Membaca Hujan
dari langit Banguntapan, hatimu menangis
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
airmatamu yang jatuh
menggenang di bait-bait puisiku.
dan setelah seluruh hujan adalah kesedihanmu
perih mana lagi bakal kau pillih
untuk membanjiri semestaku ini?
2021
Ode
dari bola matamu,
berlarilah tuhan ke tubuhku.
seluruh lukaku seketika sembuh
dan tak bakal mengenal kata kambuh.
kau adalah warna bagi mataku
takkan mungkin aku berpaling darimu
untuk memilih kebutaanku.
kau yang adalah degub di jantungku
takkan mungkin aku berhenti mencintaimu
dan memilih kematianku.
kau perempuan yang tak pantas didefinisikan
takkan pernah ada madah
mampu menjangkau kau yang terlampau indah.
2021
Menjadi Penyair
aku menulis puisi yang tak boleh
ada huruf tersusun selain menjadi namamu.
di baris-baris puisi yang kutulis
aku membangun negara tanpa air mata.
kalimat-kalimat menolak dirangkai
dengan kata ‘luka dan pisah’
tak boleh ada masa lalu dan masa depan
menghentikan kita berpelukan
aku dan kau adalah cinta
yang hidup di luar masa.
di puisiku yang tak beragama
tuhan dilarang menawarkan surga dan neraka.
kita adalah kekasih
yang tak dibatasi dosa dan pahala.
2021
Video Call
kita berjam-jam bertatapan
adalah rindu yang kita nyanyikan
aku melempar senyum selalu
entah padauk atau layer kesepianmu.
aku menempelkan layer ke kening
kau mengecup dari jauh yang hening
kita memunguti keriangan yang
bertaburan di handphone masing-masing.
betapa kita merawat cinta
sesederhana ketidak relaan
setiap hendak mengakhiri panggilan.
2021
Tanggal Merah
orang-orang pergi berwisata
ke tempat mereka menyejukkan mata
mencari bahagianya yang entah;
mengunjungi pantai, dan gunung, dan kawah,
dan semua yang berwarna indah.
sedang aku,
di hari liburku masih tetap asik memandangmu.
matamu adalah alam damaiku
senyummu mengubur seluruh keindahan sekitarku
kau ketenangan dan keriangan yang
tak perlu ku cari ke jalan-jalan,
ke tempat dan ruang.
2021