Puisi-Puisi Lusa Indrawati

Redaksi Nolesa

Minggu, 9 Maret 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi pixabay

Ilustrasi pixabay

Patah

Sebab patah adalah jatuh

Hati teriris kesedihan luruh

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebab patah adalah

Menanam benih harapan

Tumbuh menjulang

Memetik rasa sakit

Buah kekecewaan

Sebab patah adalah cara hidup

Mengajari hati agar tegar

Mencintai kehilangan-kehilangan

Menggenggam luka penuh kelapangan

Sebab patah adalah caraNya

Menanam biji ketabahan

Tumbuh di dada pelan-pelan

Melewati setiap gelombang

Amuk kehidupan-

Lamongan, 20 Desember 2024

Kota yang Sakit

Di kota Megapolitan, bayang-bayang kelam membentang

Terselip derita tiada henti

Menyelimuti gedung-gedung pencakar  langit tinggi

Air mata dan teriakan, menjadi nada tak asing lagi

Mereka terpinggirkan, suaranya tak lagi terdengar

kesedihan mengalirkan luka sepanjang gagap para penguasa

Anak-anak jalanan, mata mereka mencerminkan kelaparan

Tubuh kecil, menanggung beban yang tak sepadan

Mencari sesuap nasi, mimpi-mimpi terkubur debu dan polusi

Rumah-rumah kumuh, menangis di gelap malam

Dindingnya retak, atapnya bocor

Menyimpan kisah pilu dan harapan bolong

Sampai kapan kota ini sakit, dari para monster yang memburu jiwa, menghisap  kering belas kasih di dada

Baca Juga :  Di Tepi Sungai Toteker - Puisi Wail Arrifqi

Sampai kapan kota ini sakit, dari para monster yang mencengkeram erat, keadilan terus dilumat

Sampai kapan kota ini sakit

Harus menunggu sekarat, lalu mati ?

Bocah Kecil Itu

Bocah kecil itu menunggu ayahnya pulang setiap malam

Rembulan menyambutnya dengan rekah sinar,

Namun nyala harapannya  pupus

Lagi-lagi, lelaki itu tidak ditemuinya

Di matanya, burung gagak terbang ke sana kemari

Mengabari perihal kematian

:mematut segenggam impian

Hantu-hantu kesedihan gentayangan

Memeluknya dalam-dalam

Tersisa

Sepasang sayap kesunyian

Membawanya terbang

Lamongan, 2023

Kepada Ayah

Di punggungmu, tetesan keringat semayam

Ribuan harap merakit jadi kapal-kapal doa. Berlayar.

Luka-luka kau samarkan dibalik ulas senyuman

Lamongan, 2023

Lorong

Hari-hari berjalan seperti kalender usang

Kerja lagi lalu pulang memikul kelelahan

Setiap pagi saat duduk di halte,

Aku melihat banyak orang, lalu lalang kendaraan

Aku melihat seorang pengamen memegang kecrekan di tangan

Bernyanyi dengan nada tak beraturan, percaya diri menadahkan tangan untuk memenuhi harapan

Baca Juga :  Yogyakarta

Ada yang memandangnya acuh, tak peduli dengannya

Ada juga yang memberinya koin tak seberapa

Baginya koin itu seperti permata

bisa menyelamatkannya dari rasa lapar yang meronta

Atau sebagai penyambung hidup yang talinya bisa putus kapan saja

Hidup itu benar-benar melelahkan

Bagi seseorang :

Setiap pagi dan selepas petang mengerjakan tugas-tugas yang belum terselesaikan

Hidup itu benar-benar melelahkan

Bagi seseorang:

berlari keras mewujudkan keinginan

Namun, tiba-tiba saja dipatahkan keadaan

Hidup itu benar-benar melelahkan:

Ribuan pertanyaan meneriaki kepala

Mencari jawaban namun tak kunjung ditemukan

Hidup itu benar-benar melelahkan

Bagi seseorang:

untuk tetap kuat namun, tanpa aba-aba dihantam badai hebat

Hidup itu benar-benar melelahkan

Bagi seseorang:

yang berjalan pincang memikul banyak beban

berjalan di lorong yang panjang

Tanpa tahu ke mana lagi arah dan tujuan

Lamongan, 20 Januari 2025

Wanita Dengan Bunga Kesedihan

Di bangku taman sunyi, seorang wanita melahap sepi

Sorot matanya redup, melawat  kesedihan berulang kali

Menanti bayang seseorang yang telah pergi

Baca Juga :  Puisi-puisi Unais Muhammad Madura

Kenangannya berbisik, melukis pilu tiada henti

Di lubuk hatinya, bunga biru tumbuh subur dalam duka

Disirami air mata dan luka yang menganga

Saban malam, ia sering bercerita pada bintang-bintang

Perihal tentang rindu yang dalam, atau tentang mimpi yang pudar

Berharap semua rasa sedih dan gelisahnya menghilang

Namun, rasa sakit justru  memeluknya dalam-dalam

Lamongan, 21 Januari 2025


Biodata penulis: Lusa Indrawati, seorang gadis pluviophile yang berdomisili di Lamongan, Jawa Timur. Penulis tergabung dalam anggota komunitas Literasi Competer Indonesia, Kepul, Negeri kertas dan Tirastime. Beberapa karyanya termuat dalam buku antologi dan media. Selain aktif menulis, penulis juga menekuni bidang fotografi di komunitas PAC (Photography Art Community). Di tahun 2022, karya fotografinya menjadi The Winner of voting members di komunitas Macro and Flower Photography. Penulis juga tergabung dalam komunitas she Build Peace untuk belajar tentang isu-isu perempuan dan perdamaian. Penulis bisa disapa melalui akun ig @indranys345

Email : lusaindrawati8@gmail.com

Berita Terkait

Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri
Puisi-puisi Fileski Walidha Tanjung
Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat
Puisi-puisi Tundra Alif Juliant
Puisi-puisi Qudwatul Imamah-Madura
Puisi-puisi Elmira Damayanti-Madura
Puisi-puisi Amanda Amalia Putri-Banyuwangi
Puisi-puisi Alexio Riqil Vitor-Madura

Berita Terkait

Minggu, 9 Maret 2025 - 12:00 WIB

Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri

Minggu, 9 Maret 2025 - 10:00 WIB

Puisi-Puisi Lusa Indrawati

Senin, 24 Februari 2025 - 07:16 WIB

Puisi-puisi Fileski Walidha Tanjung

Selasa, 4 Februari 2025 - 07:17 WIB

Puisi-puisi Zikri Amanda Hidayat

Rabu, 25 Desember 2024 - 08:36 WIB

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Berita Terbaru