, hebatkanlah semua kecakapan-mengorganisasi yang ada di dalam tubuh kita, hebatlaknlah semua keberanian banteng yang ada di dalam nyawamu, untuk mencapai Indonesia merdeka.


*)Farisi Aris, penulis lepas, mukim di Yogyakarta

Berita Terkait

Halalbihalal
Ciri-ciri Tua yang Sering Tidak Disadari Oleh Kita
Sejarah dan Perkembangan Hari Otonomi Daerah
Selamat Jalan Paus Fransiskus; Cahaya Kasih yang Tak Pernah Padam
Kesalehan Sosial: Sebuah Catatan Akhir Ramadan
Membangun Ruang Sosial Lansia di Era Digital
Membenahi Institusi Kepolisian Kita
Hikmah Ramadan: Sabar dan Takdir

Berita Terkait

Senin, 28 April 2025 - 20:03 WIB

Halalbihalal

Jumat, 25 April 2025 - 10:23 WIB

Ciri-ciri Tua yang Sering Tidak Disadari Oleh Kita

Jumat, 25 April 2025 - 07:30 WIB

Sejarah dan Perkembangan Hari Otonomi Daerah

Selasa, 22 April 2025 - 16:51 WIB

Selamat Jalan Paus Fransiskus; Cahaya Kasih yang Tak Pernah Padam

Sabtu, 29 Maret 2025 - 20:12 WIB

Kesalehan Sosial: Sebuah Catatan Akhir Ramadan

Berita Terbaru

Puisi-puisi Achmed Sayfi Arfin Fachrillah

Puisi

Puisi-puisi Achmed Sayfi Arfin Fachrillah

Selasa, 29 Apr 2025 - 15:58 WIB

Dyah Ayufitria Riskaputri Nandayanti untuk NOLESA.COM

Opini

Berani Bicara: Tanda Kuat Atau Malah Lemah?

Selasa, 29 Apr 2025 - 15:31 WIB

Sekretaris DPRD Sumenep, Yanuar Yudha Bachtiar (Foto: nolesa.com)

Sosok

Birokrat Muda Kuda Hitam Sekda Sumenep

Selasa, 29 Apr 2025 - 13:57 WIB

Yulputra Noprizal untuk NOLESA.COM

Cerpen

Goreng Ikan Asin

Selasa, 29 Apr 2025 - 08:56 WIB

Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Pamekasan menggelar Forum Konsultasi Publik (FKP), Senin, 28/4/2025

Daerah

Untuk Pamekasan Lebih Baik, Bupati Minta Masukan Tokoh

Selasa, 29 Apr 2025 - 08:38 WIB