Surat Izin Menetap di Pelukanmu
Kepada YMKR
Bersama surat ini kusampirkan sehembus puisiku dan sehujan perasaanku padamu. Bahwa dengan isyarat hati, desir semesta, bisik lirih angin rindu dan benih cinta titipanNya, yang tanpa kusengaja ternyata beralamat ke hatimu, aku ingin memohonkan izin untuk menetap di pelukanmu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apakah engkau berkenan? Mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemindahan perabotan rasa, ketentuan masa depan kita, dan lain-lain, akan kita rencanakan bersama dengan cara tulus saksama, juga keberduaan abadi dalam tempo yang selama-lamanya
Mojokerto, 5 Juli 2020
Secuplik Kisah Asmara Generasi Hybrid
ada pemuda membuka notifikasi di hapenya
“top-apin saldo Shopee-ku, dong say…”
dan karena kebetulan pemuda itu dompetnya sedang astagajim
maka kata say dari kekasihnya itu dibaca saythonirrojim
lalu ada mahasiswi asal Sunda yang sedang di Yogya
diajak healing oleh gebetannya
“Ayang, kemah tipis-tipis ke Kaliurang, yuk…”
dan karena kebetulan mahasiswi ini sedang sibuk menggarap skripsi
maka kata Ayang dari cowok mupeng itu dibaca Anying!
sedikit berbeda, ada kakak-kakak sangar aktivis di medan demonstrasi
mendadak ditarik gadis ayu dari kerumunan itu
“Bung, percuma memperjuangkan bangsa dan negara,
apalagi kalau cuma onani wacana,
mending kita cari OYO dan melibas malam asyik berdua.”
bimbang antara iman dan eman, si aktivis ini menggangguk canggung
dan seketika langsung tarik gas
menuju praktikum biologi
dan sangat jauh berbeda, ada spesies jomblo ngenes
sedang menulis puisi di pojok kafe Yogya
“Fatum jomlotum, amor kopi”
—sekalipun takdirmu jomblo, cintailah kopi
Blandongan, 2022
Padahal Waktu Begitu Bersahabat
apa yang tergeletak di dalam asbak
adalah ayat-ayat kasat mata
tentang jiwa yang mendung
bagian paling rahasia
dari ketidakcerdasanku
mengolah waktu
tapi sejak kapan gelas kopi ini kosong?
sementara bungkus gorengan alot ini
berisi kepingan berita kriminalitas akademik
yang baru saja dilakukan professor
biarlah, toh aku tidak mudeng lagi
kapan terakhir kali matahari menjamah kulitku
barangkali karena keyakinanku berkata
keluar kosan sama dengan bertemu neraka
“L’enfer, c’est les autres,” umbar Sartre
—hell is other people
orang lain adalah neraka
dan tentu maksudnya termasuk aku juga
nyinyir hati dan bibir ini
belum kunjung padam
“mungkin kamu butuh piknik”
kata generasi hybrid
: perpaduan gen molusca + hewan pengerat
tapi kembali aku tidak mudeng lagi
di mana terakhir kali
kuletakkan kunci perasaanku
hingga sulit sekali aku membuka diri
bagi gadis tulus yang menganggapku idamannya
padahal dunia terasa hangat
biarpun diisi berjuta psikopat
padahal hidup begitu singkat
walaupun banyak yang melarat
padahal waktu begitu bersahabat
sekalipun kadang keparat
Umbulharjo, Maret 2022
Madno Wanakuncoro adalah penulis yang gemar melukis dan menonton film. Buku yang telah diterbitkannya antara lain: kumpulan puisi Asal-Usul Senyumanmu (2019), kumpulan cerpen Kepala Negara Babi (2020), sehimpun surat esai Suara-Suara yang Tersekap (2020), buku Puasa, Corona & Keterlenaan Manusia (2020), dan sehembus puisi Kecuali Untuk Kau Kenang (2020). Kini disibukkan oleh riset dan kewajiban akademik pascasarjana di Yogyakarta sembari merawat taman literasi digital “metafor.id”. Dapat disapa di Instagram @madno_wk.